Ditanya akan memilih jurusan apa saat kuliah nanti, Santi mengaku bingung menentukan pilihan, apalagi ketika pilihan tersebut dikaitkan dengan bakat dan minatnya. "Jangankan memilih sesuai minat dan bakat, saya sendiri pun belum tahu minat dan bakat saya," katanya.
Santi (18), sebutlah namanya begitu, mengaku dirinya memang bukan siswa pandai di kelas. Namun, ia juga bukan nomor buncit dalam urusan nilai pelajaran. Hanya, dia merasa tidak "ngeh" soal minat atau bakatnya pada hal-hal tertentu.
Memang, kerap orang mengatakan minat dan bakat adalah teropong bagi jalan kehidupan di masa depan. Membayangkannya pun terasa menyenangkan karena dengan keduanya kita bisa menjadi siapa pun yang diinginkan asalkan mau kerja keras dan pantang menyerah.
Kenyataannya, pemahaman itu justru sebaliknya. Hal itu sering kali menimbulkan masalah ketika kita beranjak dewasa dan tiba saatnya memilih bidang pendidikan dan karier. Pemahaman itu sedikit banyak menciptakan ilusi akan beragam pilihan bidang pendidikan dan karier yang menjanjikan masa depan. Dan lagi, apakah semua itu pilihan yang benar-benar kita inginkan?
Selain itu, pemahaman tersebut juga membentuk imajinasi tersendiri bahwa kita bisa menjadi sosok terbaik di bidang apa pun yang kita minati. Duh, apa betul begitu? Apakah bisa, prestasi seorang Chris John yang dielu-elukan berkat tinjunya di atas ring itu akan bersinar oleh puja-puji pula di lapangan basket?
Nyatanya tidak. Adalah sebuah fakta bahwa kita memang tidak bisa menjadi siapa pun yang kita mau. Kita lupa, selain minat, ada faktor lain yang sangat menentukan langkah kita ke depan. Ya, bakat dan latihan khusus untuk mempertajamnya.
Temukan, Bukan Ciptakan
Kenyataan, tidak semua orang bisa menjadi seorang Chris John, Bill Gates, atau David Beckham. Mereka bertiga punya bakat alami dan telah menjadikan bakat itu sebagai investasi yang dilatihnya sejak lama. Dan kita tidak bisa membuat dan mengubahnya "semau gue".
Sekarang, lihat ke sekelilingmu! Mungkin, ada orang yang suka duduk berlama-lama di depan laptop? Bahkan saking lamanya kamu lupa, kapan orang itu makan dan minum?
Selain itu, pemahaman tersebut juga membentuk imajinasi tersendiri bahwa kita bisa menjadi sosok terbaik di bidang apa pun yang kita minati. Duh, apa betul begitu? Apakah bisa, prestasi seorang Chris John yang dielu-elukan berkat tinjunya di atas ring itu akan bersinar oleh puja-puji pula di lapangan basket?
Nyatanya tidak. Adalah sebuah fakta bahwa kita memang tidak bisa menjadi siapa pun yang kita mau. Kita lupa, selain minat, ada faktor lain yang sangat menentukan langkah kita ke depan. Ya, bakat dan latihan khusus untuk mempertajamnya.
Temukan, Bukan Ciptakan
Kenyataan, tidak semua orang bisa menjadi seorang Chris John, Bill Gates, atau David Beckham. Mereka bertiga punya bakat alami dan telah menjadikan bakat itu sebagai investasi yang dilatihnya sejak lama. Dan kita tidak bisa membuat dan mengubahnya "semau gue".
Sekarang, lihat ke sekelilingmu! Mungkin, ada orang yang suka duduk berlama-lama di depan laptop? Bahkan saking lamanya kamu lupa, kapan orang itu makan dan minum?
Atau, kamu pun mungkin bingung, kenapa rekan dekatmu lebih memilih les guru bahasa Inggris ketimbang kamu yang lebih senang naik gunung atau bermain band di saat libur? Banyak, dan banyak lagi contoh yang kita pun tidak tahu keuntungan mereka melakukan semua itu.
Kamu pun sebetulnya bisa begitu. Meniru untuk kreatif berekspresi seperti mereka, berhasil lalu merasa puas. Namun kelak yang terjadi, kamu tidak akan pernah merasa nyaman melakukan hal-hal di luar kerangka bakatmu tersebut.
Ya, kamu tidak akan bisa menjadi mahasiswa arkeologi dan menjadi arkeolog mumpuni karena kamu sebenarnya sama sekali tidak hobi "keluyuran". Usahamu hancur terus dan kapok untuk terjun ke bidang bisnis sehingga kamu memilih kembali menjadi karyawan. Tidak salah, kamu memang tidak punya hobi itu. kamu tidak bakat!
Mutlak, kamu harus paham apa yang disebut dengan bawaan atau nature (hormonal atau DNA) dan latihan atau nurture. Sejatinya, yang harus kamu lakukan ialah membentuk dirimu tak ubahnya dengan bawaanmu sejak lahir. Kamu jangan hanya menginginkan suatu bidang pendidikan yang bisa membuahkan karir tertentu dengan gaji selangit.
Jika itu kamu lakukan, berarti kamu sudah "bunuh diri". Pasalnya, kerangka neurologismu yang telah membentuk bakat tersebut akan menolak. Alhasil, kamu tidak dapat menikmatinya. Kecuali, kamu memang berniat keras untuk menambal "kekurangan" tersebut dengan nurture, dengan latihan-latihan khusus.
Semakin cepat kamu sadar untuk melihat dirimu dan menemukan potensi di dalamnya, semakin beruntung pula kamu. Pilihan minat dan bakatmu dengan sendirinya akan lebih mudah kamu tentukan. Kamu mulai bisa memilih peranmu, bentuk pendidikan yang cocok untuk menambal peran tersebut, serta produktifitas yang akan kamu hasilkan kelak di dunia kerja.
Kamu pun sebetulnya bisa begitu. Meniru untuk kreatif berekspresi seperti mereka, berhasil lalu merasa puas. Namun kelak yang terjadi, kamu tidak akan pernah merasa nyaman melakukan hal-hal di luar kerangka bakatmu tersebut.
Ya, kamu tidak akan bisa menjadi mahasiswa arkeologi dan menjadi arkeolog mumpuni karena kamu sebenarnya sama sekali tidak hobi "keluyuran". Usahamu hancur terus dan kapok untuk terjun ke bidang bisnis sehingga kamu memilih kembali menjadi karyawan. Tidak salah, kamu memang tidak punya hobi itu. kamu tidak bakat!
Mutlak, kamu harus paham apa yang disebut dengan bawaan atau nature (hormonal atau DNA) dan latihan atau nurture. Sejatinya, yang harus kamu lakukan ialah membentuk dirimu tak ubahnya dengan bawaanmu sejak lahir. Kamu jangan hanya menginginkan suatu bidang pendidikan yang bisa membuahkan karir tertentu dengan gaji selangit.
Jika itu kamu lakukan, berarti kamu sudah "bunuh diri". Pasalnya, kerangka neurologismu yang telah membentuk bakat tersebut akan menolak. Alhasil, kamu tidak dapat menikmatinya. Kecuali, kamu memang berniat keras untuk menambal "kekurangan" tersebut dengan nurture, dengan latihan-latihan khusus.
Semakin cepat kamu sadar untuk melihat dirimu dan menemukan potensi di dalamnya, semakin beruntung pula kamu. Pilihan minat dan bakatmu dengan sendirinya akan lebih mudah kamu tentukan. Kamu mulai bisa memilih peranmu, bentuk pendidikan yang cocok untuk menambal peran tersebut, serta produktifitas yang akan kamu hasilkan kelak di dunia kerja.
Cara memulainya, simak beberapa hal di bawah ini:
Maksimalkan kekuatanmu, tuntaskan pula kelemahanmu!
Jika kamu termasuk orang yang sulit berdiplomasi, dapatkah kamu terjun bebas ke dalam bidang ini karena kamu menyukainya? Kalau kamu tergolong paling lambat mengambil keputusan, dapatkah kamu melatihnya sekeras hati? Jika kamu bukan seorang konseptor, siapkah kamu menjadi seorang "ahli lapangan" agar kekuranganmu tersebut lenyap ditelan bumi!
Tidak cukup latihan keras, kamu butuh bakat alami!
Memang, antara pengetahuan, keterampilan, serta materi bisa kamu dapatkan melalui belajar dan latihan. Namun, hal sesungguhnya yang penting adalah bakat sebagai bawaanmu sejak lahir. Kamu akan mampu melakukan segala hal berkat keterampilan, sementara kuantitas dan kualitas kamu melakukannya adalah berkat dorongan bakat alamimu.
Jika kamu termasuk orang yang sulit berdiplomasi, dapatkah kamu terjun bebas ke dalam bidang ini karena kamu menyukainya? Kalau kamu tergolong paling lambat mengambil keputusan, dapatkah kamu melatihnya sekeras hati? Jika kamu bukan seorang konseptor, siapkah kamu menjadi seorang "ahli lapangan" agar kekuranganmu tersebut lenyap ditelan bumi!
Tidak cukup latihan keras, kamu butuh bakat alami!
Memang, antara pengetahuan, keterampilan, serta materi bisa kamu dapatkan melalui belajar dan latihan. Namun, hal sesungguhnya yang penting adalah bakat sebagai bawaanmu sejak lahir. Kamu akan mampu melakukan segala hal berkat keterampilan, sementara kuantitas dan kualitas kamu melakukannya adalah berkat dorongan bakat alamimu.
Siapkan sistem pendukung hindari aktivitas tak terarah!
Sistem pendukung itu bisa saja hanya berupa pesan singkat di ponsel atau sekadar kertas-kertas yang kamu tempel di meja belajar, bahkan pintu kamar!
Sadar dan amati reaksi spontan kamu saat menyikapi hal atau kejadian
Nah, bagaimana kamu akan mengambil peran atas kejadian itu? Kamu cenderung memegang kendali, membuat analisa hal itu secara seksama, atau hanya berusaha mencari sisi-sisi lain ternyata tidak penting dari kejadian tersebut?
Amati besarnya niat dan keinginan kamu melakukan aktivitas tertentu
Dari situ, yakinkan bahwa sebuah aktivitas telah membuat kamu rindu untuk berulang melakukannya. Rasa rindu itu akan senantiasa timbul hingga kamu lekas-lekas melakoninya.
Secepat apa kamu belajar dan menguasai sebuah bidang tertentu?
Secepat kilat atau selambat becak? Sadari hal itu dan bandingkan upayamu dengan hasil yang didapatkan oleh rekan-rekanmu.
Sepuas apa perasaan kamu seusai melakukannya?
Entah, karena yang pasti, saat melakukannya kamu nyaman, senang, dan membuatmu sejenak tenggelam di dalam keasyikan melakukannya.
Monitor perilaku dan perasaanmu ketika menjalaninya
Dari sini kamu akan mengevaluasi apa yang sudah kamu lakukan. Amati dan berikan analisis pada dirimu. Benarkah ini pilihanmu?
Kamu tidak bisa menikmati? Kamu lambat dan merasa tidak berkembang?
Tinggalkan sekarang juga! Cari peran lain, jangan habiskan uang dan waktu kamu hanya untuk mengatasi kelemahanmu, melainkan juga pertajam bakat dan kekuatan alami dalam dirimu.
Sadar dan amati reaksi spontan kamu saat menyikapi hal atau kejadian
Nah, bagaimana kamu akan mengambil peran atas kejadian itu? Kamu cenderung memegang kendali, membuat analisa hal itu secara seksama, atau hanya berusaha mencari sisi-sisi lain ternyata tidak penting dari kejadian tersebut?
Amati besarnya niat dan keinginan kamu melakukan aktivitas tertentu
Dari situ, yakinkan bahwa sebuah aktivitas telah membuat kamu rindu untuk berulang melakukannya. Rasa rindu itu akan senantiasa timbul hingga kamu lekas-lekas melakoninya.
Secepat apa kamu belajar dan menguasai sebuah bidang tertentu?
Secepat kilat atau selambat becak? Sadari hal itu dan bandingkan upayamu dengan hasil yang didapatkan oleh rekan-rekanmu.
Sepuas apa perasaan kamu seusai melakukannya?
Entah, karena yang pasti, saat melakukannya kamu nyaman, senang, dan membuatmu sejenak tenggelam di dalam keasyikan melakukannya.
Monitor perilaku dan perasaanmu ketika menjalaninya
Dari sini kamu akan mengevaluasi apa yang sudah kamu lakukan. Amati dan berikan analisis pada dirimu. Benarkah ini pilihanmu?
Kamu tidak bisa menikmati? Kamu lambat dan merasa tidak berkembang?
Tinggalkan sekarang juga! Cari peran lain, jangan habiskan uang dan waktu kamu hanya untuk mengatasi kelemahanmu, melainkan juga pertajam bakat dan kekuatan alami dalam dirimu.
Ingat, banyak orang muda yang sukses. Yakinlah bahwa mereka memang pribadi-pribadi yang menemukan bakatnya sejak dini dan mau belatih sebagai investasi di masa depannya.(LTF)
Sumber: Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar