Kamis, 24 Februari 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya

Peribahasa Indonesia yang menjadi judul tulisan di atas sangat populer di masyarakat untuk menggambarkan perilaku anak yang biasanya tidak jauh beda dengan perilaku orang tuanya. Peribahasa itu dalam konotasi negatifnya biasa dipakai masyarakat untuk menunjukkan kejengkelan atas perilaku buruk seseorang di tengah-tengah masyarakat. Jika di lingkungan kita ada remaja atau pemuda yang ugal-ugalan maka orang pun akan menengok silisah pemuda itu. Jika didapati fakta bahwa ternyata sejarah ayahnya atau ibunya atau kakeknya bernuansa keburukan, orang pun lantas berkata, “Oo pantas saja” dengan nada mencibir. Maksud dari ucapan ‘pantas saja’ itu menunjukkan bahwa apa yang diperbuat si anak tidaklah jauh berbeda dengan perbuatan salah satu orangtuanya.

Menurut teori, kebiasaan anak pertama-tama dilandasi indra penglihatannya yang meliputi peniruan akan sejumlah tingkah laku orang-orang dewasa di sekitarnya, terutama orangtuanya. Si anak menjadi imitasi (tiruan) dari apa-apa yang biasa dijumpainya di lingkungan kehidupannya. Tentu saja yang paling awal dan paling mudah adalah kebiasaan orangtuanya. Inilah yang menyebabkan mengapa keteladanan dalam perilaku lebih mujarab dibandingkan sejuta kata-kata yang terucap. Apalagi jika di kemudian hari diketahui bahwa kata-kata yang meluncur tidak sejalan dengan perilaku yang senyatanya.

Banyak orang yang dianggap sebagai tokoh agama secara struktural berbuncah-buncah menyerukan kejujuran namun dia sendiri secara diam-diam menelikung kejujuran itu. Tokoh agama secara struktural itu maksudnya adalah bahwa ia dianggap sebagai tokoh agama karena jabatan di kantornya, bukan benar-benar karena tafaqquh fiddin-nya. Banyak orang yang semacam ini, di hadapan khalayak menyerukan transparansi, kejujuran dan sebagainya tapi secara diam-diam mengangkangi uang kantornya dengan tidak benar. Berebut pelaksanaan anggaran karena semata memperhitungkan keuntungan finansial yang boleh jadi bakal diraihnya. Dan anak-anak tentu melihat sepak terjang orangtuanya.

Pengetahuan selanjutnya didapat anak dari pendidikan. Inilah yang sangat mungkin membedakan perilaku anak dengan orangtuanya. Seperti dinyatakan sebuah kata mutiara, ”oleh alam kita dilahirkan sama, dengan pendidikan kita menjadi berbeda.” Sebagai makhluk di alam dunia tatkala lahir kita nyaris semuanya sama. Tidak tahu apa-apa sampai kemudian ada orang lain yang mengajari kita tentang berbagai hal. Semakin banyak pendidikan atau pengetahuan yang kita terima, semakin berbeda kita dengan orang lain. Inilah yang kemudian juga bisa membedakan perilaku seorang anak dengan orangtuanya. Baik berbeda dalam kejelekennya atau berbeda dalam kebaikannya. Mungkin perilaku anaknya tidaklah sejelek orangtuanya. Atau mungkin perilaku anaknya tidaklah sebaik orangtuanya.

Yang juga mempengaruhi perilaku anak tentu saja adalah lingkungan pergaulannya. Seorang remaja ketika keluar dari rumahnya yang paling mempengaruhi pikirannya adalah kawan-kawan pergaulannya. Kata-kata dan nasehat orangtuanya nyaris hilang dan tinggallah bisikan-bisikan dan ajakan kawan-kawannya. Hal inilah yang seringkali membuat shock orangtua tatkala menemui anaknya telah terjebak pada pergaulan yang buruk.

Kejadian itulah yang kemudian menjadi anomali (penyimpangan) dari peribahasa di atas. Bahwa mungkin saja buah jatuh jauh dari pohonnya, jika ada intervensi dari luar atau karena letak tanah di mana pohon itu tumbuh. Contoh paling fenomenal dalam sejarah adalah Kan’an, anak Nabi Nuh As yang membangkang kepada bapaknya sendiri. Padahal bapaknya adalah seorang rasul. Namun kejadian Kan’an itu juga memberi penjelasan bahwa bukan Nabi Nuh yang dapat memberi petunjuk kepada seseorang melainkan Allah Swt sendiri yang memberinya. Sebagaimana juga Nabi Muhammad Saw tidak dapat memberi hidayah kepada pamannya, Abu Thalib, karena kekuasaan memberi petunjuk adalah milik Allah semata.

Dalam al Qur’an banyak do’a yang mengandung permohonan agar orangtua diberi anak-anak keturunan yang mampu mendatangkan ni’mat. Yakni anak keturunan yang salih dan salihah. Keturunan yang menyerupai orangtuanya dalam hal kebaikan memanglah sebuah nikmat Allah. Ada ungkapan yang hampir dianggap sebagai hadis menyatakan, ”Sungguh merupakan sebahagian dari nikmat Allah atas seorang hamba adalah dijadikan anaknya menyerupai bapaknya (dalam hal kebaikan).” Ungkapan ini ada yang menganggapnya sebagai hadis meski banyak ahli hadis yang mendhoifkannya. Walau begitu secara makna ungkapan itu benar adanya. Yakni bahwa memang menjadi suatu nikmat tersendiri jika orangtua mempunyai anak keturunan yang menyerupai dirinya, meniru dirinya dalam hal kebaikan. Seorang guru yang baik akan sangat senang jika anak-anaknya berperilaku baik sebagaimana dirinya. Seorang kiyai akan sangat senang jika anak-anaknya juga bisa menjadi kiyai seperti dirinya. Tapi di luar dua profesi yang dicontohkan itu, semua orangtua akan senang jika anak-anaknya dapat mewarisi kebaikan dirinya. Seorang penjahatpun menginginkan anaknya mewarisi sisi kebaikan dirinya jika memang ada.

Maka agar kenikmatan dari Allah kepada kita bertambah-tambah dengan melihat anak keturunan kita menyerupai kita dalam hal kebaikan, perbaikilah kehidupan kita. Sungguh suatu kenikmatan jika ”buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” itu adalah dalam hal kebaikan dan pengamalan ajaran Islam. Allahu a’lam.Zainul Arifin
Selengkapnya...

Senin, 21 Februari 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Wasiat

Tanpa terasa wasiat dari ibu, 27 tahun telah berlalu, masih saja kuingat hingga akhir hayat
meski engkau kini telah terbujur kaku
namun engkau kan tetap menyaksikanku dalam tiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun yang terus berjalan tanpa bertepi

ingatlah anakku . . .
bila dirimu telah merasa ada getar-getar panah asmara terhadap lawan jenismu, maka . . .
- saat itulah kamu bertarung melawan nafsu bisikan malaikat atau setan,
menerima atau menolak dengan sikap yang sopan dan bijaksana tanpa jual mahal dan melukai perasaan.
- dituntut untuk pandai menjaga hati, harga diri, kehormatan dan iman
- jangan pernah menyakiti bila tak ingin tersakiti
- jangan pernah mengkhianati bila tak ingin terkhianati
- sandarkanlah rasa cinta dan benci hanya kepada RABBI

ingatlah anakku . . .
jagalah nilai-nilai agama yang telah kami tanamkan dimana, kapan, dan bersama siapa
berprinsiplah agar tdk mudah goyah dan lemah
bersikap tegas tapi bukan untuk menindas
jauhilah zina mata, mulut, kaki, tangan, hidung, telinga, hati dan farji

ingatlah anakku . . .
jagalah etika moral agar orang hormat dan segan

ingatlah anakku . . .
hiasilah dirimu dengan ILMU dan TAQWA
hiduplah dengan terencana dan sederhana namun bersahaja
niatkanlah hidup dan matimu hanya untuk beribadah menuju ridho ILAHI (Ismadinul Achadiyah)
Selengkapnya...

Rabu, 16 Februari 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

PEMILU SANGGAR

Demokrasi adalah kata sakti yang dipuja-puja sekarang ini. Para pemimpin negeri akan ketakutan apabila dicap tidak mengamalkan mantra-mantra demokrasi. Celakanya, di negeri ini mantra-mantra demokrasi hanya menjadi lips service belaka. Ia lebih banyak sebagai retorika untuk kepentingan politis dan kekuasaan saja. Prakteknya, pemaksaan kehendak dan main hakim sendiri masih banyak dijumpai di negeri ini.

Mantra sakti demokrasi memang gampang diucapkan, tetapi yang terjadi penyimpangan dan pengkhianatan terhadap mantra ajaib itu. Masih banyak yang tidak sadar bahwa perilaku demokratis membutuhkan kerelaan mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain. Ini bukan pekerjaan mudah dan butuh proses panjang. Oleh karena itu, sikap demokratis harus dipupuk sejak anak usia dini.

Dalam rangka memupuk sikap demokratis sejak dini inilah, maka Sanggar Bunga Padi pada hari Ahad, 2 Januari 2011 menyelenggarakan Pemilu Sanggar. Pemilu Sanggar dilakukan guna memilih Ketua Sanggar untuk kelas PAUD, TK dan SD. Kegiatan Pemilu Sanggar ini terbagi dalam 3 tahap, yakni tahap penjaringan calon ketua, tahap kampanye dan penyampaian visi dan misi calon ketua, dan tahap pemilihan.

Rangkaian pemilu ini diawali dengan penjaringan calon ketua yang dilaksanakan pada Ahad, 26 Desember 2010. Dalam tahap penjaringan ini anak-anak sanggar mengajukan nama-nama calon ketua yang akan maju pada pemilu. Berdasarkan kesepakatan anak-anak sanggar, calon ketua yang memperoleh minimal 7 suara berhak mengikuti tahap selanjutnya. Dari tahap ini, akhirnya terpilih 4 kandidat ketua yang berhak maju, yakni Agustina Sri Rahayu (9 pengusul), Muflihatun Nur Wahidah (8 suara), Fajar Irawan (7 suara), dan Kuswantoro (7 suara).

Dengan dipandu anak sanggar kelas SMP-SMA, di hari yang sudah ditentukan, Ahad, 2 Januari 2011, dimulailah tahap Kampanye dan Penyampaian Visi dan Misi Calon Ketua. Berdasarkan undian, untuk calon ketua yang akan tampil berturut-turut adalah Fajar Irawan, Muflihatun Nur Wahidah, Agustina Sri Rahayu, dan terakhir Kuswantoro.

Inilah inti kampanye calon ketua pada Pemilu sanggar.
Calon nomor Urut 1. Fajar Irawan: "Menjadikan anak sanggar kreatif dan cerdas dalam pelajaran dan kesenian. Menjadi anak yang maju dan berbakti kepada orang tua".

Kampanye Calon Nomor Urut 2. Muflihatun Nur Wahidah
"Meningkatkan kreativitas anak sanggar agar lebih mandiri dan kreatif, meningkatkan kebersigan sanggar dengan melakukan piket bersama, melatih anak sanggar untuk bekerjasama, membuat kreasi dari barang bekas agar menjadi barang berharga"

Kampanye Calon Nomor Urut 3. Agustina Sri Rahayu
"Meningkatkan sopan santun anak sanggar, menjaga kebersihan sanggar, dan mempererat kekeluargaan anak sanggar. Saya butuh dukungan dan partisipasi teman2 jika terpilih jadi ketua sanggar."

Kampanye Calon Nomor Urut 4. Kuswantoro
"Menjadikan anak sanggar menjadi anak yang kreatif dan peduli pada lingkungan dengan membuat barang2 bekas menjadi barang yang berguna dan memanfaatkan barang yang masih bisa digunakan."

Kasak-kusuk pendukung sempat meramaikan suasana. Mereka mencoba mempengaruhi temannya untukmemilih kandidat yang dijagokannya. Akhirnya, tibalah saat pemungutan suara. Masing-masing anak sanggar yang hadir pada saat itu dipanggil satu per satu ke meja yang telah disiapkan. Mereka harus memberi tanda silang (X) pada kandidat yang dipilih. Bagaimana dengan anak PAUD atau TK yang belum bisa membaca? Mereka akan dipandu oleh anak sanggar kelas SMP-SMA untuk mencontrengnya.

Berikut hasil perolehan suara masing-masing calon:
1. Fajar Irawan = 9 suara
2. Muflikhatun Nur Wahidah = 5
3. Agustin Sri Rahayu = 15
4. Kuswantoro = 1

Akhirnya, Agustin Sri Rahayu ditetapkan sebagai KETUA.
Selengkapnya...

Rabu, 09 Februari 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Warti

Sebenarnya wanita muda itu cukup cantik. Namun, karena selalu bekerja di bawah terik matahari, wajahnya menjadi terlalu gelap dan berflek. Aku sering menyapanya bila bertemu di Simpang Kedondong, tak jauh dari rumahnya.
Senyum wanita itu terlalu kaku. Ia tak akan tersenyum bila kita tidak tersenyum dulu padanya. Ia juga tak akan menyapa bila kita tidak menyapanya dulu. Suaranya yang agak parau akan membuat kita terkaget-kaget dan tak tahu harus berkata apa lagi.

Nama wanita itu adalah Warti. Aku tak tahu siapa nama lengkapnya. Yang kutahu hanya Warti itu saja. Nama itu pun aku ketahui dari penjual es puter yang biasa mangkal di simpang jalan yang sangat semrawut tersebut.
Pernah aku bertemu Warti di kalangan (pasar pekan) Pangkalanbalai. Ketika kusapa, seperti biasa, ia tersenyum kaku. Aku cuma bertanya hal yang lumrah ketika kita bertemu di pasar, seperti beli apa, harga cabe berapa, harga beras naik apa tidak. Singkat kata, semua serba basa-basi. Padahal, sebenarnya aku ingin berbicara banyak dengannya.

Bagiku Warti adalah wanita yang misterius dan mengundang banyak tanya. Namun, aku tak tahu harus berkata apa bila sudah bertemu muka dengannya. Ia, walaupun wajahnya terlalu gelap, selalu membuat malam-malamku menjadi serba susah. Aku sering mimpi buruk tentangnya. Entah mengapa. Yang pasti, jadwal tidurku menjadi sangat terganggu.

Warti pernah tertabrak truk ketika menyeberang di Simpang Kedondong. Aku tak tahu pasti kejadiannya. Yang aku tahu bahwa aku tak pernah bertemu dengannya selama hampir satu bulan. Penjual es puter di Simpang Kedondonglah yang memberi tahuku bahwa Warti masuk rumah sakit karena tertabrak truk.

Sebenarnya aku ingin membesuknya, tapi karena ia, masih kata si penjual es puter, telah pulang dari rumah sakit, aku menjadi sungkan. Ada perasaan malu karena baru sekarang tahu bahwa Warti kecelakaan.

Sejak kejadian tersebut, bila bertemu Warti, aku selalu menundukkkan muka dan tak pernah menyapanya lagi. Warti pun kulihat juga tak peduli dengan perubahan sikapku tersebut. Ada rasa masygul juga melihat Warti tak peduli denganku. Padahal, telah bertahun-tahun setiap pagi kami selalu bertegur sapa. Ada rasa kehilangan Warti di hatiku. Akibatnya, malam-malamku semakin buruk dan aku semakin susah untuk tidur.
Warti bagiku adalah ucapan selamat pagi dari alam. Aku selalu pergi ke kantorku tepat ketika Warti sedang di Simpang Kedondong. Selalu begitu. Aku selalu memperkirakan waktunya dengan baik. Jadi, setelah kami tidak bertegur sapa lagi, aku mulai malas-malasan pergi ke kantor. Aku baru akan menghidupkan motor bututku setelah aku memperkirakan bahwa Warti sudah tidak di simpang yang semrawut itu lagi.
Bagaimanakah kabar Warti sekarang? Ada rasa penasaran dalam hatiku. Aku ingin sekali tahu kondisi Warti. Namun, aku terlalu egois alias jaga gengsi. Aku hanya diam dan tak melakukan apapun. Walaupun hatiku sulit kukendalikan, aku tetap tak peduli bagaimana kabar Warti saat ini.

Siang kemarin, secara tak sengaja aku bertemu si penjual es puter. Tanpa kutanya, ia bercerita bahwa Warti masuk rumah sakit lagi. Katanya, Warti masuk rumah sakit karena tertabrak angkutan pedesaan dari arah Betung. Seminggu Warti dirawat dan meninggal dunia dua hari yang lalu.

Wajahku memerah mendengar cerita si penjual es puter tersebut. Seperti ada godam yang sangat besar menghantam kepalaku yang sombong ini. Ada rasa malu, ada rasa penyesalan, dan ada rasa kehilangan yang sangat mendalam di hatiku.
Warti, wanita cantik yang berwajah gelap itu telah pergi dan tak akan pernah bertegur sapa lagi denganku. Kepergiannya merupakan mimpi buruk bagiku. Dia pergi ketika aku belum sempat meminta maaf karena tak membesuknya ketika ia tertabrak truk tempo hari. Sekarang ia tertabrak lagi dan nyawanya tak tertolong lagi.
Aku tahu, malam-malamku akan semakin sulit kulalui. Aku pasti akan semakin sering bermimpi buruk tentang Warti. Aku termenung dan mencoba menarik napas dalam-dalam. Berat dan sakit.(Irwan P. Ratu Bangsawan)
Selengkapnya...

Minggu, 06 Februari 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Nyanyian Kemerdekaan

Kita adalah sepasukan burung garuda jantan

Yang hendak merebut kota dari kaum munafik, loba dan tamak

Seharian kuku-kuku kita telah tajam diasah

Bahkan merobek topeng-topeng manis

Kedok dari kebusukan

Sejak kemarin di kota ini telah penuh dengan kekotoran

Bau bangkai tanpa terlihat mayat

Bau wangi tanpa ada kembang

Bukitikanlah bahwa kemerdekaan bukan hanya sebuah sandiwara

Bersaksilah bahwa kemerdekaan telah jadi milik kita

Kita menjadi seperangkat alat untuk membasmi

Tikus dan lalat

Nyamuk dan rayap

Semua ini harus dibersihkan

Harus disingkirkan

Sejak kemarin kota ini

Telah penuh dengan kekotoran

Bau bangkai tanpa terlihat mayat

Bau wangi tanpa ada kembang

Buktikanlah bahwa kemerdekaan bukan hanya sebuah sandiwara

Bersaksilah bahwa kemerdekaan benar-benar telah jadi milik kita

YUAND SHADY SOEBRATA BRAWIJAYA
Selengkapnya...

Jumat, 04 Februari 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

“Membeli” Tetangga

Selalu disebutkan bahwa kebutuhan pokok setiap orang paling tidak ada tiga: sandang, pangan dan papan. Sandang adalah pakaian atau satu setel baju dan celana, atau yang sejenis dengan itu, tergantung tingkat kemajuan peradaban orang itu dan kondisi geografis tempat ia tinggal. Kemudian pangan yakni makanan untuk memenuhi hajat hidupnya sebagi manusia. Seseorang secara normal tidak dapat bertahan hidup cukup lama tanpa memasukkan makanan atau minuman dalam perutnya. Kedua hal ini, antara sandang dan pangan acapkali dipertentangkan, mana yang lebih dahulu.

Sandang dulu ataukah pangan dahulu. Orang mungkin bisa bertahan hidup tanpa sandang asal ada yang dimakan. Jika ukurannya adalah kebutuhan paling dasar, pangan memang lebih penting. Tapi seiring kesadaran peradaban manusia, pakaian juga menjadi sangat penting. Kiranya hal ini hanya soal kenyamanan penyebutan saja. Kita lebih mudah dan sudah sangat terbiasa menyebutnya sebagai sandang, pangan dan papan ketimbang pangan, sandang dan papan.

Akan halnya papan, tempat tinggal atau rumah, ia juga menjadi kebutuhan mendasar manusia untuk dapat memenuhinya. Bahkan di masyarakat yang masih ”primitif” pun, kebutuhan akan rumah sudah dipikirkan. Rumah dibutuhkan pertama-tama untuk melindungi diri dari cuaca Bumi. Orang tidak mungkin selalu tidur hanya beralas Bumi beratap langit. Kemudian rumah adalah juga tempat beraktivitas dan sebagai ruang privasi, yang membatasi ruang bagi orang yang satu dengan orang yang lainnya. Selanjutnya dalam kemapanan hidup, rumah juga menampilkan eksistensi penghuninya. Orang yang tidak punya rumah seringkali belum dianggap sebagai seseorang. Seseorang yang masih mengontrak rumah seringkali agak malu bila ditanya dimana tinggalnya.

Karena setiap keluarga membutuhkan rumah tak heran jika pertumbuhan rumah di seluruh negeri di dunia sangat pesat. Jika tak ada lagi lahan luas yang bisa dijadikan kawasan perumahan maka rumah-rumah dibangun menjulang ke atas, menjadi menara apartemen atau kondominium.

Tatkala seseorang ingin membeli rumah atau membeli tanah untuk dibangun rumah tinggal banyak pertimbangan yang dipikirkan. Dahulu yang dipikirkan adalah mencari lahan yang luas (sekarangpun kalau bisa seperti ini) tapi kemudian orang bepikir akan harganya. Lalu orang juga berpikir, punya rumah luas tapi jauh dari tempat kerja, mungkin tidak efisien. Untuk kepentingan yang terakhir inilah kemudian muncul rumah-rumah kecil, rumah-rumah minimalis di kawasan tertentu yang dekat-dekat dengan lingkungan perkantoran, lingkungan belanja atau lingkungan sekolahan. Dan dalam kondisi demikian pertimbangan harga dan kondisi rumah menjadi lebih utama ketimbang pertimbangan siapa-siapa saja yang akan menjadi tetangga kita nantinya?

Inilah yang sering menjadi masalah di lingkungan permukiman yang baru. Kita tidak bisa menentukan atau melihat-lihat siapa tetangga kita. Sebab terkadang kita adalah orang pertama yang tinggal di tempat itu. Atau kita orang ke sekian dari suatu kompleks perumahan yang penghuninya masih sedikit sehingga tetangga masih agak berjauhan. Padahal sungguh, lingkungan tetangga kita itu akan juga ikut menentukan dan mewarnai kehidupan kita sehari-hari nantinya.

Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan, ”Pilihlah tetangga sebelum memilih rumah. Pilihlah kawan perjalanan sebelum memilih jalan dan siapkan bekal sebelum berangkat.” Pilihlah tetangga berarti kita sebisanya melihat calon tetangga atau lingkungannya terlebih dahulu sebelum kita menentukan membeli rumah di suatu tempat. Memilih kawan perjalanan sebelum memilih jalan berarti kita harus berhati-hati siapa kawan dekat kita, pendamping kita karena ia akan punya pengaruh pada jalan hidup kita dan mempersiapkan bekal sebelum berangkat, sebelum bepergian agar kita tidak sengsara di jalan, tidak tersesat di jalan. Bahkan dalam hadis riwayat Ahmad, Rasulullah bersabda, ”Seseorang itu sejalan dengan agama (perangai) kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping.”

Jadi, lingkungan adalah sangat penting. Lingkunganlah yang sering kali lebih membentuk kita ketimbang orang tua atau bahkan diri kita sendiri. Dalam psikologi dikenal istilah adanya label sosial, yang seringkali sangat berpengaruh dalam membentuk karakter pribadi seseorang. Seseorang yang mulanya baik, keturunan keluarga baik-baik, dapat saja menjadi jahat jika di luar pengetahuan keluarganya ia bergaul dengan para penjahat. Maka setiap orang harus waspada, dengan siapa ia bergaul. Siapakah kawan akrab kita, kawan akrab anak kita, kawan akrab saudara kita.

Memiliki rumah yang bagus adalah dambaan setiap orang, setiap keluarga. Tapi memiliki tetangga yang bagus jauh lebih penting ketimbang memiliki rumah itu sendiri. Kita dapat memilih dimana kita akan tinggal dengan meneliti lingkungan tetangga kita. Jika pun itu tidak bisa kita lakukan, maka pada saat kita telah tinggal, kita coba untuk menciptakan tetangga-tetangga yang baik bagi lingkungan kita. Alhamdulillah pada saat ini telah mulai banyak pengembang (developer) perumahan yang mencoba menciptakan lingkungan yang Islami. Bukan hanya sekadar dengan memberi nama-nama bloknya dengan nama-nama Islam atau nama-nama tempat seperti di sekitar Tanah Suci Makkah dan Madinah, tapi benar-benar ingin menciptakan lingkungan yang sehat jasmani dan ruhani bagi para calon penghuninya.

Inilah yang patut kita puji bahwa berdomisili itu tidak sekadar membeli rumah tetapi juga ”membeli” lingkungan sekitarnya. Dan setiap kita tentu ingin membeli sesuatu yang terbaik. Allahu a’lam.(Zainul Arifin)
Selengkapnya...

Selasa, 01 Februari 2011 1 komentar By: sanggar bunga padi

Manfaat Teater Untuk Anak

Orang menyepelekan kegiatan teater karena melihat hasil akhir sebuah pementasan saja. Kalau pentas itu menghibur, mereka sebut teater penting. Tetapi kalau tidak menghibur dan membuat ruwet pikiran karena tak paham sejak awal sampai akhir pementasan, teater dikatakan tidak penting. Padahal, kepekaan hati seseorang bisa diasah melalui tontonan teater. Hidup ini tidak harus tertawa terus, tetapi perlu melatih otak untuk berpikir. Banyak pertunjukan teater yang mengajak penontonnya untuk melatih otak semacam itu.

Bagi anak, bermain teater akan memberikan banyak manfaat. Anak-anak yang di depan kelas tak berani menatap guru, di atas panggung ia berani menatap begitu banyak penonton. Rasa percaya diri ini akan meresapi kepribadian anak dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diimbangi dengan pertumbuhan kemampuan anak berasosiasi, berimajinasi, daya pikir, daya empati, daya apresiasi, dan sebagainya, yang membuat anak sadar akan situasi sosial, nilai-nilai kebersamaan, nilai saling menghargai, dan lain-lain. Hal ini yang dimaksud dengan seni teater dapat digunakan mengembangkan "kecerdasan halus" anak.

Bandingkan dengan anak yang sehari-hari berada di depan komputer, dan tak bisa bersosialisasi dengan orang lain, sehingga kecerdasan emosionalnya amat tipis. Umumnya, anak-anak teater cukup menonjol di sekolah, baik kecerdasan maupun kepribadiannya. Rata-rata anak yang bagus di panggung, prestasi belajarnya di sekolah pun di atas rata-rata.

Selain itu, anak akan belajar mengambil hikmah dari setiap peran dan lakon yang dipentaskan. Biasanya teater mementaskan apa saja yang ada dalam kehidupan manusia dan alam. Dari sini anak akan belajar bagaimana hidup sebagai manusia dengan manusia lain secara manusiawi dan dapat hidup seimbang dengan alam.

Mengelola

Dalam melatih anak bermain teater, pelatih teater hendaknya memposisikan diri sebagai pihak yang tak mau ikut masuk. Anak diberi kebebasan menemukan perannya sendiri dalam teater. Kuncinya, anak harus lepas dari rasa malu. Setelah itu, seorang anak harus dirangsang rasa imajinasinya, rasa asosiasinya, rasa fantasinya, sehingga mengalami apa yang juga dialami si peran. Jika hal ini dilakukan dapat digunakan untuk mengembangkan "kecerdasan halus" anak.

Pihak sekolah dan pemerintah melalui dinas pendidikan pun harus segera mengambil peran strategis untuk pengembangan teater anak di sekolah. Dapat dilakukan dengan mengadakan ekstrakurikuler teater di sekolah atau bagi dinas pendidikan dengan menyelenggarakan perlombaan teater anak secara rutin. Hal ini sesuai dengan visi pendidikan (sekolah) dalam pembentukan kepribadian yang luhur dalam diri anak didik. Karena teater anak terbukti mampu mengembangkan apa yang disebut sebagai "kecerdasan halus" anak.

Masyarakat pun akan diuntungkan dengan adanya teater anak yang semarak dan terus eksis berkembang. Ruang pertunjukkan, baik panggung maupun layar, tidak akan sepi. Masyarakat pun akan menikmati tontonan berkelas dan memikat menggantikan Arifin C. Noer, Rendra, Sari Sabda Bhakti Madjid, Suyatna Anirun, Adi Kurdi, Jim Adilimas, Teguh Karya, Putu Wijaya, Butet Kertarajasa, dan Norbertus Riantiarno pada masa mendatang.(Iman'z Tetap Berjuang
Selengkapnya...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...