Sabtu, 30 April 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Bacaan Yang Menggetarkan

Seorang kawan menceriterakan pengalamannya yang cukup berkesan. Pada suatu kali ia berada di satu kota di kawasan Provinsi Jawa Tengah bagian utara. Kebetulan hari itu adalah hari Jum’at sehingga ia pun menghadiri shalat Jum’at di suatu masjid. Ia sangat terkesan dengan khotbah sang khatib yang jelas dan lugas. Dan lebih terkesan lagi saat shalat Jum’at dilaksanakan. Ia mendengar bacaan al-Qur’an sang imam sedemikian indah dan merasuk dalam kalbunya. Suatu perasaan yang jarang-jarang ia temui.

Usai shalat Jum’at ia bertanya pada kawannya, siapa khatib dan imam tadi? Sang kawan menjawab, “Gus Mus.” Gus Mus adalah panggilan akrab untuk KH. A. Mustofa Bisri, salah seorang petinggi organisasi Nahdlatul Ulama yang juga penulis dan seniman. Menurut kawan tadi, lantunan suaranya terdengar merdu. Bukan hanya merdu karena keluar dari mulut seorang kiyai, tapi juga karena keluar dari penghayatan dan kedalaman hati sang pelantunnya.

Sewaktu belajar di madrasah dahulu, saya mempunyai guru seorang kiyai – meski sebutan ini tidak populer baginya – yang lantunan bacaan Al Qur’annya berbeda dengan Gus Mus. Bagi yang mula-mula mendengarkannya pasti agak terkejut, karena ustadz tersebut – sebut saja begitu –membaca Al Qur’an dengan bacaan yang lugas, tartil dan seolah sedang membaca naskah dialog skrip drama. Kawan-kawan mahasiswa dalam suatu kajian Ramadhan, setelah saya lulus madrasah, juga sempat terkejut dengan bacaan sang ustadz. Para muridnya banyak yang terpengaruh dengan gaya membaca al Qur’an sang ustadz, termasuk dalam shalat. Walau mungkin tidak terdengar merdu dalam ukuran tilawah dewasa dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), tapi bacaan sang ustadz terasa menggetarkan hati dan menghujam dalam. Ustadz tersebut adalah HMS Ibnu Juraimi, Allah yarham.

Dalam tarikh Islam diriwayatkan bahwa Umar Ibn Al-Khaththab sempat marah tatkala diberitahu bahwa saudara perempuannya telah masuk Islam. Maka Umar pun mendatangi rumah saudaranya itu dan ingin memarahinya. Namun ketika sampai ke rumah sang adik dan sempat memukulnya, ia mendengar bacaan yang sangat mengusik pendengaran dan hatinya. Belakangan ia tahu bahwa bacaan itu adalah ayat-ayat Al Qur’an yang diajarkan Nabi Muhammad. Demi mendengar bacaan itu, hatinya bergetar. Kekerasan hatinya, kebenciannya terhadap Islam luruh dan kelak ia justru menjadi penjaga Islam yang utama.

Jabir menuturkan bahwa Umar ibn al-Khaththab bercerita, “Awal keislamanku dimulai ketika aku memukul sudara perempuanku. Kemudian aku keluar rumah dan berlindung dalam bayangan Ka’bah pada malam gelap gulita. Tiba-tiba datanglah Nabi saw, lalu masuk ke dalam Ka’bah seraya menanggalkan kedua terumpahnya. Di situ beliau shalat, kemudian keluar. Sungguh, saat itu aku mendengar bacaan yang belum pernah aku dengar selama ini. Setelah beliau keluar, aku tetap mengikutinya. Tiba-tiba beliau bertanya, ‘Siapa itu?’ ‘Umar,’ jawabku. ‘Wahai Umar, mengapa anda terus-menerus mengikutiku siang dan malam?’ Aku takut jangan-jangan Nabi akan menuduhku berniat jahat kepadanya, lalu akupun menyampaikan kesaksianku, berikrar masuk Islam.’

Menerima ikrarku, Nabi berkata, ‘Rahasiakan keislaman anda ini wahai Umar’. Namun aku menjawab, ‘Demi Dzat Yang Mengutus tuan dengan membawa kebenaran, saya akan memperlihatkannya secara terang-terangan sebagaimana saya memperlihatkan kemusyrikan saya secara terang-terangan pula’.” (Dalam Abu Nu’aim al-Ashbahani, “Warisan Para Sahabat Nabi”)

Dari ketiga fragmen kehidupan di atas, sangat terasa bahwa ada suatu bacaan di dunia ini yang getarannya sanggup mempengaruhi begitu banyak orang, merontokkan keangkuhan hati dan kesombongan akal. Ialah bacaan Al Qur’an. Tapi lantunan seperti apa yang menggetarkan itu? Bukankah bacaan al Qur’an sangat sering kita dengar setiap hari, bahkan lewat kaset atau MP3 yang terdengar nyaring di corong-corong surau atau masjid menjelang shalat?

Walau lantunan bacaan Gus Mus, Ibnu Juraimi dan Nabiyullah Muhammad Saw saling berbeda namun lantaran benar-benar keluar dari penghayatan yang mendalam di dalam hati sanubari maka bacaan ayat suci Al Qur’an mampu menyentuh hati sanubari para pendengarnya. Terlebih bagi pendengar yang memang menyediakan telinga dan hatinya untuk menerima petunjuk Ilahi itu. Umar Ibn Khaththab yang mendengar dalam liputan kemarahan saja dapat takluk karenanya. Dapat diperkirakan bahwa Umar takluk oleh bacaan itu bukan karena sekadar mendengarnya, tapi karena ia mendengar suara yang keluar dari hati dan sebagai orang Arab – dimana Al Qur’an turun dalam bahasa itu – ia juga paham apa isi bacaan itu. Penerimaan Umar ini berbeda dengan tokoh Quraisy lainnya, seperti Abu Lahab, Abu Jahal, yang karena tahu apa isi ayat-ayat yang diterima Nabi Saw itu maka mereka menolaknya. Mereka menolak antara lain karena tidak ingin kehilangan pamor sebagai tokoh masyarakat kafir Quraisy dan konsekwensi keduniaannya.

Allah Swt berfirman dalam Qs. Yunus [10] ayat 57 yang artinya, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbahnya menulis, ayat ini menegaskan bahwa Al Qur’an adalah obat bagi apa yang terdapat dalam dada. Penyebutan kata dada diartikan dengan hati, menunjukkan wahyu-wahyu Ilahi itu berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit ruhani seperti ragu, dengki, takabur dan semacamya, termasuk kekafiran. Memang oleh al-Qur’an hati ditunjuknya sebagai wadah yang menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak.

Al Qur’an dapat berfungsi sebagai petunjuk dan penyembuh penyakit dalam hati jika ia keluar dari dalam hati pula. Bukan sekadar lantunan di ujung bibir. Kalaupun ada perlombaan seputar Al Qur’an, seperti MTQ, maka ia adalah salah satu cara mendorong kepada suatu penghayatan yang lebih mendalam. Agar seluruhnya merasuk dan keluar dari dalam hati. Agar terasa benar resonansi ilahiyahnya. Dan berdampak dalam keseluruhan hidup dan kemasyarakatan kita. Allahu a’lam. (Zainul Arifin)
Selengkapnya...

Anemia Ancam Kecerdasan Anak

Anemia atau kurang darah masih merupakan masalah kesehatan yang menonjol terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit ini ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Hemoglobin merupakan pigmen protein yang memberi warna pada darah dan bertugas membawa oksigen ke paru-paru lalu didistribusikan ke seluruh jaringan dan organ tubuh untuk melakukan pembakaran yang menghasilkan energi.

Menurut kriteria Badan Kesehatan Dunia (WHO), anemia pada anak usia kurang dari 6 tahun ditandai kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gram per desiliter (dl). Pada anak usia lebih dari 6 tahun ditandai Hb kurang dari 12 gram per dl. Jika kadar hemoglobin rendah, seseorang akan cepat letih, lesu, lemah, pucat, pusing, dan mudah mengantuk. Penyebab langsung anemia adalah asupan makanan tidak cukup secara kuantitas dan kualitas, serta infeksi penyakit seperti cacingan.

Jadi, keadaan cacingan dan anemia merupakan indikasi kemungkinan gizi kurang sehingga menghambat tumbuh kembang anak. ”Anemia berdampak pada menurunnya daya tangkap dan konsentrasi yang akan berpengaruh pada prestasi belajar anak,” kata dr Djajadiman Gatot dari Divisi Hematologi Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anemia kerap dianggap sebagai penyakit biasa. Padahal, kekurangan zat besi pada masa kanak-kanak, terutama 5 tahun pertama kehidupan yang tidak diatasi dapat menimbulkan dampak serius yang sulit dipulihkan, terutama kecerdasannya.

Anemia, yang dalam bahasa awam disebut kurang darah, ditandai dengan berkurangnya kadar hemoglobin di bawah normal sesuai dengan usianya. Berdasarkan kriteria WHO,  anemia pada anak kurang dari 5 tahun ditandai  dengan nilai hemoglobin kurang dari 11 dan hematokrit kurang dari 33.  Untuk mengetahuinya memang diperlukan pemeriksaan darah di laboratorium.

Prof.dr.Djajadiman Gatot, Sp.A (K), dari Divisi Hematologi Onkologi Departemen Ilmu Anak FKUI/RSCM menjelaskan anemia defisiensi zat besi (ADB) merupakan kasus anemia yang paling sering dijumpai. "Setiap kelompok usia anak rentan terhadap hal ini, namun kelompok yang paling tinggi mengalami ADB adalah balita 0-5 tahun," katanya dalam acara seminar Action for Iron Deficiency Anemia yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di Jakarta beberapa waktu lalu.

Anemia defisiensi besi pada umumnya disebabkan karena faktor kekurangan gizi, penyerapan makanan yang kurang baik, cepatnya pertumbuhan bayi dan remaja,  kecacingan, infeksi menahun, atau penyakit yang menyebabkan penghancuran sel darah merah. "Polusi yang berlebihan yang masuk ke dalam tubuh juga bisa menggeser kadar besi," imbuh Djajadiman yang saat ini menjadi ketua satuan tugas Anemia Defisiensi Besi IDAI itu.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga  2001, 47 persen balita menderita anemia defisiensi besi. Angka ini tidak beranjak jauh pada Riskesdas 2007 yang menemukan satu dari empat anak usia sekolah dasar menderita kekurangan besi. Asian Development Bank menyebutkan sekitar 22 juta anak Indonesia terkena anemia.  

Anemia merupakan masalah serius. Menurut dr.Soedjatmiko, Sp.A (K), anak yang kekurangan besi pada masa bayi memiliki risiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan jangka panjang serius, seperti gangguan konsentrasi belajar serta kecerdasan anak menurun. "Kekurangan besi sejak dalam kandungan sampai usia 2 tahun akan mengganggu perkembangan cabang-cabang dan sambungan antar sel otak sehingga kecerdasan anak rendah," papar Soedjatmiko.

Lebih dari itu, kekurangan besi juga menghambat pembentukan zat neurotransmiter yang penting untuk pengendalian emosi, pemusatan perhatian dan perilaku anak. "Akibatnya anak rentan mengalami gangguan perilaku seperti bersikap agresif dan kapasitas pemecahan masalahnya rendah," katanya.

Tahapan

Meski selama ini anemia lebih dikenal karena menimbulkan gejala yang khas seperti pucat, lemah, letih, dan lesu, namun ternyata menurut Prof.Djajadiman, sebenarnya kekurangan besi sudah dapat terjadi sebelum menimbulkan gejala. "Bila anemia terjadi dalam jangka waktu lama, meski kadar hemoglobinnya rendah, bisa saja tidak menunjukkan gejala khas karena tubuh telah beradaptasi," tegasnya
.
Ia menambahkan, anemia tidak terjadi dalam satu malam namun melalui tiga tahapan. Pertama adalah deplesi besi atau tahap awal tubuh kekurangan besi. "Pada tahap ini cadangan besi dalam tubuh mulai berkurang tapi besi dalam plasma masih normal begitu pula nilai hemoglobin dan hematokrit," katanya.

Tahap selanjutnya adalah defisiensi besi tanpa anemia dimana cadangan besi, besi dalam plasma juga sudah berkurang tetapi hemoglobin masih normal. Pada tingkat lebih lanjut sudah terjadi anemia defisiensi besi dimana besi dalam plasma dan nilai hemogloin sudah menurun.  

Itu sebabnya, menurut Djajadiman sebenarnya pemeriksaan hemoglobin saja tidak cukup untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami ADB atau tidak.  "Perlu diperiksa juga kadar serum feritin yang menunjukkan total cadangan besi," imbuhnya.

Suplementasi

Anemia yang tidak ditanggulangi jelas akan berpengaruh pada kualitas generasi mendatang karena konsekuensi anemia di masa kanak-kanak akan berlanjut sampai dewasa. Saat ini IDAI telah mengeluarkan pedoman pemberian suplementasi besi kepada anak dan bayi untuk menghindari ADB. Pemberian suplementasi besi ini juga sejalan dengan panduan WHO tahun 1998 yang menyatakan negara yang prevalensi anemianya lebih dari 40 persen perlu diberikan suplementasi besi tanpa dilakukan skrining. "Jika hanya mengandalkan makanan yang mengandung besi saja tidak cukup karena anak harus mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sangat banyak, padahal daya tampung perut anak kecil," kata Djajadiman. Melakukan skirining pada seluruh anak yang beresiko ADB juga dinilai terlalu mahal.

Ditambahkan oleh Soedjatmiko, pemberian suplementasi besi sudah terbukti aman. "Beberapa penelitian sudah membuktikannya, dalam dosis rendah suplementasi besi tidak berbahaya" katanya. Ia mengutip hasil riset di Chile terhadap 1.123 bayi sehat yang lahir cukup bulan dengan kadar hemoglobin normal dan seluruhnya diberikan suplementasi besi. Hasilnya, bayi yang mendapat besi menjadi tidak rewel dan interaksi sosialnya meningkat. 

Suplementasi besi ini, menurut dr.Badriul Hegar, Sp.A (K), ketua IDAI, diiringi dengan upaya peningkatan pemahaman akan bahaya anemia dan upaya pencegahannya. "Tidak hanya terpaku pada besi saja tapi perbaikan pola makan secara keseluruhan, dimulai dari ibu hamil," katanya. (Lusia Kus Anna)

Sumber: Kompas.com Selengkapnya...

Remaja Dan Anemia

Remaja sangat beresiko menderita anemia khususnya kurang zat besi. Diperkirakan 25 persen remaja Indonesia mengalami anemia. Meski tidak menular namun anemia sangat berbahaya karena bisa memengaruhi derajat kesehatan calon bayinya kelak. 

"Bila sejak remaja anemia, saat hamil dan melahirkan bayinya juga akan ikut anemia. Padahal zat besi sangat penting untuk perkembangan otak. Akibatnya akan lahir bayi-bayi dengan kecerdasan di bawah rata-rata," papar dr.Soedjatmiko, Sp.A (K), dalam seminar mengenai kesehatan remaja di Jakarta (16/6).

Anemia terjadi bila jumlah sel darah merah berkurang. Dengan berkurangnya hemoglobin atau darah merah tadi, tentu kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh berkurang. Akibatnya, tubuh kita kurang mendapat pasokan oksigen, yang menyebabkan tubuh lemas dan cepat lelah.

Anemia defisiensi besi dapat terjadi karena sejak bayi sudah anemia, infeksi cacing tambang, kurangnya asupan zat besi karena makanan yang kurang mengandung protein hewani, serta proses menstruasi pada remaja putri.

"Anemia harus dihilangkan agar tidak berjalan terus menerus dan menjadi lingkaran setan," kata Soedjatmiko.
Selain pemberian tablet zat besi, orang yang anemia dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi, seperti daging. Pada anemia yang lebih berat, tindakan yang diambil bisa berupa transfusi darah atau pemberian obat yang dapat merangsang produksi sel darah merah. (Lusia Kus Anna)

Sumber: Kompas.com Selengkapnya...

Banyak Remaja Putri Idap Anemia

Sebanyak 50-60 persen remaja putri di Jawa Timur mengidap anemia atau kekurangan darah merah. Penyakit ini dapat mengakibatkan gangguan dalam tumbuh kembang remaja putri, khususnya saat beranjak dewasa. Demikian diutarakan Kepala Seksi Anak, Remaja, dan Usia Lanjut Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jatim Dian Islami pada seminar bertajuk "Remaja Sehat, Saatnya Beraksi".

"Anemia merupakan penyakit yang tidak dirasakan remaja, baik putra maupun putri. Namun, pengidapnya lebih banyak perempuan karena perempuan jarang menjaga asupan makanannya dengan baik," kata Dian. 

Pada penelitian yang dilakukan tahun 2008 di beberapa SMA dan SMK di tiga kabupaten, yaitu Probolinggo, Situbondo, dan Tulungagung, setidaknya enam dari 10 siswa yang dites mengidap anemia. Sementara di seluruh Indonesia, tingginya tingkat remaja putri mengidap anemia mencapai 60- 70 persen.

Dian mengatakan, anemia atau rendahnya kadar darah merah (hemoglobin) disebabkan kekurangan gizi atau ketimpangan gizi yang sering disebabkan kecerobohan remaja dan orangtua. "Perempuan begitu menginjak usia remaja cenderung ingin kurus, akhirnya mengadakan diet sendiri tanpa pengawasan, akibatnya mengidap anemia," tutur Dian.

Akibat mengidap anemia, konsentrasi dan aktivitas remaja putri akan terganggu. "Anemia menyebabkan remaja tidak bisa segar, tidak ceria, mudah merasa lemah, letih, dan lesu," kata Dian.

Oleh karena itu, agar terhindar dari penyakit anemia, remaja putri hendaknya mengatur pola makan dengan gizi yang baik dan terawasi apabila berdiet. Sel darah merah mudah didapatkan dari makanan berprotein tinggi, seperti daging merah, ikan, dan telur. 

Penyakit menular

Dian juga mengatakan, penyakit yang membayangi remaja tidak hanya terbatas pada anemia, tetapi juga penyakit menular seksual seperti AIDS, sifilis, hingga kanker serviks. "Remaja dengan emosi yang cenderung meledak-ledak memiliki rasa ingin tahu begitu besar dan cenderung mencoba-coba, terutama dalam hal hormonal seksual," kata Dian. Itu sebabnya penyakit seksual rentan menjangkiti remaja.

Ia mencontohkan, sebanyak 30 persen pengidap HIV di Jatim berusia 24-30 tahun. Dengan masa inkubasi virus HIV 10 tahun, itu berarti setidaknya warga Jatim pada usia 14-20 tahun sudah mulai memiliki kontak dengan virus HIV.

Ahli kesehatan anak dan remaja dari Rumah Sakit Umum Dr Soetomo, Azimatul Karim, mengatakan, untuk menanggapi perilaku remaja dan membekali pengetahuan baik dari segi kesehatan maupun segi pendidikan, perlu dilakukan komunikasi yang efektif.

Sumber: Kompas.com Selengkapnya...

Jumat, 29 April 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Sekolah yang Berkarakter

Fenomena merebaknya pornografi di jagad maya (internet) yang kian gawat sungguh membikin orangtua waswas. Apalagi menurut jajak pendapat yang sempat dirilis, sebagian besar pelajar tingkat SMA adalah pengunjung situs-situs porno tersebut. Belum lagi yang menyatakan bahwa pada usia SMA, sebagian pelajar juga melakukan hubungan seks di luar pernikahan. Terlebih sekarang ada kehebohan oleh video asusila ’mirip’ artis yang konon penyebarannya lewat handphone telah sampai ke tangan anak-anak belum cukup umur. Sungguh gonjang-ganjing yang menghantam ketenteraman hidup kita.

Padahal dalam beberapa bulan ke depan, sebagian besar orangtua akan disibukkan oleh pendaftaran anak-anak untuk masuk sekolah, untuk memulai pendidikan formalnya – bagi anak-anak usia TK, dan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi bagi lulusan SD, SMP dan SMA. Hal ini tentu amat menyita perhatian, tenaga, pikiran, dan juga biaya untuk semua pendidikan tersebut. Dan yang harus mendapat perhatian penting pada saat-saat pencarian sekolah seperti saat ini, wawasan keagamaan harus dikedepankan. Atau yang dewasa ini sedang digelorakan adalah apa yang disebut dengan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter ini ingin memformulasikan sinergi pendidikan agama, pembangunan jiwa kebangsaan dan kearifan lokal. Dengan ini diharapkan peserta didik mendapatkan pendidikan yang integral dengan penghargaan dan pengamalan yang tinggi atas norma-norma agama, cita-cita kebangsaan dan kearifan lokal yang berlaku di masyarakat tempat mereka hidup.

Allah SWT berfirman dalam Qs. Al Mujaadilah : 11 yang artinya, “..... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Seorang Muslim meyakini bahwa anak adalah amanat Ilahi. Ia akan menjadi ujian bagi orangtuanya, bagaimana anak itu dibesarkan, bagaimana ia dididik dan sejauh mana usaha orangtua menjadikan anak dan keturunannya sebagai ”qurrota a’yun” (penyejuk pandangan, permata hati) dengan segala perilakunya yang menampakkan diri sebagai anak salih dan salihah. Maka petikan makna ayat dimuka terlebih dahulu menunjukkan seseorang harus beriman baru kemudian berilmu jika ingin ditinggikan derajatnya oleh Allah Swt.

Salah satu tugas penting bagi orangtua dalam sebuah keluarga adalah mendidik anak (atau anggota keluarga lainnya) dengan pendidikan yang baik. Ia harus bisa menjamin bahwa anak-anaknya mengenyam pendidikan secara baik. Karena hanya dengan pendidikan yang baiklah seseorang akan mampu membedakan mana-mana yang halal dan yang haram, yang patut dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan. Kata orang, oleh alam kita dilahirkan sama, dengan pendidikan kita menjadi berbeda. Kepedulian yang kuat kepada hati nurani yang bersih, berlandaskan ajaran agama yang benar harus selalu dipupuk agar pendidikan tidak sekadar melahirkan orang pintar tetapi mengingkari ajaran-ajaran yang benar.

Hadis Nabi menyatakan (artinya), ”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ayahnyalah yang akan menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR Al Bukhari)

Menilik hadis di atas, maka ketika orangtua atau seseorang sedang mencari pendidikan formal untuk anak-anaknya harus ada cara pandang yang benar sebagai prioritas : mencari lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan kadar keimanannya kepada Allah Swt, dan mencerdaskan daya fikir dan mengembangkan kreativitasnya. Idealnya ketiga hal itu berjalan seiring, meski dalam kenyataan tidak selalu mudah mendapat sekolah yang seperti itu.

Kalau kita punya prioritas lebih pada peningkatan keimanan, maka pendidikan formal yang dituju adalah sekolah-sekolah yang mempunyai ciri khas keagamaan lebih kental, baik itu pesantren, madrasah atau sekolah Islam. Dewasa ini sekolah-sekolah bercirikan keislaman yang maju dalam prestasi keilmuan sudah cukup banyak, ini dapat menjadi rujukan orangtua menyekolahkan anaknya.

Sementara kalau yang dikejar semata peningkatan intelektual tanpa dilandasi keimanan yang kuat, dikhawatirkan si anak kelak sekadar menjadi pandai tetapi tidak saleh. Ini yang sekarang banyak terjadi dan menjadi problem masyarakat. Aksi brutal, tidak senonoh, sebagian siswa usai pengumumam kelulusan tempo hari, mencerminkan bagaimana kesalehan menjadi tanda tanya besar dalam pribadi siswa, walau mungkin ia pandai. Apalagi kalau tidak pandai dan tidak saleh, akan menjadi beban keluarga dan masyarakat. Kekerasan yang dipertontonkan para pelajar menunjukkan pendidikan karakter selama ini tidak mencapai hasil yang diharapkan.

Untuk urusan pendidikan agama, orangtua boleh agak keras terhadap anak. Sebab pendidikan karakter, pendidikan untuk kebaikan memang tidak mudah dan harus diajarkan. Bila tidak si anak bisa menyimpang. Sedang untuk menjadi jahat, orang tidak perlu belajar. Sebagaimana Nabi mengajarkan kepada kita dalam mendidik anak untuk shalat, bila sudah sampai waktunya boleh agak keras, sejauh tidak berlebih-lebihan. Pendidikan agama haruslah selalu kita kedepankan, agar kehidupan anak dan masyarakat pada umumnya selalu terjaga dalam nilai-nilai Ilahiyah. Terlebih di tengah suasana negara yang belum kondusif dewasa ini. Bila tidak, akan hancurlah peradaban dan bangsa kita. Allahu a’lam. (Zainul Arifin)
Selengkapnya...

Aku Bukan Sekuntum Bunga (bagian terakhir)

 Oleh : TEGUH WINARSHO AS *
Keesokan harinya Salman dimakamkan. Acara pemakaman dibuat sesingkat mungkin. Secepat mungkin. Tapi yang melayat cukup banyak karena selain orang tua Salman cukup disegani, kematian Salman boleh dibilang sangat tragis. Baru saja Salman melangsungkan pernikahan, mendapat istri cantik, kini ia harus menerima dua peluru yang sekaligus merenggut nyawanya. Abah, Umi dan Fatma turut hadir dalam upacara pemakaman itu meski harus sering-sering menunduk menghindari tatapan aneh terutama dari keluarga Salman yang seolah tidak bisa menerima kematian Salman yang terjadi hanya sehari setelah pesta pernikahan.
Hanya Jakfar, kakak tertua Salman yang terlihat tabah menerima musibah yang menimpa adiknya itu. Umar dan Ali terus menunjukkan wajah tidak ramah. Bahkan sesekali tampak urat-urat di sekitar mata Umar dan Ali bergetar, jari-jari tangannya terkepal.
***
SEJAK kematian Salman, Umi sering melamun dan enggan diajak bicara. Abah tidak pernah berhasil menghibur hati Umi. Tapi suatu malam, ketika Abah sudah lelap tidur, tiba-tiba Umi turun dari ranjang mendatangi Fatma. Wajah Umi terlihat gelisah penuh rasa bersalah. Fatma sebenarnya tidak tega melihat wajah Umi yang memelas. Tapi Fatma juga tak punya kata-kata bagus untuk menyampaikan perasaannya. Akhirnya Fatma hanya diam menunggu Umi mulai bicara.
Malam hening.
"Maafkan Umi, Fat," Umi mulai bicara duduk di tepi ranjang. "Umi mengakui salah…."
"Sudahlah, Umi. Tidak usah dipikirkan."
"Sekarang Umi tidak akan memaksa kamu menikah dengan laki-laki pilihan Umi. Carilah laki-laki sesuai pilihanmu. Tapi ingat satu hal, laki-laki itu harus seiman…. "
Fatma mengangkat kepalanya, matanya berbinar, menatap lekat seraut wajah keriput didepannya. "Benarkah, Umi?"
Umi mengangguk.
"Ada seorang laki-laki yang sampai hari ini aku tak bisa melupakannya. Aku ingin membina rumah tangga dengan laki-laki itu....."
"Cukup!" Umi tiba-tiba memotong. "Umi tak mau dengar nama Hasan kau sebut-sebut lagi!"
"Kenapa?"
"Tak usah kujelaskan mestinya kau sudah sadar. Sudah paham!"
"Aku tak mengerti maksud Umi," Fatma menggeleng-gelengkan kepala.
"Justru Umi yang tidak mengerti apa maksudmu!" suara Umi sedikit mengeras membuat Abah terbangun. Laki-laki tua itu kemudian ikut bergabung.
"Ingat, Fat," Umi mencoba pelan. Mengatur nafas. "Hasan sudah mati, bahkan kuburnya di mana kita tidak tahu. Kenapa kau masih terus mencintainya? Kenapa? Carilah laki-laki lain…. "
Fatma tersenyum. Kini Fatma baru mengerti ke mana arah pembicaraan Uminya. Senyum Fatma kian mengembang lebih lebar, membuat Umi keheranan. "Makanya Umi jangan memotong dulu pembicaraanku," kata Fatma di sela-sela senyumnya.
Umi terdiam. Menunggu Fatma melanjutkan kata-katanya. Tapi Abah lebih dulu bersuara. "Benar yang dikatakan Umi. Jangan pikirkan Hasan lagi. Kuburlah Hasan dalam-dalam. Jangan kau ingat-ingat lagi."
"Baiklah," Fatma menghela nafas berat. "Sekarang, dengarkan semua baik-baik. Sampai hari ini, detik ini, aku masih mencintai Hasan. Karena......"
"Fatma!!" Abah melotot.
"Tenang dulu. Aku belum selesai bicara," Fatma berhenti sebentar menatap bergantian kedua orang tuanya. Lalu, "Sampai hari ini Hasan masih hidup. Sekarang dia berada di rumah Cut Hindar. Apa yang dikatakan Salman semuanya bohong. Salman sangat licik. Kita semua tertipu. Gerombolan orang bertopeng itu tak pernah menembak Hasan. Justru Salman sendiri yang berusaha membunuh Hasan. Tapi Hasan tidak mati. Allah melindungi Hasan!"
"Jadi, Hasan masih hidup?" Umi setengah memekik.
Fatma mengangguk. "Hanya saja sekarang kondisinya masih lemah."
Fatma lalu menceritakan kejadian demi kejadian yang dialami Hasan. Mulai dari ketika Hasan ditangkap gerombolan orang bertopeng, dijebloskan ke dalam penjara, racun yang dituang Salman, sampai ketika Hasan dilempar ke jurang. Umi dan Abah merinding.
"Ajaklah Hasan kemari. Kita rawat dia bersama-sama," kata Abah ketika Fatma selesai bercerita.
"Betul, Fat. Kasihan Cut Hindar juga….."
Kembali Fatma mengangguk. Meski jauh di dasar hatinya Fatma masih ragu apakah Hasan mau menerima dirinya. Ya, masih maukah Hasan menerima diriku yang sudah janda? Pertanyaan itu terus melingkar-lingkar di kepala Fatma seperti baling-baling kipas angin.


ENAM BELAS

SUBHANALLAH. Benar-benar hari yang penuh kesibukan. Hari-hari yang penuh berkah kebahagiaan. Setiap hari ada saja tetangga dan kaum kerabat yang datang bertamu ke rumah Abah menjenguk Hasan. Kadang ruang tamu sampai penuh tidak mampu menampung jumlah tamu yang datang, yang di antara suara mereka yang hiruk-pikuk diikuti derai tawa membahana, di dapur Fatma sibuk mengerjakan sesuatu. Mencuci gelas, piring, membuat minuman, memasak dan lain-lain.
Tapi kesibukan itu sama sekali tak membuat Fatma merasa lelah. Karena setiap hari Fatma selalu bertemu dengan seraut wajah cerah, senyum ramah dan suasana kekeluargaan yang hangat dan akrab. Apalagi kesehatan Hasan berangsur-angsur mulai membaik.
Apalagi ketika pada suatu malam. Ya, malam yang penuh isak tangis, tapi tangis kebahagiaan: Umi dan Fatma baru saja selesai menyiapkan hidangan makan malam, lalu duduk menghadap meja makan, ketika dari kamar sebelah muncul sosok laki-laki muda gagah dan tampan. Kalau saja tak ada bekas-bekas goresan di lengan dan wajah yang merupakan garis-garis tipis dan samar-samar, serta kalau saja Umi tak merawatnya setiap hari dengan telaten, tentulah Fatma tak akan mengenali sosok laki-laki itu.
"Kenapa aku tak diajak makan malam?" kata laki-laki itu setengah bercanda.
Umi dan Fatma tersenyum. Tapi secepat itu, setelah mereka menyadari keadaan Hasan yang nyaris sudah pulih seperti sedia kala, tak kuasa Fatma menitikkan air mata.
"Hai, Fat," tiba-tiba Hasan bersuara sambil berjalan menghampiri meja. "Kau bisa menangis tapi mulutmu terus mengunyah nasi," kata Hasan membuat wajah Fatma merah padam. Menunduk. Tersipu malu. Tapi memang sejak malam itu, Fatma sering tersipu malu ketika tanpa sengaja matanya beradu dengan mata Hasan. Mata seorang laki-laki. Dan tersipunya hati seorang perempuan.
Sementara itu nun jauh di Ibu Kota Jakarta, seorang pemuda penjaja koran, berteriak lantang di dalam bus yang terus melaju kencang, menyebut daftar KKN mantan pejabat yang baru lengser berikut kroni-kroninya. Juga hujatan, caci-maki dan kata-kata jorok yang begitu ringan keluar dari mulutnya. Pemuda kerempeng itu tak peduli ada seorang laki-laki berpakaian tentara yang terus mengawasinya. Andai kejadian ini berlangsung beberapa bulan yang lalu, tentu akan lain ceritanya.
Orang-orang yang mendengar teriakan penjaja koran itu hanya tersenyum sembari membayangkan hari-hari depan yang lebih ceria. Lebih hidup. Lebih berarti. Wajah mereka tampak bercahaya, penuh optimisme. Sebuah era baru terbentang luas di depan mata seperti bentangan layar putih. Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Yogya, dan kota-kota besar lainnya di seluruh pelosok negeri, bolehlah berpesta pora menyambut era kebebasan ini.
Tapi orang-orang kampung Ulegle, Buntul Kemumu, Bernoun, Lelabu, Pegasing, dan sekitarnya apakah bisa begitu? Tengah malam sesekali mereka masih mendengar gemuruh suara tembakan diikuti lengking jerit kesakitan dari dalam hutan. Adakah kebahagiaan di situ? Rasa aman? Harapan?
Kebahagiaan, rasa aman, harapan, atau apapun namanya, bagi orang-orang Ulegle, Buntul Kemumu, Bernoun, Lelabu dan Pegasing, hanyalah omong kosong belaka. Atau kalau memang itu benar-benar ada, pastilah hanya milik Hasan dan Fatma yang sebentar lagi akan menikah.
Tapi, sampai kapan?

-USAI-
Yogyakarta - Depok, April 2001 -2004
* Teguh Winarsho AS, cerpenis/novelis kelahiran Kulon Progo tahun 1973. Pernah mendapat kehormatan sebagai cerpenis terbaik se-Jawa Tengah versi Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto. Cerpen-cerpennya banyak menghiasi media massa, seperti Republika, Kompas, Horison, Media Indonesia, Koran Tempo, The Jakarta Post, Matra, Suara Karya, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Kedaulatan Rakyat, Bernas, Lampung Post, Bisnis Indonesia, Warta Kota, Pikiran Rakyat, Trans Sumatera, Jawa Pos, Surabaya Post, Minggu Pagi, Suara Merdeka, Wawasan, Solo Pos, Annida, Sabili, Nova, Citra dll. 
Tulisan-tulisannya dalam bentuk antologi bersama adalah Tamansari (Pustaka Pelajar, 1998), Aceh Mendesah dalam Nafasku (Kasuha, 1999), Embun Tajalli (Aksara, 2000), Bunga-Bunga Cinta (Senayan Abadi, 2003), Wajah di Balik Jendela (Lazuardi, 2003), Jika Cinta (Senayan Abadi, 2003), Pipit Tak Selamanya Luka (Senayan Abadi, 2003), Jalan Tuhan (Lazuardi 2004), dll. Kumpulan cerpen tunggalnya yang telah terbit, Bidadari Bersayap Belati (Gama Media, 2002), Perempuan Semua Orang (Arruzz, 2004). Salah satu cerpennya masuk dalam kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 2003. Sementara novelnya Di Bawah Hujan dimuat bersambung di harian Suara Pembaruan, edisi 10 April - 07 Juni 2000. Novel Orang-Orang Bertopeng dimuat bersambung di harian Sinar Harapan, edisi 27 Maret-10 Mei 2002.

(Cerita ini pernah dimuat bersambung di harian Sinar Harapan dengan judul Orang-Orang Bertopeng)
Selengkapnya...

Kamis, 28 April 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Pemberian Yang Menakjubkan

Apakah pernah datang kepada Anda seorang peminta-minta yang benar-benar membutuhkan uluran tangan Anda sedangkan pada saat itu Anda juga sedang tidak terlalu berpunya? Biasanya dalam keadaan demikian kita akan menolak kedatangan sang peminta-minta tersebut tanpa memberikan jalan keluar. Misalnya sekadar menunjukkan kepadanya agar datang kepada orang yang kita kenal, semoga orang yang kita tunjukkan itu dapat menolongnya.

Memang dalam al-Qur’an kita diperintah untuk memberikan sedekah, infak, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Namum kebanyakan dari kita rasanya belum terlalu tergerak oleh perintah itu jika dalam keadaan sempit. Bukan itu saja, bahkan ada saja yang meski berada dalam kelapangan anugerah Ilahi tidak juga mau bersedekah atau berinfak. Kalau pun dalam keadaan sempit dan ada orang yang lebih sempit lagi mendatangi kita untuk meminta pertolongan, selayaknya kita upayakan semampu kita. Atau kita tunjukkan saudara kita yang kiranya mampu menolongnya.

Sepenggal riwayat dalam tarikh Islam ini mungkin akan menggugah nurani kita. Suatu saat seorang lelaki tiba di kota Madinah dalam keadaan sangat kelelahan. Ia telah menempuh perjalanan yang jauh untuk mencapai kota idamannya itu. Mukanya pucat, badannya lemas, keringat bercucuran dan bajunya compang-camping. Uangnya telah habis sedangkan perutnya lapar. Iapun pergi ke masjid.

Kebetulan saat itu Rasul Saw sedang berada di masjid pula. Ia menemui Rasul dan mengadukan perihalnya. Ia pun menyampaikan keperluannya yang mendesak yakni perlu makan dan pakaian. Rasul menerima saudara seiman itu dengan ramah tamah, mendengarkan seluruh ceritanya dengan penuh perhatian. Beliau ingin menolong orang itu, tapi saat yang sama, Rasul pun tidak punya sesuatu yang layak diberikan kepadanya. Jadi apa daya?

Rasul tidak putus asa. Beliau berkata, “Maaf, aku tidak dapat memberikan apa-apa kepadamu hari ini. Tapi datanglah kepada putriku, Fatimah, mudah-mudahan ada sesuatu di rumahnya yang dapat diberikan kepadamu.” Rasul lantas menyuruh shahabat Bilal mengantar lelaki tersebut.

Tiba di depan rumah Fatimah keduanya mengucap salam dan diterima Fatimah dengan rasa hormat. Fatimah bertanya kepada tamu tersebut, asal-usulnya dan keperluannya. Sang tamu bercerita bahwa ia barasal dari negri yang jauh, berhijrah mengikuti Rasul. Sekarang kehabisan bekal, perut lapar, pakaian tidak pantas. “Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada tuan, wahai putri Rasulullah,” kata lelaki tersebut.

Fatimah menoleh ke kanan-kiri, mencari sesuatu yang mungkin layak diberikan. Namun tidak nampak sesuatu yang berharga di rumahnya, tidak juga ada makanan, maka ia pun tidak menjamu sang tamu. Memberi sang tamu pakaian perempuan, tidak mungkin. Yang tampak akhirnya adalah alas kulit yang biasa dipakai tidur Hasan dan Husain. Ia berikan itu kepada tamunya. Sang tamu menerima dengan senang dan berterima kasih. “Namun sebenarnya saya perlu makanan untuk mengembalikan tenaga yang telah hilang,” kata sang tamu.

Fatimah terkesiap. Ia berpikir sejenak. Dirabanya dadanya. O ya, bukankah ia punya sebuah kalung hadiah pernikahannya dulu? Fatimah pun melepas kalung itu dan berkata, “Ambil dan juallah kalung ini, semoga harganya cukup memenuhi keperluanmu.” Sesungguhnya kalung itu sangat berharga, karena ia adalah hadiah dari putri pamannya saat ia menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Tapi ia ikhlas dan tidak menyesal.

Usai menerima kalung itu, sang tamu kembali ke masjid menemui Rasulullah dan menceritakan bahwa ia diberi kalung dan boleh menjualnya. Maka Rasulpun bertanya siapa yang mau membeli kalung tersebut. Shahabat Ammar bin Yasir berdiri dan mau membeli kalung itu. Ia bertanya berapa harganya. Sang tamu mengatakan bahwa ia hanya perlu tukaran roti dan daging, sebuah baju dan satu dinar uang untuk bekal menemui istrinya. Ammar membeli kalung itu dengan harga 20 dinar, 200 dirham ditambah baju dan seekor unta.

Singkat cerita, Ammar lalu menemui budaknya bernama Asham dan menyuruh agar ia menemui Rasul. Asham dipesan bahwa ia menghadiahkan kalung itu kepada Rasul dan menghadiahkan Asham kepada beliau. Jadi sejak hari itu Asham menjadi budak Nabi. Asham dengan semangat bergegas menemui Rasul. Ia amat gembira, ia akan ganti pemilik, menjadi budak Nabiyullah Muhammad Saw. Tiba di hadapan Nabi, Asham menyampaikan pesan Ammar. Rasul menerima dengan baik lalu berkata, “Engkau kini budakku. Dengar perintahku, pergilah ke rumah Fatimah. Katakan kepadanya bahwa aku menghadiahkan kalung ini kepadanya dan aku pun menghadiahkan engkau agar menjadi budaknya.”

Asham menemui Fatimah seperti perintah Rasul. Ia ceritakan perintah Rasul. Fatimah menerima dengan penuh rasa syukur dan terima kasih. Meski kalung itu semula adalah miliknya, tapi sekarang ia terima sebagai hadiah dari ayahnya. Ditambah seorang budak lagi. Padahal semula ia hanya memberi kalung dan alas kulit kepada seorang muhajir yang datang. Ternyata kalung itu telah kembali ditambah seorang budak pula.

Setelah hadiah diterima, Fatimah berkata, “Idzhab fa anta hurrun liwajhillah. Pergilah engkau Asham, engkau kini bebas dari perbudakan, kulakukan semata-mata karena Allah.” Asham tertawa besar hingga Fatimah heran. “Mengapa engkau tertawa begitu rupa?” tanya Fatimah. Asham menjawab, “Aku tertawa sebab takjub dengan riwayat kalung yang baik ini. Ia telah mengenyangkan orang yang lapar. Menutup tubuh orang yang (hampir) telanjang. Ia telah memenuhi hajat seorang fakir, dan akhirnya ia telah membebaskan seorang budak!” (Diringkas dari, “Renungan Tarikh”, KHE Abdurrahman)

Dalam Qs. Ali Imran ayat 134 Allah berfirman, yang artinya, “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” Ayat ini menegaskan bahwa salah satu ciri orang beriman adalah yang mau menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit. Dan kepada orang yang kesusahan, Nabi bersabda, “Permudahlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan kau buat mereka lari.” Atau dalam redaksi yang sedikit berbeda, “Permudahlah dan jangan dipersulit. Buatlah tenteram (sakkinuu) dan jangan kau buat mereka lari.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Jikapun kita dalam keadaan sempit dan benar-benar tak dapat menolong saudara kita yang amat memerlukan tetaplah harus kita gembirakan dengan menunjukkan alternatif yang masih mungkin dilakukan. Semoga dengan demikian pahalanya mengalir juga kepada kita. Allahu a’lam. (Zainul Arifin)
Selengkapnya...

Aku Bukan Sekuntum Bunga (bagian 24)

Oleh : TEGUH WINARSHO AS * 
LIMA BELAS 
UMI mondar-mandir dari dapur ke ruang tamu. Wajah Umi muram, gelisah. Gelisah karena Fatma belum pulang. Fatma sengaja pergi meninggalkan rumah, begitu kira-kira kesimpulan Umi. Tapi diam-diam orang-orang kampung mulai tahu apa yang melatarbelakangi kepergian Fatma. Apa yang membuat gadis cantik dan pendiam itu tiba-tiba pergi dari rumah tanpa pamit. Mereka tidak sepenuhnya menyalahkan Fatma.
Tapi benarkah Fatma sengaja pergi meninggalkan rumah? Bukan diculik oleh gerombolan orang bertopeng atau dibawa pergi makhluk halus yang konon suka iseng membawa pengantin perempuan pada malam pertama? Tiba-tiba Umi ragu dengan pikirannya semula. Apalagi ketika Umi ketemu dengan Hasbil, perempuan tua yang dikenal sebagai paranormal. Hasbil membenarkan dugaan Umi yang terakhir.
Hasbil bilang bahwa semalam ia melihat kelebat bayangan jubah hitam melintas di udara, melayang-layang lalu menghilang di dalam hutan. Menurut Hasbil, pemilik jubah hitam itu adalah makhluk halus yang suka membawa pengantin perempuan di malam pertama. Makhluk itu berwujud laki-laki, tinggi besar, berwajah buruk, bertaring tajam seperti drakula. Gerakan makhluk itu sangat cepat, tak bisa ditangkap oleh mata manusia biasa. Hanya orang tertentu yang bisa melihat gerakan makhluk itu. Meski tidak jelas kebenarannya, tapi seperti biasa cerita itu segera menyebar sampai pelosok kampung.
Mula-mula cerita itu disampaikan Burhan kepada orang-orang yang sedang berjaga-jaga ditepi jalan. Orang-orang itu mengangguk-angguk, percaya. Apalagi sumbernya dari Hasbil. Semua orang kampung kenal dengan perempuan tua yang sering menyepi di tempat-tempat keramat itu. Akhirnya cerita dengan cepat menyebar. Bahkan lebih cepat dari langkah kaki Burhan sendiri.
Buktinya, ketika Burhan bertemu dengan satu dua orang di tengah jalan, atau yang tiba-tiba lari dari teras rumah menyongsong dirinya, pertanyaan yang diajukan hampir sama: "Di mana makhluk halus itu membawa Fatma pergi?" Atau, "Kau lihat sendiri seperti apa wujud makhluk halus itu?"
Umi masih mondar-mandir dari dapur ke ruang tamu. Sementara Abah duduk di kursi teras rumah. Wajah Abah terlihat sangat tegang. Sesekali Abah menghisap rokoknya dalam-dalam dan membiarkan asapnya keluar sendiri lewat hidung atau mulut hingga sesekali wajahnya tidak kelihatan. Orang-orang yang datang dan pergi silih berganti di rumah itu, tak ada yang berani mengajak bicara Abah, kecuali Abah sendiri yang memulai.
Salman adalah orang yang paling sibuk. Hampir semalaman ia tidak tidur. Semua teman-teman dekatnya ia kerahkan untuk mencari Fatma. Bahkan Salman berjanji akan memberi hadiah uang kepada siapa saja yang berhasil menemukan istrinya dalam keadaan selamat. Tentu saja Salman tidak main-main dengan janjinya itu.
Tapi sayang, keinginan teman-teman dekat Salman untuk memiliki lembar-lembar uang dari Salman akhirnya musnah ketika tiba-tiba Fatma muncul dari jalan depan. Langkah Fatma gontai, sempoyongan. Rambutnya kusut. Wajahnya lelah. Orang-orang segera mengerubungi Fatma, kawatir jika tiba-tiba Fatma terjatuh. Tak terkecuali Umi yang larinya paling cepat disusul Abah. Melihat kondisi Fatma yang begitu buruk, Umi tidak jadi marah-marah. Beberapa perempuan segera berebut memapah Fatma, memijit-mijit tengkuknya, kepalanya, seolah merekalah orang pertamakali yang menemukan Fatma.
"Minggir! Minggir!" seseorang berteriak dengan penuh semangat menyibak kerumunan.
"Awas, awas, kasih jalan! Kasih jalan!" seseorang lain menyahut.
"Hai, Rukis, Tuni, siapkan air panas. Dan kau Atimi, jangan bengong saja. Ambil minyak angin di laci meja. Cepat!!" Umi ikut-ikutan berteriak. Rukis, Tuni dan Atim segera lari ke dalam.
"Panggil Hasbil. Suruh kesini!"
"Tidak usah, tidak usah....." tiba-tiba mulut Fatma bersuara. Lirih.
Mendengar suara itu Umi lega. Konon orang yang baru kembali (atau dipulangkan) dari tempat persembunyian makhluk halus tiba-tiba jadi bisu. Tapi ternyata Fatma tidak.
Fatma direbahkan di atas ranjang. Seorang laki-laki, masih muda, duduk bersila di lantai, di samping Fatma. Matanya terpejam. Mulutnya komat-kamit membaca mantera untuk mengusir roh halus di tubuh Fatma. Asap kemenyan terus mengepul dari pojok kamar. Salman yang berdiri di belakang laki-laki bersila itu terbatuk beberapa kali. Wajah Salman mulai terang. Kedua matanya tak berkedip menatap sesosok tubuh molek di atas ranjang.
Tapi Fatma masih terbaring lemah di atas ranjang. Matanya terpejam. Rapat.
Kalau bukan karena suara ribut-ribut di luar mungkin Salman masih akan terus menatap tubuh istrinya. Tapi suara itu jelas mengganggu konsentrasinya. Dengan penuh keengganan Salman keluar. Di sana Salman mendapati orang-orang berkerumun, merapat, dengan sorot mata ketakutan. Anak-anak kecil dan gadis remaja masuk ke dalam rumah.
"Ada apa?" tanya Salman keheranan
"Ada suara tembakan. Berkali-kali," jawab Abah memendam cemas.
"Di mana?"
"Di dekat sungai. Pinggir hutan."
"Gerombolan orang bertopeng itu mungkin akan mengacau lagi," sahut seseorang.
Aku sudah menduga semua ini pasti akan terjadi lagi.”
"Ya. Sudah lama mereka tidak kelihatan batang hidungnya."
Mungkin kemarin mereka sedang menyusun kekuatan.”
"Sekarang sudah saatnya kita melawan!"
"Ya, melawan!"
Suara itu sahut-menyahut membuat suasana gaduh.
"Baiklah, sekarang ambil senjata dan kita mulai bergerak. Ayo, cepat!" Tiba-tiba Salman berteriak. Keras.
Orang-orang segera lari ke rumah masing-masing mengambil senjata. Dan hanya sebentar mereka sudah kembali berkumpul. Rencong, Parang, sabit, pedang, golok, berkelebat di udara. Suasana semakin gaduh. Penuh teriakan histeris.
"Diam semuanya! Diam!!" seseorang berteriak keras. Suasana sedikit reda.
"Sekarang kita bagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama menyisir sepanjang aliran sungai Kiwang sampai perbatasan kampung. Kelompok kedua menyisir tepi hutan dan bukit-bukit yang ada di sekitarnya. Sedang kelompok ketiga berjaga-jaga di setiap sudut kampung. Amati setiap gerak-gerik yang mencurigakan. Jangan sampai lengah. Ayo, lekas berangkat!"
Sesuai dengan kelompok masing-masing mereka segera berangkat. Ada dua belas orang dalam kelompok yang dipimpin Salman. Mereka mendapat jatah menyisir tepi hutan dan bukit-bukit yang ada di sekitar Buntul Kemumu. Tugas ini agak berat di banding tugas dua kelompok lainnya. Tapi kelompok ini kebanyakan anak-anak muda.
Begitulah, dua belas pemuda itu terus mengikuti langkah Salman melewati jalan setapak bebatuan. Ini adalah jalan pintas menuju kampung Buntul Kemumu. Seseorang memberi tahu Salman, bahwa gerombolan orang bertopeng biasanya berada di hutan dekat kampung Buntul Kemumu. Jalan menuju hutan Buntul Kemumu cukup berat. Jika tidak hati-hati bisa terpeleset jatuh masuk jurang. Tapi Salman dan dua belas temannya sudah tahu bagaimana caranya berjalan di jalan seperti itu.
Belum ada lima ratus meter Salman dan teman-temannya melintas jalan setapak menuju hutan Buntul Kemumu, diam-diam dua pasang mata, tajam, terus mengawasi gerak-gerik mereka dari balik gerimbun daun sembari mengarahkan moncong senapan. Siapapun orangnya tidak akan mengenali pemilik dua pasang mata itu karena yang seorang wajahnya ditutup dengan topeng, sedang seorang lagi dibebat kain hitam. Yang terlihat hanya dua bola mata merah mencorong penuh api dendam.
Tepat ketika Salman berhenti sebentar, menyulut rokok, lalu melemparkan sisanya kepada teman-temannya, terdengar dua kali ledakan keras, membuat orang-orang yang sedang asyik menikmati hisapan rokok itu tanpa basa-basi menjatuhkan diri ke tanah, tiarap. Cukup lama mereka bertiarap dan mungkin akan lebih lama lagi jika mereka tidak mendengar suara orang merintih kesakitan. Semakin lama suara itu semakin terdengar keras.
"Salman!!" tiba-tiba seseorang berteriak keras, menghambur ke arah Salman tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri karena boleh jadi akan ada tembakan susulan.
Tindakan orang itu rupanya segera diikuti oleh teman-teman lainnya. Tapi percuma, sia-sia, Salman keburu tewas dengan mata melotot dan bentuk bibir meregang, penyot, seperti menahan rasa sakit luar biasa setelah satu peluru menembus dada dan satu peluru lagi menghunjam tepat di antara kedua matanya. Darah segar berlumuran membasahi pakaian Salman.
Empat orang segera membopong tubuh Salman dibawa pulang. Sisanya meneruskan tugas.
Tidak jauh dari tempat itu, di balik gerimbun daun dan barisan pohon jati lebat, dua orang laki-laki berjalan cepat dengan cara merundukkan badan. Yang seorang memakai topeng, sedang seorang lagi membebat wajahnya dengan kain hitam dan masih diikat lagi dengan kain merah. (bersambung)

* Teguh Winarsho AS, cerpenis/novelis kelahiran Kulon Progo tahun 1973. Pernah mendapat kehormatan sebagai cerpenis terbaik se-Jawa Tengah versi Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto. Cerpen-cerpennya banyak menghiasi media massa, seperti Republika, Kompas, Horison, Media Indonesia, Koran Tempo, The Jakarta Post, Matra, Suara Karya, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Kedaulatan Rakyat, Bernas, Lampung Post, Bisnis Indonesia, Warta Kota, Pikiran Rakyat, Trans Sumatera, Jawa Pos, Surabaya Post, Minggu Pagi, Suara Merdeka, Wawasan, Solo Pos, Annida, Sabili, Nova, Citra dll. 

Tulisan-tulisannya dalam bentuk antologi bersama adalah Tamansari (Pustaka Pelajar, 1998), Aceh Mendesah dalam Nafasku (Kasuha, 1999), Embun Tajalli (Aksara, 2000), Bunga-Bunga Cinta (Senayan Abadi, 2003), Wajah di Balik Jendela (Lazuardi, 2003), Jika Cinta (Senayan Abadi, 2003), Pipit Tak Selamanya Luka (Senayan Abadi, 2003), Jalan Tuhan (Lazuardi 2004), dll. Kumpulan cerpen tunggalnya yang telah terbit, Bidadari Bersayap Belati (Gama Media, 2002), Perempuan Semua Orang (Arruzz, 2004). Salah satu cerpennya masuk dalam kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 2003. Sementara novelnya Di Bawah Hujan dimuat bersambung di harian Suara Pembaruan, edisi 10 April - 07 Juni 2000. Novel Orang-Orang Bertopeng dimuat bersambung di harian Sinar Harapan, edisi 27 Maret-10 Mei 2002.

(Cerita ini pernah dimuat bersambung di harian Sinar Harapan dengan judul Orang-Orang Bertopeng)
Selengkapnya...

Reaksi Balita Ketika Orangtua Bilang Um.. Uh..

Orangtua kadang merasa bersalah ketika terbata-bata menjelaskan sesuatu ke balitanya. Saat orangtua tidak lancar mengatakan sesuatu biasanya ada jeda kata 'Um' (baca: Em atau seperti menggumam) atau 'Uh' (baca: Eh). Tapi omongan ragu-ragu Um dan Uh tersebut ternyata berguna buat balita.

Ilmuwan kognitif menemukan orangtua yang tersandung bicaranya atau ragu-ragu yang istilah teknisnya disebut disfluencies justru membantu balita mereka untuk belajar bahasa yang lebih efisien.

Penelitian ini dilakukan oleh Katherine White dan Richard Aslin dari University of Rochester. Hasil penelitiannya ini telah dipublikasikan secara online di jurnal Developmental Science pada 14 April 2011.

Ketika orangtua sedang mencari kata-kata yang tepat dengan bilang 'Um' atau 'Uh', saat itu menurut peneliti orangtua sudah mengirimkan sinyal ke anak akan adanya kata baru. Sehingga saat orangtua sedang kebingungan berkata 'Um' atau 'Uh' justru balita lebih serius memperhatikannya.

Jeda waktu dengan berkata 'Um' atau 'Uh' membuat balita penasaran akan adanya kata baru yang akan diucapkan orangtua. Proses belajar seperti ini lebih mudah memancing anak untuk memperhatikan bakal adanya kata baru, ketimbang si anak menunggu saja kata-kata baru yang diucapkan orang dewasa yang ternyata bagi balita itu tugas yang jauh lebih berat.

"Ketika lebih banyak menerka sebuah pembicaraan dapat membuat apa yang akan dikomunikasikannya dan didengar menjadi lebih mudah dipahami," kata Profesor Richard Aslin seperti dilansir dari Sciencedaily, Minggu (17/4/2011).

Untuk penelitian tersebut, peneliti mempelajari tiga kelompok balita usia 18-30 bulan. Setiap anak di pangku orangtuanya duduk di depan monitor yang dilengkapi dengan perangkat pendeteksi mata.

Percobaan satu dengan dua gambar dimunculkan di layar, satu gambar yang sudah akrab dengan anak-anak seperti bola atau buku dan satu lagi gambar yang dibuat dengan nama-nama seperti DAX atau Gorp. Percobaan lain dengan sebuah rekaman suara yang berbicara tentang benda-benda dengan kalimat sederhana. Ketika rekaman suara tersebut berkata "Lihatlah... Uh..", balita ternyata akan lebih memperhatikan gambar-gambar yang dibuat sesering mungkin atau hampir 70 persen untuk memperhatikannya.

Tapi dalam penelitian tersebut balita yang merespons kata 'Um' atau 'Uh' lebih intens adalah balita yang berusia lebih dari 2 tahun (lebih dari 24 bulan). Sedangkan balita di bawah usia 2 tahun belum kelihatan adanya efek dari disfluencies (kata-kata jeda).

Anak-anak usia 2-3 tahun biasanya berada pada tahap perkembangan yang pesat di mana mereka bisa membentuk kalimat sederhana dari dua hingga empat kata panjang. Dan mereka biasanya sudah memiliki beberapa ratus kata.

Meski begitu peneliti tidak menyarankan orangtua untuk selalu menambah disfluencies (kata-kata jeda) karena jika terus-terusan dilakukan gaya tersebut bisa ditiru anak. Tetapi sesekali bisa dilakukan untuk memancing anak penasaran dengan kata baru. Jadi ketika orangtua sekali-sekali berkata 'Um' atau 'Uh', anak sudah tahu itu petunjuk belajar untuk kata baru. (Irna Gustia)

Sumber: detikHealth Selengkapnya...

Anak Meniru Orangtua dalam Mengatasi Rasa Sakit

Sebagian besar anak-anak akan meniru perilaku orang-orang disekitarnya. Kini studi terbaru menunjukkan bahwa perilaku dari keluarga bisa mempengaruhi bagaimana anak mengatasi rasa sakitnya.

Studi ini dilakukan oleh para peneliti dari Split University Hospital, Kroasia dan hasilnya telah dipublikasikan secara online dalam International Journal of Behavioral Medicine.

Hal yang dinilai oleh peneliti dalam studi ini adalah pain catastrophizing
atau kondisi mental negatif yang berlebihan dalam menanggapi rasa sakit yang sebenarnya atau mengantisipasi rasa sakit.

"Kami menemukan bahwa skor pain catastrophizing pada orangtua bisa diprediksi dari hasil yang didapatkan anaknya, terlepas dari tingkat rasa sakit yang sebenarnya dialami," ujar Suzyen Kraljevic dari Split University Hospital, seperti dikutip dari HealthDay, Jumat (15/4/2011).

Para peneliti menyimpulkan hal ini karena selama masa kanak-kanak, orangtua adalah model yang akan ditiru oleh anak-anaknya. Ia akan mengamati bagaimana orangtuanya mengelola kesedihan serta rasa sakit yang dialaminya dan dipraktekkan dalam konteks yang hampir sama.

"Keluarga dapat mengembangkan gaya kognitif yang spesifik saat berurusan dengan rasa sakit," ungkapnya.

Anak-anak umumnya akan meniru apa yang dilihatnya secara konkrit, sedangkan penalarannya belum berkembang maksimal. Hal ini membuatnya menyerap apapun yang dilihatnya dan berpikir cara itulah yang dilakukan jika mengalami rasa sakit.

Untuk itu orangtua harus menjadi model yang baik dan memberikan contoh perilaku pada anak-anaknya termasuk bagaimana cara yang tepat dalam mengatasi rasa sakit yang muncul. (Vera Farah Bararah)

Sumber: detikHealth Selengkapnya...

Rabu, 27 April 2011 2 komentar By: sanggar bunga padi

Teman Kita, Siapa Dia


Dalam kehidupan bermasyarakat adalah sudah jamak dan alamiah jika kita mempunyai teman atau sahabat. Teman-teman kita itu tentu berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang. Agama, asal-usul, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Di antara teman yang kenal itu, entah sejak kecil atau bertemu ketika telah sama-sama dewasa, ada yang akrab dengan kita dan ada pula yang biasa biasa saja.

Teman akrab adalah seseorang yang secara khusus menempati sebagai perasaan suka kita dalam hati dan terekspresikan dalam perilaku tertentu yang mudah dibedakan deng­an seseorang yang biasa-biasa saja dalam pandangan kita. Teman akrab itu mungkin salah satunya adalah istri kita, dan lainnya adalah orang di luar rumah tangga kita.

Karena teman akrab mem­punyai hal khusus dalam hati dan perasaan kita, maka seringkali apa yang diingingkan oleh teman kita seolah menjadi sesuatu yang harus kita turuti. Begitu pula hal yang menjadi kebiasaan teman akrab kita, seringkali kemudian kita tiru, baik sadar maupun tidak sadar.

Teman akrab juga mendatangkan cinta dalam arti luas. Bila ia lawan jenis, maka cinta dapat berupa parasaan ingin memiliki sehingga terwujud dalam ikatan pernikahan. Bila ia sesama jenis, maka ada perasaan sangat memerlukan kehadirannya, entah untuk sekedar mengobrol atau hal lain. Teman akrab yang kita cintai secara tulus, seringkali adalah juga gudang penyimpanan rahasia kita. Johan Wolfgang von Goethe pernah berkata, “Kita dibentuk dan dibuat oleh apa yang kita cintai.”
Lantaran teman akrab sangat berpengaruh bagi kita, maka Is­lam mengajarkan agar berhati-hati dalam memilih teman. Tidak sembarangan orang yang dapat kita jadikan teman, karena penilaian tentang kitapun dapat dilihat siapa teman kita.
Allah swt. berfirman dalam Qs.An Nisa (4) : 9, “Dan barang siapa mentaati Allah Swt. dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat Allah Swt, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”  Sementara itu Rasullulah pernah bersabda, “Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pedamping.” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ahmmad)

Meski ayat 69 Qs. An Nisa’ di atas berkenaan dengan kerisauan seorang sahabat Anshar akan tempatnya di Akhirat (di syurga) nanti yang tidak lagi dapat bersama Nabi (karena derajatnya berbeda), namun pelajarannya dapat kita petik untuk menjadi tolak ukur teman yang baik, yang dapat dijadikan teman akrab. (lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol. 2, h 479)
Pertama. Sebaik-baik teman dan pengaruhnya yang dapat kita terima adalah para Nabi. Dalam hal ini Muhammad Saw. Menjadikan Muhammad Saw. se­bagai teman akrab adalah dengan mengamalkan ajaran-ajarannya. Apa yang ia minta dalam ajaran itu, semampunya kita laksanakan. Secara fisik kita tak mungkin lagi akrab dengan Nabi Muhammad, tapi dengan mengkuti ajarannya berarti kita telah dibentuk oleh teman akrab kita itu. Dan ini adalah teman akrab yang paling benar.

Kedua, teman yang baik adalah para shiddiqin, yaitu orang-orang dengan pengertian apa pun selalu benar dan jujur. Mereka tidak ternodai oleh kebatilan, tidak pula mengambil sikap yang bertentang dengan kebenaran. Tampak dipelupuk mata mereka yang haqk. Mereka selalu mendapat bimbimbingan Ilahi walau tingkatnya di bawah nabi dan rasul.

Ketiga, teman yang baik ada­lah syuhada, yakni mereka yang bersaksi atas kebenaran dan kebajikan, memulai ucapan dan tindakan mereka, walaupun harus mengorbankan nyawanya sekalipun. Atau mereka yang disaksikan keberanan dan kebajikan oleh Allah Swt, para malaikat dan lingkungan me­reka.

Keempat, teman yang baik adalah orang-orang shaleh, yakni yang tangguh dalam kebajikan dan selalu berusaha mewujudkannya. Kalaupun sesekali ia melakukan pelanggaran, maka itu adalah pelanggaran kecil dan tidak berarti jika dibandingkan dengan kebajikan-kebajikan mereka.

Pencarian teman akrab dalam masyarakat, selain diarahkan agar diri kita selalu baik, juga perlu diberikan kepada anak-anak kita agar mendapatkan kawan akrab secara benar dan bermanfaat. Rasulullah bersabda, “Kawan pendamping yang shaleh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium atau terpercikkan keharumannya. Sedangkan kawan yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya.”  (HR. Al Bukhari)

Dalam suasana pergaulan masyarakat dewasa ini yang sedemikian bebasnya, sungguh diperlukan kehati-hatian dalam mencari teman. Agar kita dan anak-anak kita tidak terjerumus dalam lingkungan yang salah dan menimbulkan penyesalan di hari kemudian.Allahu a’lam. (Zainul Arifin)
Selengkapnya...

Tradisi Sehat Para Perempuan di Berbagai Negara

Setiap negara punya tradisi sehat yang diwariskan turun-temurun. Beberapa di antaranya memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan perempuan sehingga rata-rata perempuan di negara tersebut berumur panjang dan jarang kena penyakit.

Dikutip dari Womanshealth, Minggu (3/4/2011), 5 negara yang warga perempuannya rata-rata berumur panjang adalah sebagai berikut:

  1. Jepang
  2. Monako
  3. Andorra
  4. Australia
  5. Spanyol

Bagi perempuan Jepang, rahasia umur panjang salah satunya terletak pada sup kedelai yang selalu disajikan sebagai menu sarapan pagi. Penelitian membuktikan, konsumsi sup kedelai sedikitnya sekali dalam sepekan bisa mengurangi risiko kanker payudra hingga 50 persen.

Rahasia lain yang membuat perempuan berumur panjang adalah tradisi minum teh, minuman dengan kandungan antioksidan cukup tinggi yang bisa menghambat proses penuaan. Manfaat yang sama juga didapatkan oleh para perempuan di Russia yang rutin minum anggur.

Sementara itu 5 negara yang warga perempuannya paling jarang terkena serangan jantung adalah sebagai berikut:

  1. Republik Kiribati
  2. Prancis
  3. Jepang
  4. Monako
  5. Korea Selatan

Bagi perempuan Prancis, anggur beralkohol yang turin dikonsumsi menjadi sumber antioksidan yang bisa mengurangi risiko penyumbatan pembuluh darah yang memicu serangan jantung. Sama halnya dengan tradisi minum teh hijau yang dilakukan perempuan Jepang.

Lain halnya di Korea Selatan, rahasia jantung sehat terletak pada makanan khas yang dinakaman Kimchi. Salah satu bumbu yang digunakan adalah bawang putih, dengna kandungan enzym tertentu yang mampu menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penggumpalan darah.

Daftar 5 negara dengan perempuan rata-rata paling 'singset' alias tidak terlalu gemuk adalah sebagai berikut.

  1. Jepang
  2. Norwegia
  3. Swiss
  4. Italia
  5. Denmark

Tubuh singset diperoleh jika sistem metabolisme tubuh berjalan lancar. Salah satu cara memperlancar sistem metabolisme seperti yang dilakukan perempuan Italia dan beberapa negara lain di Eropa adalah tidur siang secara rutin untuk memberi kesempatan tubuh beristirahat.

Mungkin yang lebih membuat penasaran adalah perempuan Swiss yang tetap singset meski terkenal gemar makan cokelat dan keju. Rahasianya terletak pada aktivitas fisik yang seimbang, karena 30 persen perempuan di negara berjalan kaki ke tempat kerja, 10 persen naik sepeda dan hanya 38 persen yang naik mobil.

Sedangkan 5 negara yang perempuannya paling jarang kena kanker usus adalah sebagai berikut.

  1. Senegal
  2. Gambia
  3. Fiji
  4. Republik Guinea (Afrika Barat)
  5. Kamerun

Permpuan Kamerun banyak makan sayuran dan lalapan dari daun-daunan segar. Kandungan serat di dalam buah-buahan maupun sayuran merupakan pencegahan alami yang paling sehat dan tanpa efek samping, serta mampu memangkas risiko kanker usus. (AN Uyung Pramudiarja)

Sumber: detikHealth
Selengkapnya...

Buah dan Sayur yang Bisa Turunkan Tekanan Darah

Menjaga tekanan darah tetap normal sangat penting karena tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko stroke, gagal ginjal dan penyakit jantung. Beberapa buah dan sayur ini memiliki khasiat besar dalam mengontrol tekanan darah.

Tekanan darah tinggi sering disebut 'silent killer' karena seringkali tidak menunjukkan gejala apa-apa. Penelitian menunjukkan memasukkan buah-buahan dan sayuran tertentu dalam menu harian Anda dapat membantu menurunkan tekanan darah dalam tubuh.

Berikut beberapa buah dan sayur yang dapat menurukan tekanan darah, seperti dilansir Livestrong, Minggu (20/3/2011), antara lain:

1. Buah bit
Penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Barts and London Medical School dan Queen Mary University of London menunjukkan minum jus bit dapat menurunkan tekanan darah. Ini karena buah bit mengandung nitrat yang bisa membantu menurunkan tekanan darah.

Mekanisme kerja yang terjadi adalah kadar nitrat anorganik di dalam buah bit akan diubah menjadi gas oksida nitrat saat dimakan. Gas ini akan membuat pembuluh darah terbuka dan rileks, sehingga tekanan darah seseorang menjadi turun. Namun efek ini lebih jelas terlihat pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

2. Bayam
Folat, yaitu vitamin B yang larut yang ditemukan pada bayam dan brokoli juga dapat menurunkan tekanan darah. Ilmuwan dari Policlinico di Modena, Italia, mengeksplorasi efek folat pada tekanan darah pada wanita menopause.

Peserta menerima 15 mg folat atau plasebo selama tiga minggu. Para ilmuwan melaporkan pada European Journal of Clinical Nutrition bahwa kelompok folat mengalami penurunan yang signifikan pada tekanan darah dibandingkan dengan kelompok plasebo.

3. Buah jeruk
Sebuah penelitian dilaporkan dalam jurnal Hipertensi edisi bulan April 2005. Ilmuwan dari St George's Medical School di London meneliti efek dari sitrat kalium yang ditemukan dalam pisang dan buah jeruk, serta kalium klorida dari suplemen. Ilmuwan menemukan bahwa kedua bentuk kalium tersebut efektif dalam menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi tahap 1.

4. Pisang

Penemuan yang dilaporkan dalam jurnal Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Diseases edisi Desember 2009 menyelidiki dampak suplemen magnesium pada orang dewasa yang kelebihan berat badan.

Peneliti menemukan bahwa partisipan dengan tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 dan diastolik antara 90 dan 99 dengan mengonsumsi magnesium 300 mg selama 12 minggu, mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan dengan plasebo. Magnesium banyak terdapat pada buah pisang dan apel.  (Merry Wahyuningsih)

Sumber: detikHealth
Selengkapnya...

Cek Kesehatan yang Bisa Dilakukan Sendiri di Rumah

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Itulah mengapa cek kesehatan teratur menjadi kebutuhan untuk hidup bahagia dan sehat. Tapi jika Anda tak punya cukup waktu atau biaya untuk cek kesehatan di rumah sakit, beberapa cek kesehatan sederhana bisa dilakukan sendiri di rumah.

Cek kesehatan atau medical check up sangat penting untuk dapat mendeteksi penyakit sendiri. Secara lengkap cek kesehatan harus dilakukan di rumah sakit, tapi beberapa tes sederhana bisa Anda lakukan sendiri di rumah.

Berikut beberapa cek kesehatan yang bisa dilakukan di rumah, seperti dilansir Lifemojo, Jumat (8/4/2011):

1. Tes detak jantung
Detak jantung merupakan ukuran ketika jantung berdetak dan memompa darah melalui tubuh Anda. Detak jantung adalah indikator langsung dari seberapa keras atau intens jantung bekerja untuk memasok tubuh dengan darah yang diperlukan untuk aktivitas.

Untuk mengukur detak jantung di rumah, Anda cukup memeriksa denyut nadi. Letakkan dua jari di sisi ibu jari pergelangan tangan atau tempatkan telunjuk dan jari tengah pada leher di sisi tenggorokan.

Gunakan jam atau arloji untuk patokan waktu, hitung berapa detak yang terjadi dalam 20 detik. Kemudian kalikan angka ini dengan tiga. Hasilnya adalah detak jantung Anda saat ini.

Pada orang dewasa, denyut nadi istirahat normal adalah 60-85 denyut per menit (untuk atlet bisa lebih rendah, yaitu 40-60 denyut per menit), sedangkan pulsa istirahat anak cenderung lebih tinggi. Jika denyut nadi tidak teratur atau abnormal cepat atau lambat, ini bisa menjadi tanda penyakit.

2. Tes kekurangan zat besi
Kekurangan zat besi biasanya menyebabkan anemia. Anemia adalah suatu kondisi di mana darah kekurangan sel darah merah yang memadai, yang membawa oksigen ke sel-sel di seluruh tubuh, memberikan energi dan warna kulit sehat.

Kekurangan zat besi bisa membuat Anda lemah, lelah dan pucat, karena tubuh tidak dapat menghasilkan cukup hemoglobin, yaitu zat dalam sel darah merah yang memungkinkannya membawa oksigen.

Pada anak-anak, kekurangan zat besi bisa menyebabkan murmur jantung (jantung terdengar bising) dan keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Karena darah kekurangan oksigen, jantung harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan oksigen yang cukup ke seluruh tubuh. Seiring waktu, ini akan menyebabkan tekanan pada jantung sehingga menyebabkan denyut jantung cepat atau tidak teratur, nyeri dada, hati yang membesar dan bahkan gagal jantung.

Untuk melakukan tes ini, periksa apakah warna kulit pucat atau kekuningan biasa (terutama lipatan telapak tangan), warna gusi, warna kuku atau mendengarkan detak jantung yang cepat atau tidak teratur. Anda juga dapat mendengarkan paru-paru, apakah pernapasan terjadi cepat atau tidak rata.

3. Tes mengi atau suara tinggi saat bernapas
Mengi adalah bunyi abnormal yang terjadi saat bernapas yang dapat digambarkan seperti suara bersiul melengking tinggi. Mengi dapat terjadi karena saluran udara menyempit di paru-paru yang sering akibat dari penyakit, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), bronkitis, bronkiolitis atau pneumonia.

Pemeriksaan ini bisa dilihat dari dahak. Jika dahak berwarna kekuningan, kehijauan atau kecoklatan, ini dapat menunjukkan infeksi bakteri. Dahak yang cerah namun sangat lengket (berlendir) adalah karakteristik dari asma. Juga, jika Anda sering mengi dan sesak napas saat berolahraga, Anda mungkin menderita asma. Mintalah dokter untuk memeriksa Anda untuk asma.

4. Tes gula darah
Diabetes adalah suatu penyakit yang terjadi ketika tubuh seseorang tidak membuat cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin dengan benar. Bila Anda menderita diabetes, gula akan menumpuk dalam darah, bukan bergerak ke dalam sel. Pengujian reguler gula darah dapat membantu mengurangi risiko Anda memiliki komplikasi jangka panjang dari diabetes.

Seseorang berada memiliki risiko diabetes lebih tinggi ketika berusia di atas 45 tahun, kegemukan, tidak aktif secara fisik dan memiliki anggota keluarga diabetes (orang tua, kakak atau adik).

Jika sebagian besar faktor risiko berlaku pada Anda, maka Anda berisiko tinggi untuk diabetes dan tes gula darah harus dilakukan secara teratur. Tes gula darah juga dapat dilakukan di rumah dengan bantuan glukosa meter.

Prosedur glukosa meter pada umumnya adalah dengan menusukan ujung jari dengan jarum steril untuk mendapatkan setetes darah dan menempatkan di uji strip. Masukkan strip uji ke dalam meteran glukosa untuk mendapatkan bacaan angka. Kadar glukosa normal  antara 70 hingga 99 mg per dL (bila tes dilakukan pada pagi hari sebelum makan apa-apa).

5. Mengukur lingkar pinggang
Meski Anda tidak kelebihan berat badan, perut buncit atau lemak visceral dapat menempatkan Anda pada risiko tinggi untuk banyak masalah kesehatan seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan stroke. Mengukur lingkar pinggang atau berapa lebar pinggang adalah cara mudah untuk menentukan apakah Anda memiliki kelebihan lemak di daerah perut.

Untuk melakukan hal ini, berdiri tegak dan buat rileks otot-otot perut. Lingkarkan pita pengukur sepenuhnya di pinggang mulai dari pusar. Bernapas minimal dan pastikan tidak menarik pita pengukur begitu ketat sehingga menekan kulit.

Untuk wanita, ukuran lingkat pinggang 32 inci (80 cm) dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes dan lingkar pinggang lebih besar dari 35 inci dianggap risiko tinggi. Untuk pria, 37 inci (94 cm) meningkatkan risiko dan pengukuran lebih besar dari 40 inci menempatkan Anda pada kategori risiko tinggi. Jadi lingkar pinggar ideal adalah di bawah angka-angka tersebut. (Merry Wahyuningsih)

Sumber: detikHealth
Selengkapnya...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...