Rabu, 04 Mei 2011 By: sanggar bunga padi

Dari Mana Bakatmu? (bagian 1)

Apakah bakatmu muncul sejak lahir atau sengaja kamu ciptakan lewat latihan-latihan tertentu? Membincangkan asal-muasal bakat memang menarik dan seolah tak berujung. 

Saat lahir, kita memiliki 100 miliar neuron. Tiga bulan atau 60 hari menjelang kelahiran, neuron yang kita miliki itu sudah berkomunikasi satu sama lain. Mereka bahkan membentuk jalinan yang dinamakan dengan axon. Lalu, saat jalinan terbentuk, sebuah sinapsis pun otomatis terbentuk.

Di usia tiga tahun, setiap 100 miliar neuron kita itu telah menciptakan jaringan sinapsis dengan neuron lainnya. Koneksi antarneuron inilah yang menjadi awal mula munculnya bakat. Tandanya, anak terlihat aktif luar biasa.

Ya, tanda tersebut kerap mudah kita cermati pada dua periode usia kita, yaitu ketika kita menginjak usia balita dan saat kita berusia belasan atau duduk di kelas 1 atau 2 SMA. Di masing-masing periode itu, kita (anak) dikenal begitu aktif, bahkan saking aktifnya, tak sadar kita seringkali disebut "nakal" tak keruan.

Tentu saja. Karena memang, banyak hal ingin kita ketahui, mencoba, dan lakukan. Kita pasti marah atau memberontak ketika kemauan kita tersebut dihalangi. Nah, benarkah itu bakat?

Rasanya, terlalu cepat kita mengambil kesimpulan bahwa itu merupakan bakat. Mungkin, lebih tepat, hal itu akan menjadi bakat kita atau tidak, karena akan sangat tergantung pada minat kita kelak.
Hal itu membuktikan bahwa setiap jalinan sinapsis akan terus mendorong diri kita untuk tidak henti melakukan apa pun yang kita mau terkait minat kita. Yang terjadi, kita akan kebingungan memilih ini atau itu, mencoba melakukan ini atau itu, dan kita tidak terfokus untuk mematangkan sebuah nilai kompetensi tertentu.

Untuk itulah, di usia 16 tahun, hukum alam memutus separuh dari jejaring sinapsis tersebut. Dan tidak ada manusia bisa membentuknya kembali utuh seperti semula. Namun, sejak terputusnya jaringan sinapsis itu, bakat kita malah justru benar-benar mulai terasah. Karena hal itu memberi kita ruang lebih luas untuk fokus dan benar-benar mengeksploitasi beberapa sinapsis tertentu.

Latihan tak selalu sempurna

"Ya, latihan menjadikannya (bakat) sempurna. Saat hal itu datang sebagai bagian dari hidupmu, kamu harus mencintainya. Jika tidak, kamu tidak akan dapat bekerja dengan baik dan meraih yang terbaik".
Demikian hal itu dikatakan oleh Dr Anders Ericsson dalam buku Cambridge Handbook of Expertise and Expert Performance. Di situ Anders memandang orang-orang berpengalaman, baik itu seorang pebalet, pemain basket, atau pembuat program komputer, hampir selalu “dibuat” atau "dilatih", dan bukan dilahirkan.

Pendapat Anders tersebut diamini oleh hasil penelitian Marcus Buckingham dan Donald O Clifton’s. Penelitian berdasarkan riset selama 25 tahun dan berbiaya sangat besar itu dilakukan terhadap dua juta pemilik karier dari 101 perusahaan di 63 negara. Hasilnya, meskipun terdapat aspek bakat yang dibawa sejak lahir, ternyata kita punya kekuatan lain untuk membentuk bakat apa pun yang kita inginkan.

Hanya saja, hasil penelitian itu masih memberikan catatan penting. Bahwa semua hal itu harus dilakukan sejak balita hingga usia belasan tahun. Ya, karena seperti kita ketahui, sampai di situlah batas otak kita dalam membuat jalinan sinapsis antarneuron.

Kiranya, lebih dari 20 tahun sudah, kamu harus menemukan dan menggali bakatmu. Kini, mustahil kamu bisa menyuruh neuron di otakmu untuk membentuk sinapsis baru. Hanya satu yang bisa kamu lakukan adalah kamu membentuk jalinan sinapsis di sekeliling sinapsis utama yang sudah terbentuk sebelumnya sejak kamu lahir.

Tidak, hal itu tidak akan membuat dirimu merasa terbatas! Kamu hanya diminta untuk melatih segala hal yang kamu sukai. Jika kamu suka, itu pertanda bakatmu dan menjadi investasi bagi diri kamu  sendiri di masa depan.

Dan jangan khawatir, kamu bisa membaca tanda-tanda (sign) bahwa bakat kamu telah hadir dalam diri kamu, yaitu:
- Nyamankah kamu saat menjalaninya? Hingga dalam sanubarimu pun terngiang, "Rasanya ini cocok sekali buat saya."
- Kamu yakin, di hati selalu muncul rasa rindu bisa melakukannya? Bahkan sebelum menjalaninya, senantiasa timbul rasa rindu yang tinggi hingga lekas-lekas ingin melakukannya.
- Seberapa besar rasa penasaran kamu? Seberapa kuat keinginan kamu untuk belajar mendalami hal ini? Seberapa fokus dan mudah berkonsentrasinya kamu terhadap hal ini?
- Puaskah kamu usai menjalaninya? Bukan puas pada hasil, tetapi batin, apakah kamu memang terpuaskan?

Kiranya, perlu kamu cermati dan buktikan bahwa beberapa hal di atas memang tanda-tanda hadirnya bakat kamu. Tetapi sebaliknya, tidak perlu kecewa apalagi sedih jika tidak melihat tanda-tanda itu hadir di diri kamu.

Ya, sekuat apa pun kamu melatih dan menciptakan agar tanda-tanda itu hadir pada diri kamu, dalam perjalanan waktu hal itu malah akan membuat kamu tidak merasa nikmat melakoninya. Nyatalah bahwa latihan tidak berlaku dan mampu tampak sempurna pada segala bidang.

Lalu, apa yang kini harus kamu lakukan?

Tidak ada, kecuali kamu hanya harus menjadi dirimu sendiri. Ingat, kamu tidak bisa menjadi apa yang kamu inginkan, tetapi kamu bisa menjadi diri yang melebihi siapa dirimu saat ini! (bersambung)

Sumber: Kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...