Selasa, 31 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Jurus Jitu Bikin Getol Belajar

Mampu memotivasi siswa untuk belajar adalah perjuangan yang dihadapi oleh semua guru. Maka, sebagai seorang pendidik, jangan pernah heran ketika muncul pertanyaan; bagaimana cara Anda memotivasi siswa untuk belajar?

Mampu memotivasi siswa untuk belajar memang menjadi tantangan yang dihadapi para guru sehari-hari. Ini merupakan salah satu komponen penting dari pengajaran yang efektif, termasuk me-manage kelas. Jika siswa tidak termotivasi belajar, maka besar kemungkinan mereka tidak akan terlibat dalam pelajaran. Lalu, jika mereka tidak terlibat dalam pelajaran akan menyebabkan bermacam masalah dalam manajemen kelas.

Oleh karena itu, penting bagi guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan mencari cara terbaik untuk melakukannya. Penting bagi para guru untuk memicu minat siswa pada awal setiap pelajaran.

Bagaimana caranya? Dikutip dari Kompas.com, berikut adalah lima strategi efektif untuk memotivasi siswa belajar:

1. Gunakan pertanyaan untuk berpikir kritis 

Hal yang baik dari metode ini adalah mereka (siswa) tidak selalu memiliki jawaban benar atau salah sehingga mereka diperbolehkan untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri. Ini lebih baik jika dibandingkan dengan siswa hanya diberitahu untuk menghafal fakta.

Contoh: Guru meminta siswa mempelajari studi sosial pada penggunaan bom atom untuk mengakhiri Perang Dunia II. Untuk memicu minat pada awal pelajarannya ini, guru dapat meminta semua siswa menuliskan jawaban dari pertanyaan berikut, "Menurut kalian, apakah Presiden Truman yang menjadi otak dalam peristiwa peledakan bom atom untuk mengakhiri Perang Dunia II? Mengapa?"

Selanjutnya, guru dapat membiarkan siswanya berbagi jawaban mereka untuk membentuk diskusi kelas. Setelah itu, guru mengambil sebuah jajak pendapat para siswa di kelas. Para siswa yang tertarik dalam topik ini menjadikan guru lebih mudah untuk memulai pelajaran. Kemudian, pada akhir pelajaran, guru dapat mengambil polling lain untuk melihat, apakah pendapat mahasiswa telah berubah atau tidak.

2. Gunakan musik untuk mengajar 

Musik merupakan salah satu alat pembelajaran paling sederhana dan merupakan cara yang bagus untuk memicu minat siswa. Sebagai contoh, saat mengajar pelajaran pada perdagangan budak dan "Middle Passage", seorang guru pernah memperkenalkan topik dengan memainkan lagu Bob Marley berjudul "Buffalo Soldier" dan "Catch a Fire"

3. Gunakan video 

Video adalah salah satu alat pengajaran paling sering disalahpahami dan disalahgunakan. Padahal, jika digunakan dengan benar, video dapat menjadi alat yang hebat untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Kuncinya adalah dengan menggunakan klip singkat dari film dan dokumenter dalam awal pelajaran, bukan di akhir pelajaran. Banyak film-film Hollywood atau film Nasional yang baik diterapkan dalam metode ini. Tetapi, Anda, guru, juga dapat menggunakan internet untuk men-download klip singkat dari film-film dokumenter tentang hal apapun untuk setiap tingkat kelas. Salah satu contoh untuk mencari sumber film dokumenter tersebut bisa diunduh di unitedstreaming.com.

4. Hubungkan apa yang siswa pelajari dengan yang sedang terjadi di dunia nyata 

Pada beberapa mata pelajaran, cara ini jelas lebih mudah dilakukan dari yang lain. Siswa perlu mengetahui "mengapa" mereka belajar sesuatu.

5. Hubungkan yang dipelajari siswa dengan hal-hal yang penting bagi mereka 

Trik di sini adalah untuk mengetahui pribadi siswa dan belajar tentang hal-hal yang menjadi kegemaran mereka. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dapat sangat menantang, tapi ini merupakan elemen penting dalam tahap menjadi seorang guru yang efektif. Sebagai tambahan, guru juga akan menemukan dirinya menikmati proses mengajar, karena jauh lebih mudah dibandingkan ketika guru merasa terpaksa dalam menjalankannya.
Selengkapnya...

Senin, 30 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

9 Jurus "Memperkuat" Otak

Menjadi orang pintar ternyata bukan hal yang terjadi karena spontan. Selain faktor genetik ada beberapa cara yang digunakan agar kecerdasan meningkat. Penasaran? Berikut ini 9 jurus alternatif, seperti dikutip dari Kompas.com, untuk meningkatkan kecerdasan otak:

1. Olahraga Dipercaya dapat meningkatkan kapasitas otak selama beberapa tahun, namun para ilmuwan menemukan bukti baru yang menunjukkan hubungan latihan dengan kesehatan fisik dan mental.   Sebuah studi dari Universitas Cambridge menyatakan joging beberapa kali dalam seminggu dapat merangsang otak. 

Dengan berjalan selama beberap hari, ratusan ribu sel-sel otak baru akan tumbuh  yang akan berefek pada pembentukan dan ingatan akan kenangan. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan untuk mengingat kenangan tanpa kebingungan pada tugas-tugas kognitif dan bisa memerlambat kerusakan mental di usia tua.

Baru-baru ini, para ilmuwan juga menemukan bahwa olahraga juga mampu melepaskan protein yang bernama "noggin". Protein itu akan bertindak sebagai agen-kontra terhadap protein lain, seperti protein tulang morfogenetik. Sehingga merangsang peningkatan pembagian sel batang otak, otak tetap gesit dan aktif seiring bertambahnya usia. 

Penelitian juga menunjukkan menguatnya produksi "noggin" dapat mencegah penyakit otak yang berkaitan dengan usia seperti Alzheimer. 

2. Tidur Siang Ilmuwan menduga bahwa tidur siang memiliki dampak signifikan pada kapasitas memori otak. Penelitian terakhir menemukan bahwa tidur selama satu jam di sore hari meningkatkan daya kerja otak dan secara dramatis meningkatkan kemampuannya untuk mempelajari fakta-fakta baru dan tugas.

Tidur setelah makan siang juga berfungsi sebagai bantuan regeneratif, yang memungkinkan otak untuk menjaga agar memori tetap tersimpan sementara informasi baru masuk.

Para peneliti menemukan, mereka yang tetap terjaga sepanjang hari cenderung lebih sulit  mempelajari tugas baru, sehingga para ahli berasumsi bahwa dampak jangka panjang dari tidur siang adalah mencegah penyakit mental degeneratif.

3. Makanan Kaya Magnesium Makanan kaya magnesium seperti bayam dan brokoli dipercaya bisa meningkatkan memori dan kekuatan otak makanan. Penelitian terbaru, yang diterbitkan dalam Journal Neuron menemukan, peningkatan magnesium di otak dapat membantu proses belajar baik orang usia muda dan tua.

4. Berjemur Para ilmuwan telah menemukan bahwa berjemur bisa meningkatkan kecerdasan Anda dan mencegah demensia. Asupan vitamin D bisa didapat dari berjemur, tapi vitamin D juga dapat ditemukan dalam minyak minyak ikan. Yang dapat meningkatkan kemampuan menjaga otak tetap aktif dalam kondisi puncak seperti usia Anda.

Selain itu, dalam Journal of Neurology menemukan bahwa hubungan antara peningkatan asupan vitamin D berdampak pada pengolahan informasi yang lebih cepat terutama pada pria berusia lebih dari 60 tahun.

5. Memotong rumput Para peneliti menyatakan, bahan kimia yang ditemukan saat menyabit rumput tidak hanya dapat mengurangi stres dan membuat orang lebih bahagia, tapi juga bisa mencegah penurunan mental pada usia tua.

Ilmuwan Australia mengklaim bahwa aroma rumput yang baru dipotong langsung bekerja pada otak, terutama pada wilayah emosi dan memori. Bahkan saat ini sudah dikeluarkan parfum yang beraroma rumput yang dipotong yang dapat digunakan untuk menciptkan rasa rileks dan merangsang otak individu sekitarnya.

6. Mempelajari musik sedari muda Sebuah studi menunjukkan bahwa anak-anak muda yang mengambil pelajaran musik menunjukkan perkembangan otak yang lebih maju dan memori meningkat dibandingkan dengan mereka yang tidak mengambil musik.

Anak-anak yang dilatih musik ditemukkan  lebih baik dalam tes memori yang berhubungan dengan keterampilan kecerdasan umum seperti membaca, memori verbal, matematika, dan IQ. Para ilmuwan yang melakukan penelitian ini mengindikasikan musik yang berpotensi dapat meningkatkan kecerdasan pada anak-anak dari usia empat tahun.

7. Berbicara dengan bayi Anda Para ahli menyatakan bahwa ibu yang berbicara dengan bayi dapat membantu otak anak mereka berkembang lebih baik. Peneliti dari Northwestern University di Illinois menemukan bahwa kata-kata memainkan peran penting dalam perkembangan otak anak-anak bahkan sebelum mereka mulai berbicara.

Studi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan dapat mengkategorikan kata-kata sesuai dengan representasi gambar mereka pada usia dini dapat memebnatu perkembangan otak anak.

8. Bermain tetris Sebuah studi yang dilakukan ilmuwan Amerika menemukan bahwa teka-teki klasik (permainan tetris) mungkin juga memiliki dampak positif pada kekuatan otak Anda.

Hasil riset menunjukkan walaupun permainan ini relatif sederhana dibandingkan dengan permainan komputer yang canggih saat ini, latihan yang teratur dapat meningkatkan daya pikir. Setelah bermain selama setengah jam setiap hari selama periode tiga bulan, otak mengalami 'perubahan struktural' di daerah yang terkait dengan gerakan, berpikir kritis, penalaran, bahasa dan pengolahan.

9. "Thinking Cap" Saat ini, para ilmuwan telah mengembangkan sebuah produk bernama "Thinking Cap" yang diharapkan perangkat ini mampu meningkatkan kemampuan otak untuk belajar. 

Para peneliti dari University of British Colombia, Vancouver, memulai proyek ini setelah menemukan bahwa kemampuan otak untuk mempelajari tugas baru  meningkat secara signifikan ketika sebuah getaran magnetik diarahkan ke korteks premotor, daerah otak yang persis di belakang dahi. Teknik ini dapat digunakan tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan intelektual, tetapi juga untuk membantu mereka yang kesulitan belajar.

Selengkapnya...

Sabtu, 28 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Musik Mozart Tak Bikin Bayi Lebih Cerdas

Tak ada bukti yang mendukung bahwa musik Mozart punya pengaruh terhadap peningkatan kemampuan kognitif anak. Demikian hasil satu studi baru yang diterbitkan jurnal Nature edisi teranyar.

Mendengarkan musik Mozart takkan membuat anak Anda jadi lebih cerdas. Itulah kesimpulan penelitian yang mengukur hubungan antara mendengarkan musik Mozart dan peningkatan kemampuan otak. Penelitian ini membantah temuan yang pernah dimuat jurnal yang sama sebelumnya beberapa tahun lalu.

Suatu studi terkenal pada 1993 yang diterbitkan di jurnal Nature menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart akan meningkatkan kemampuan kognitif. Hal tersebut langsung meningkatkan ketertarikan orang yang mempunyai bayi dan anak kecil untuk memperdengarkan musik klasik. Pengusaha pun berlomba menjual berbagai produk yang menghasilkan suara musik tersebut ke berbagai sekolah, pusat perawatan anak, dan orangtua.

Dalam penelitian terakhir, para peneliti di University of Vienna, Austria, mengkaji lebih dari 40 studi terkait dan penelitian yang tak disiarkan yang meliputi lebih dari 3.000 subyek. Kesimpulan mereka ialah tak ada yang mendukung pendapat bahwa musik Mozart meningkatkan kemampuan otak anak.

Secara khusus, temuan tersebut membantah mitos mengenai dampak peningkatan kemampuan otak di antara pendengar musik Mozart. Para peneliti itu melaporkan bahwa mereka tak dapat mengonfirmasi dampak menguntungkan dari mendengarkan musik Mozart.

"Saya menyarankan mendengarkan musik Mozart kepada setiap orang. Namun, itu tak memenuhi harapan mengenai peningkatan kemampuan kognitif," ucap Jakob Pietschnig, ahli ilmu jiwa di University of Vienna.(Tri Wahono)

Sumber: Kompas.com
Selengkapnya...

Jumat, 27 Mei 2011 2 komentar By: sanggar bunga padi

Kantring Genjer-Genjer [dari kitab kuning sampai komunis] bagian terakhir

Oleh: TEGUH WINARSHO AS *

Baiklah, Ibu, kukira aku memang harus segera pergi. Subuh ini. Sebelum orang-orang bangun, batuk-batuk, meludah dan terang matahari menyentuh tanah. Sebelum orang-orang kalap, meradang menghunus pedang dan kelewang. Ya, aku harus segera pergi. Tapi, oh, siapa yang berdiri di depan pintu itu, Ibu? Benarkah dia Ayahku? Ki Sangir? Wajahnya terlihat kurus, cekung, pucat. Matanya sayu. Dadanya ringkih. Bajunya lusuh, compang-camping. Aku hampir tak mengenalinya. Dan siapa orang-orang yang ada di belakangnya? Oh…. salah seorang dari mereka datang menghampiriku. Laki-laki berbadan tegap kekar. Berseragam. Sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi entah di mana aku lupa. Banyak orang yang akhir-akhir ini kulupakan. “Kabarnya hanya kamu yang bisa membunuh laki-laki tua itu. Bunuhlah!” kata laki-laki berseragam dingin mengangsurkan pistol dan golok.

Aku kaget. Sesaat tubuhku bergetar. Jadi mereka membawa Ayah ke sini agar aku membunuhnya? Mereka pasti tak bisa membunuh Ayah. Ayah memang sakti tapi aku tahu kelemahannya. Hanya aku yang tahu. Tapi mereka pasti mau menipuku. Setelah aku berhasil membunuh Ayah mereka juga akan membunuhku. Jadi untuk apa aku turuti perintah mereka?

“Kenapa?” tanya laki-laki berseragam masih dingin. Menarik napas kuat-kuat lalu melangkah sejengkal hingga aku bisa mencium alkohol dari mulutnya. Giginya berwarna kuning. “Bunuh dia atau kami akan membunuhmu. Kami punya alasan kuat membunuhmu. Kamu terlibat penculikan dan pembunuhan Dewan Jendral. Semua teman-temanmu sudah mati. Tapi kami akan membebaskanmu jika bisa membunuh laki-laki tua itu.”

Aku mengatur napas. Rasa kagetku masih belum hilang. Tubuhku juga masih gemetar. “Apa jaminannya?” tanyaku dengan suara bergetar sebab tenggorokanku terasa serak. Sekilas kulihat Ayah menatapku. Wajahnya semakin pucat. Dahinya berkeringat. Baru kali ini aku melihat Ayah ketakutan. “Bukankah nanti kalian juga akan membunuhku?”

Laki-laki berseragam tiba-tiba mengeluarkan lipatan kertas dari saku bajunya. Membuka lipatan kertas lalu ditunjukkan padaku. “Ini surat pernyataan bahwa kamu tidak terlibat penculikan dan pembunuhan Dewan Jendral. Dengan surat ini kamu dinyatakan bebas. Mereka saksinya,” Laki-laki berseragam menoleh ke arah beberapa orang yang berdiri di depan pintu. “Di sana ada Pak Camat, Pak Lurah, Pak Kyai dan Pendeta. Mereka akan ikut tanda tangan menjadi saksi. Benar kan bapak-bapak?” tanya laki-laki berseragam berubah ramah.

Orang-orang itu mengangguk-angguk.
“Cepat! Kami tak punya waktu banyak!” Laki-laki berseragam yang lain tiba-tiba menghampiriku sambil menodongkan pistol ke arah kepalaku. Wajahnya sangar. Matanya melotot.

Tubuhku seperti hilang rasa. Kedua kakiku seolah tak menjejak tanah. Kulihat wajah Ayah semakin pucat. Tubuhnya terus bergetar. Wajahnya basah keringat. Ayah terpekur menatap lantai entah apa yang sedang dipikirkannya. Tapi aku harus segera menentukan pilihan, membunuh Ayah atau aku sendiri yang akan dibunuh orang-orang itu. Ya, aku harus segera menentukan pilihan sebelum laki-laki berseragam itu kalap dan menembak kepalaku. Aku memang tidak begitu percaya dengan omongan orang-orang berseragam itu, tapi aku percaya pada orang-orang yang berdiri di depan pintu yang akan menjadi saksiku. Ini memang pilihan sulit, tapi aku harus memilih. Aku menarik napas dalam-dalam mengumpulkan kekuatan. “Baiklah, aku terima tawaran kalian,” kataku.

Laki-laki berseragam kemudian menyodorkan kertas berisi surat pernyataan. Aku tanda tangan disusul empat orang saksi. Sesaat suasana hening. Ini pertemuan pertamaku dengan Ayah setelah sekian tahun berpisah. Kini aku harus membunuhnya. Artinya kami akan berpisah lagi. Kali ini untuk selama-lamanya. Tapi, ah, tiba-tiba aku ingat surat peninggalan Ibu. Siapa Ayah kandungku yang sebenarnya? Ki Sangir atau Kyai Barnawi? Ki Sangir telah membunuh Kyai Barnawi dan kini aku akan membunuh Ki Sangir. Apakah aku memang harus membalaskan dendam Kyai Barnawi karena sesungguhnya dia Ayah kandungku? Ataukah memang aku harus membunuh Ayah kandungku sendiri Ki Sangir agar aku selamat?

“Cepaatt!!” Laki-laki berseragam yang tadi menodongkan pistol membentak.
Aku tergeragap. Tubuhku kembali hilang rasa. Aku segera meraih bilah bambu tak jauh dari tempatku berdiri lalu dengan mata setengah terpejam kutusukkan persis ke ulu hati Ayah. Bilah bambu itu tembus keluar menyodok jantung Ayah. Darah segar muncrat di pagi buta. Sesaat Ayah mengerang dan menggelepar-gelepar. Matanya melotot. Mulutnya peyot. Lalu diam tak bergerak.

Aku menghempaskan napas yang sejak tadi kutahan. Tubuhku terasa lebih ringan. Mungkin aku senang karena aku akan bebas. Aku tak perlu sembunyi lagi. Meski untuk itu aku harus membunuh Ayahku sendiri. Tapi tiba-tiba seseorang memukul tengkukku dari belakang, keras. Sesaat aku limbung terhuyung. Lalu ambruk. Pandangan mataku perlahan-lahan kabur. Mungkin aku pingsan. Atau setengah pingsan. Tapi sayup-sayup aku masih bisa mendengar percakapan itu.
“Masukkan mobil dan bawa ke kantor!”
“Siap, Komandan!”
“Kita eksekusi besok pagi bersama teman-temannya yang lain!”
“Siap, Komandan!”
“Siapa namanya?”
“Nyoto, Komandan!”

Depok, 23 April 2006
-SELESAI-

*) TEGUH WINARSHO AS
, lahir di Kulonprogo, Yogyakarta, 27 Desember. Buku-bukunya yang sudah terbit, kumpulan cerpen Bidadari Bersayap Belati (Gamamedia, 2002), Perempuan Semua Orang (Arrus, 2004), Kabar dari Langit (Assyamil, 2004), Tato Naga (Grasindo, 2005), dan novel: Tunggu Aku di Ulegle, roman dan tragedi di bumi serambi mekah (Bening Publishing, 2005), Jadikan Aku Pacar Gelapmu (Arrus, 2006). Novelnya: Di Bawah Hujan dimuat bersambung di harian sore Suara Pembaruan (2000), Orang-Orang Bertopeng dimuat di Sinar Harapan (2002), Purnama di Atas Jakarta dimuat Republika (2005). Kini mengibarkan bendera dengan nama penerbitan Lafal Indonesia.
Selengkapnya...

Kamis, 26 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Kantring Genjer-Genjer [dari kitab kuning sampai komunis] bagian 17

Oleh: TEGUH WINARSHO AS *

Lasto menghuni sel sempit ukuran tiga kali empat bersama delapan napi lain yang rata-rata terlibat kasus pencurian. Tapi baru beberapa jam berada di dalam sel, petugas Kodim datang menyuruh Lasto dan empat napi lainnya untuk naik ke dalam truk. “Kalau kowe semua mau cepat bebas, nggak usah macam-macam! Turuti saja semua dari pada perintahku, ngerti?!” kata petugas Kodim mengancam. “Kowe semua disuruh kerja bakti!”

Dengan kawalan ketat dari petugas Kodim, Lasto dan delapan napi lainnya dibawa ke hutan bukit Cuwuk. Lasto yang sudah sering keluar masuk hutan bukit Cuwuk kaget. Hutan itu rimbun dan angker. “Kowe semua harus bikin lubang di sini yang besar-besar dan dalam-dalam. Nanti mau kita buat dari pada menanam pohon jati dan kelapa. Jangan banyak cingcong atau kowe semua mau di penjara sampai modar! Awas kalau kerja dari pada kowe semua lamban. Sebelum sore nanti kerja kowe semua harus sudah selesai! Cepat kerjaken!!”

Meski merasa aneh tapi Lasto dan delapan napi lainnya segera bekerja. Sekitar pukul dua siang mobil truk dari Kodim datang mengangkut sekitar empat puluh orang cantrik Ki Sangir. Para cantrik Ki Sangir yang biasanya terlihat garang, tiba-tiba tak berkutik berhadapan dengan lima belas tentara bersenjata senapan laras panjang.

Mereka disuruh berdiri berjejer. “Jadi benar kalian semua adalah cantrik Ki Sangir?” tanya seorang petugas Kodim.
“Benarrr!!” jawab para cantrik serempak.
“Terus mana teman kalian lainnya? Mana Ki Sangir?”
“Mereka kabur, Pak! Takut!” jawab salah seorang cantrik.
“Baiklah, karena hari sudah sore aku mau tanya sekali lagi sama kalian semua, apakah kalian semua benar bukan PKI?”
“Benar, Pak! Kyai Barnawi yang memfitnah kami!”
“Bagus. Sekarang kalian nyanyikan lagu genjer-genjer. Setelah itu kalian boleh pergi. Kalian hapal lagu genjer-genjer kan?”

“Hapaall!” Para cantrik menjawab serempak, senang. Mereka kemudian mulai menyanyi dengan penuh semangat dan kegembiraan. Pada saat bersamaan diam-diam tentara dari Kodim mulai mengokang senapan. Begitu para cantrik selesai menyanyi, tentara Kodim serempak mengangkat senapan dan sejurus kemudian ratusan peluru muntah berlesatan mengahjar para cantrik. Tubuh para cantrik sesaat terpental lalu menggelinding ke lubang yang baru dibuat Lasto dan delapan napi lainnya. Lasto gemetar. Ayah dan dua kakak laki-lakinya ada di antara mereka. Mereka baru satu bulan menjadi cantrik Ki Sangir. Tapi ternyata ada salah satu istri Ki Sangir yang tak mempan oleh berondongan peluru. Dua orang tentara dari Kodim akhirnya membabat leher perempuan itu dengan pedang, tapi pedang mereka justru patah. Tiga tentara ikut membantu, tapi lagi-lagi pedang dan golok mereka patah. Kesabaran mereka habis. Mereka kemudian mengikat tangan dan kaki perempuan itu lalu dilempar ke dalam lubang. Seorang anggota Kodim segera menyuruh Lasto dan delapan napi lain untuk menimbun lubang.

Lasto berusaha tegar, meski akhirnya tak kuat menahan air matanya tumpah saat harus menimbun ayahnya sebab mata ayahnya masih berkedip-kedip. Mulutnya bergerak-gerak. “Lasto… aku belum mau mati… belum mau mati…” ucap ayah Lasto napasnya mengerjat. Lehernya lubang tertembus peluru. Tubuh Lasto bergetar hebat melihat ayahnya sekarat. Lasto berhenti menimbun. Tapi tiba-tiba seorang anggota Kodim datang memukul pelipis Lasto dengan senapan. “Cepatt! Atau kowe sendiri yang kudorr! Setelah selesai tanami pohon singkong!”

Nasib santri Kyai Barnawi berbeda lagi. Beberapa saat setelah Lasto lapor ke Kodim, pasukan dari Kodim datang ke Panjen untuk mengecek kebenaran laporan Lasto sekaligus mengantisipasi keadaan. Saat itu Santri Kyai Barnawi dan cantrik Ki Sangir sudah saling bantai membantai di padepokan. Potongan kepala, kaki, tangan, dada bergelimpangan di mana-mana. Tapi secara umum santri Kyai Barnawi kalah bertempur di kandang lawan. Mereka yang masih selamat kabur menyelamatkan diri. Anggota Kodim menyaksikan pembantaian itu dari kejauhan. Mereka hanya diam saja dan baru bergerak setelah santri Kyai Barnawi lari kocar-kacir. Saat anggota Kodim datang ke padepokan, beberapa cantrik Ki Sangir dan Ki Sangir lari sembunyi. Mereka hanya berhasil menciduk sekitar empat puluh cantrik yang kemudian dihabisi di hutan bukit Cuwuk.

Sehari kemudian beberapa santri Kyai Barnawi mengajak penduduk Gelang, Kawul, Loba, Pangetan dan beberapa dusun di sekitar Panjen memburu anak buah Ki Sangir yang masih hidup. Dibantu aparat Kodim mereka berhasil menghasut penduduk bahwa kelompok Ki Sangir adalah PKI. Akhirnya satu per satu cantrik Ki Sangir berhasil mereka tangkap dan sembelih. Sebagian digantung untuk peringatan bagi yang lain. Juga anggota keluarganya. Mayat mereka dibuang ke jurang bukit Cuwuk, sebagian dihanyutkan di kali. Sejak itu dusun Panjen sepi. Penduduk banyak yang pergi meninggalkan rumah. Mereka takut disembelih sebab sebagian besar pernah menjadi cantrik Ki Sangir. Kabarnya Ki Sangir masih hidup. Entah di mana dia sembunyi.

TUJUH

INI hari keenam aku berada di dusun Panjen, Ibu. Aku datang membawa cita-citamu. Tapi aku hanya ketemu iblis cantik yang memperkosaku pada suatu malam dan laki-laki tua pengangkut batu yang kemarin sore nyawanya meregang, mati. Kini aku benar-benar hanya sendiri. Seseorang telah menusuk perut laki-laki tua itu dengan sangkur sebelum kutemukan lima hari lalu meringkuk di bawah pohon sawo depan rumah di antara rumput ilalang setinggi pusar. Ia banyak bercerita padaku. Tapi kini tak akan ada lagi cerita dari mulutnya.

Dan aku harus segera pergi, Ibu. Meninggalkan dusun Panjen dan juga segenap kenanganku padamu. Cerita yang dituturkan laki-laki tua pengangkut batu membuatku miris. Sesuatu buruk bisa menimpaku di sini. Kapan saja. Orang-orang tahu aku anak Ki Sangir yang sedang mereka cari untuk disembelih atau digantung. Dan aku sendiri? Nasibku tak lebih baik dari Ki Sangir. Dua bulan aku sembunyi berpindah-pindah sebelum akhirnya sampai di sini. Tapi ke mana lagi aku harus sembunyi, Ibu. Di mana tempat yang aman buatku? Sampai kapan aku harus sembunyi? Beberapa temanku sudah mati ditembak. (bersambung)

*) TEGUH WINARSHO AS, lahir di Kulonprogo, Yogyakarta, 27 Desember. Buku-bukunya yang sudah terbit, kumpulan cerpen Bidadari Bersayap Belati (Gamamedia, 2002), Perempuan Semua Orang (Arrus, 2004), Kabar dari Langit (Assyamil, 2004), Tato Naga (Grasindo, 2005), dan novel: Tunggu Aku di Ulegle, roman dan tragedi di bumi serambi mekah (Bening Publishing, 2005), Jadikan Aku Pacar Gelapmu (Arrus, 2006). Novelnya: Di Bawah Hujan dimuat bersambung di harian sore Suara Pembaruan (2000), Orang-Orang Bertopeng dimuat di Sinar Harapan (2002), Purnama di Atas Jakarta dimuat Republika (2005). Kini mengibarkan bendera dengan nama penerbitan Lafal Indonesia.
Selengkapnya...

Rabu, 25 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Kantring Genjer-Genjer [dari kitab kuning sampai komunis] bagian 16

Oleh: TEGUH WINARSHO AS *

Esoknya aku bangun kesiangan. Lasmi sudah tak ada di tempat. Tiba-tiba aku merasa takut. Aku tidak tahu siapa Lasmi. Kawan atau lawan? Kami telah melakukan hubungan badan. Kukira ia mencintaiku. Kukira kami akan terus bersama-sama. Tapi tiba-tiba ia pergi meninggalkanku. Apa artinya semua itu? Bertemu dan berpisah tanpa pesan. Atau memang benar kami hanyalah dua orang yang sedikit mabuk dan suntuk lalu butuh sedikit kesenangan? Kompensasi batin yang tertekan? Tapi aku merasa tidak tertekan. Mungkin aku hanya lelah. Aku justru merasa tertekan dan terancam setelah mendengar cerita Lasmi. Ya, sejak itu. Sampai hari-hari yang terus bergulir hingga saat ini…

ENAM

PANJEN. Di dusun inilah sekarang aku berada. Sudah lima hari aku di sini sejak pertemuan terakhirku dengan Lasmi dua bulan lalu dan aku terus sembunyi berpindah-pindah tempat menghindari kejaran orang-orang yang ingin membunuhku. Tapi tiba-tiba aku merasa aneh untuk apa aku mendatangi kampung kelahiranku? Apakah dusun gersang dan tandus ini cukup nyaman untuk sembunyi. Orang-orang yang dulu kukenal tak kutemukan lagi. Mereka tiba-tiba lenyap seperti siluman. Aku hanya ketemu laki-laki tua pengangkut batu di hari-hari terakhir kematiannya dan perempuan iblis yang memperkosaku pada suatu malam. Ah, mungkin Ibu. Aku pulang karena rindu seorang anak pada Ibu. Tapi Ibu sudah pergi meninggalkanku. Jadi, untuk apa aku bertahan lebih lama? Menghindari kejaran orang-orang yang ingin membunuhku atau justru menyusun kekuatan? Di mana Ki Sangir dan Kyai Barnawi? Kenapa aku hanya ketemu laki-laki tua pengangkut batu?

Dan inilah cerita yang dituturkan laki-laki tua pengangkut batu sebelum ia menemui ajalnya. Begini ceritanya:

Ki Sangir mulai menyantet Kyai Barnawi. Tapi rupanya Kyai Barnawi tak mempan disantet. Santet Ki Sangir justru berbalik membunuh tiga istrinya. Ki Sangir benar-benar marah karena ketiganya adalah istri kesayangannya. Salah seorang dari mereka memiliki tahi lalat di belahan vaginanya. Ki Sangir kemudian semedhi di kali minta bantuan Nyi Ratu Krasak untuk membunuh Kyai Barnawi. Nyai Ratu Krasak bersedia membantu tapi dengan syarat Ki Sangir mau melakukan ritual sirnahangenti untuk anak Nyi Ratu Krasak yang bernama Rara Sulasmi. Artinya Ki Sangir harus menjadikan Rara Sulasmi sebagai istri gaibnya selain Nyi Ratu Krasak. Ki Sangir tak keberatan dengan syarat yang diajukan Nyi Ratu Krasak. Sejak itu ia mempunyai dua istri gaib yaitu Nyi Ratu Krasak dan Rara Sulasmi. Rara Sulasmi tidak secantik ibunya. Rambutnya panjang, lehernya jenjang.

Beberapa hari setelah para jendral diculik dan dibunuh PKI di Jakarta, seperti di dusun-dusun lain, situasi dusun Panjen yang sudah panas semakin bertambah panas lagi. Pertentangan antara kelompok Ki Sangir dan kelompok Kyai Barnawi semakin meruncing. Kyai Barnawi menuduh kelompok Ki Sangir antek PKI. Alasannya agama Ki Sangir tidak jelas. Malah Ki Sangir menganggap dirinya sebagai Tuhan. Ki Sangir sesungguhnya tidak bertuhan alias atheis. Dan atheis sama saja dengan PKI. PKI adalah atheis! Begitu kesimpulan Kyai Barnawi. Dengan alasan itu Kyai Barnawi menyuruh santrinya membunuh Ki Sangir. Di pihak lain, Ki Sangir menuduh Kyai Barnawi telah menyerobot lahan sawah penduduk dan biang kerok pencurian hingga membuat penduduk dusun Panjen mlarat.

Rupanya Ki Sangir dan para cantriknya bergerak lebih cepat. Suatu malam mereka berhasil menghadang Kyai Barnawi dan dua orang santrinya saat baru pulang mengisi pengajian dari dusun Palung. Di tempat itu pula Kyai Barnawi dan seorang santrinya dihabisi. Santri satunya berhasil kabur. Paginya Kyai Barnawi ditemukan para santrinya mati dengan kondisi mengenaskan. Lehernya hampir putus, tubuhnya penuh luka sabetan golok dan pedang. Para santri Kyai Barnawi marah besar. Mereka ingin balas dendam. Semua santri berkumpul di pesantren membawa pedang dan kelewang. Mata mereka merah dan nyalang. Di tempat lain, para cantrik Ki Sangir berjaga-jaga di padepokan.

Suasana dusun Panjen benar-benar panas saat itu. Banyak orang yang tak berani keluar rumah. Tapi sebelum para santri itu bergerak, Lasto, seorang kuli pengangkut batu melapor ke Kodim. Tapi nasib Lasto justru sial. Ia ditangkap dan dijebloskan penjara dengan tuduhan mata-mata. Lasto tak tahu apa maksud mereka. Lasto tak boleh bertanya-tanya. (bersambung)

*) TEGUH WINARSHO AS, lahir di Kulonprogo, Yogyakarta, 27 Desember. Buku-bukunya yang sudah terbit, kumpulan cerpen Bidadari Bersayap Belati (Gamamedia, 2002), Perempuan Semua Orang (Arrus, 2004), Kabar dari Langit (Assyamil, 2004), Tato Naga (Grasindo, 2005), dan novel: Tunggu Aku di Ulegle, roman dan tragedi di bumi serambi mekah (Bening Publishing, 2005), Jadikan Aku Pacar Gelapmu (Arrus, 2006). Novelnya: Di Bawah Hujan dimuat bersambung di harian sore Suara Pembaruan (2000), Orang-Orang Bertopeng dimuat di Sinar Harapan (2002), Purnama di Atas Jakarta dimuat Republika (2005). Kini mengibarkan bendera dengan nama penerbitan Lafal Indonesia.
Selengkapnya...

Selasa, 24 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Kantring Genjer-Genjer [dari kitab kuning sampai komunis] bagian 15

Oleh: TEGUH WINARSHO AS *
Beberapa hari kemudian Soeharto mengutus Yoga untuk menemui Mayjen S. Parman untuk menyampaikan pesannya agar hati-hati karena ada isu penculikan para Jendral. Tapi Parman tidak serius menanggapi saran Yoga karena masih hanya sebatas isu. Motivasi Soeharto sebenarnya hanya ingin tahu bagaimana reaksi Parman yang dekat dengan Yani. Soeharto perlu tahu sejauh mana antisipasi Parman dan tentu saja Yani, jika penculikan itu benar-benar dilakukan. Soeharto kemudian menyimpulkan bahwa baik Parman maupun Yani tak melakukan antisipasi apa-apa. Ini artinya rencana melakukan gerakan penculikan dengan memanfaatkan Kolonel Latief dan kelompok Letkol Oentoeng belum tercium oleh kelompok Dewan Jendral….”

“Maaf, kupotong! Sejak tadi aku belum mendengar keterlibatan Latief? Kenapa tiba-tiba dia muncul?” tanyaku bersemangat. Lasmi menghela napas. Aku tidak tahu apakah ia kecewa karena ucapannya kupotong.

“Ini ceritanya panjang. Tapi baiklah. Soeharto kembali menjalin hubungan dengan dua sahabat lamanya, yakni Letkol Oentoeng dan Kolonel Abdul Latief. Oentoeng anak buah Soeharto ketika masih menjabat Panglima Divisi Diponegoro, Jawa Tengah. Oentoeng dikenal sebagai prajurit gagah berani dan loyal pada atasan. Dalam karier selanjutnya Oentoeng dianugrahi Bintang Penghargaan oleh Presiden kemudian diangkat sebagai salah satu komandan Batalyon Kawal Istana Cakra Bhirawa. Soeharto yang sudah menjadi Pangkostrad diam-diam kecewa karena ia ingin merekrut Oentoeng ke Kostrad dijadikan anak buahnya. Tapi di kemudian hari kekecewaan Soeharto menjadi buah manis karena Oentoeng berada di wilayah strategis untuk merebut kekuasaan. Mulai saat itu Soeharto kembali mendekati Oentoeng. Soeharto yang seorang komandan bahkan rela datang ke acara resepsi pernikahan Oentoeng di Kebumen. Soeharto datang bersama istrinya dengan menggunakan transportasi darat yang tentu saja sangat jauh dan melelahkan.

Latief juga bekas anak-buah Soeharto di Divisi Diponegoro. Latief tentara pemberani dan tangguh dalam menghadapi musuh. Ini dibuktikan ketika memimpin pasukan mengusir belanda dari Yogya. Saat itu pasukan Latief kocar-kacir digempur serangan balik pasukan Belanda yang dahsyat. Sambil memerintahkan pasukannya mundur, Latief terus memberi perlawanan sengit. Setelah berada di garis belakang, Latief memeriksa sisa pasukannya. Ternyata tinggal sepuluh orang. Pada saat itulah Latief dan sisa pasukannya bertemu Soeharto sedang makan soto babat di sebuah warung di saat ribuan tentara dan pemuda gerilyawan sedang bertaruh nyawa mengusir penjajah. Dengan sikap seorang Prajurit sejati Latief melapor kepada Soeharto sebagai komandan semua pasukan tentang kondisi pasukannya. Soeharto langsung memerintah Latief untuk kembali bertempur menggempur Belanda yang ada di sekitar Kuburan Kuncen, tak jauh dari mereka. Soeharto tak menawari sekedar makan atau minum.

Setelah itu Soeharto dan Latief pisah. Soeharto menjadi Pangkostrad. Latief menjadi Komandan Brigade Infanteri I Jaya Sakti, Kodam Jaya. Tapi karena Soeharto melihat jabatan Latief sangat strategis yaitu menjaga keamanan Jakarta yang nantinya akan memudahkan jalan menuju Istana, ia kembali membina hubungan baik dengan Latief. Soeharto dan istrinya juga datang ke rumah Latief untuk menjenguk anak Latief yang sedang dikhitan.” Lasmi berhenti. Melepas ikatan rambutnya. Sebagian rambutnya tergerai jatuh di depan wajahnya.

“Artinya hubungan Soeharto, Latief dan Oentoeng sangat dekat?”
“Ya. Dua minggu yang lalu Latief menemui Soeharto memberi tahu tentang isu kudeta Dewan Jendral yang sudah beredar kemana-mana. Soeharto sudah tahu hal itu. Oentoeng juga mendatangi Soeharto. Dan seperti yang sudah kuceritakan di awal tadi, Oentoeng ingin mendahului gerakan Dewan Jenderal dengan menculik mereka. Soeharto mendukung penuh rencana Oentoeng dengan mengirim bantuan pasukan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tapi sebagian besar adalah pasukan Soeharto yang ada di daerah-daerah dan Kostrad.

Tadi malam sekitar pukul sebelas, Latief kembali menemui Soeharto. Latief lapor kalau penculikan akan dilaksanakan pukul empat pagi. Saat itu kamu sudah berkumpul di dekat Monas. Setelah menghadap Soeharto, Latief menemui Oentoeng dan Brigjen Soepardjo. Latief bilang Soeharto tetap mendukung. Lalu kamu bergerak. Persis jam empat pagi….” Lasmi menguap sebelum mengakhiri pembicaraannya. Mungkin ia sudah ngantuk. Kulihat matanya merah.

“Terus siapa mengkhianati siapa?” Aku penasaran menunggu Lasmi belum membuka mulutnya.
Lasmi meraih selimut untuk menutupi kedua kakinya yang berselonjor di ranjang. “Tadi pagi Presiden cemas luar biasa mendengar laporan penculikan para Jendral. Sepertinya Presiden belum tahu kalau kita sudah menghabisi para jendral. Siang tadi Presiden mengeluarkan instruksi melalui radiogram ke markas besar ABRI dari pangkalan udara Halim, isinya:

Agar semua pihak tenang.
Semua pasukan stand-by di posisinya masing-masing.
Semua pasukan hanya boleh bergerak atas perintah Presiden selaku Panglima Tertinggi ABRI.
Hindari pertumpahan darah.

Instruksi itu membuat Soeharto ketakutan. Soeharto tidak menduga Presiden mengutuk keras gerakan penculikan dan pembunuhan para Jenderal. Di sini Soeharto berbalik arah. Ia ingin menjadi pahlawan makanya kemudian memberi perintah anak buahnya menangkap Oentoeng dan kawan-kawan yang terlibat peristiwa semalam. Tentu saja Oentoeng bingung karena sebelumnya ia sudah lapor pada Soeharto soal niatnya menangkap Dewan Jenderal. Soeharto mendukung semua rencana Oentoeng bahkan memberi bantuan pasukan. Tapi setelah anggota Dewan Jenderal kita habisi Soeharto balik menggempur kita dan menuduh gerakan ini didalangi PKI. Soeharto kemudian bilang bahwa Dewan Jenderal memang ada. Katanya dia termasuk salah satu anggotanya. Tapi itu hanya dewan yang mengurus kepangkatan, bukan untuk kudeta. Huh! Memuakkan sekali. Sekarang kita pasti sedang diincar untuk dihabisi!”

Aku ingin berkata-kata tapi tiba-tiba kepalaku terasa berat. Ada sesuatu yang terus bergemuruh di dadaku.

“Semalam Aidit diambil paksa dari rumahnya di Brebes lalu dihabisi. Tentu agar Aidit tak bisa membantah keterlibatan PKI. Padahal menurutku gerakan ini murni konspirasi beberapa perwira AD yang haus kekuasaan. Dibekengi Amerika. Omong kosong jika peralatan tempur Siaga I yang didatangkan dari Surabaya dan Semarang untuk peringatan hari ABRI 5 Oktober. Tapi aku mendengar kabar itu mulai dihembus-hembuskan. Itu rekayasa fiktif yang menyesatkan. Kita telah menjadi korban konspirasi busuk para perwira AD yang tak sabar merebut kekuasaan dengan cara apa pun. Dan kita tinggal menunggu giliran….” Suara Lasmi terdengar semakin lemah. Leher jenjangnya seperti sudah tidak kuat menahan beban berat kepalanya. Berkali-kali ia menguap dan menggosok-gosok mata. Dari kejauhan sesekali masih terdengar sirene meraung-raung. Juga suara tembakan. (bersambung)

*) TEGUH WINARSHO AS, lahir di Kulonprogo, Yogyakarta, 27 Desember. Buku-bukunya yang sudah terbit, kumpulan cerpen Bidadari Bersayap Belati (Gamamedia, 2002), Perempuan Semua Orang (Arrus, 2004), Kabar dari Langit (Assyamil, 2004), Tato Naga (Grasindo, 2005), dan novel: Tunggu Aku di Ulegle, roman dan tragedi di bumi serambi mekah (Bening Publishing, 2005), Jadikan Aku Pacar Gelapmu (Arrus, 2006). Novelnya: Di Bawah Hujan dimuat bersambung di harian sore Suara Pembaruan (2000), Orang-Orang Bertopeng dimuat di Sinar Harapan (2002), Purnama di Atas Jakarta dimuat Republika (2005). Kini mengibarkan bendera dengan nama penerbitan Lafal Indonesia.
Selengkapnya...

Senin, 23 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Duh, Jangan Salah Pilih Jurusan!

Memilih jurusan studi Anda setelah lulus SMA tahun ini mungkin bukan perkara mudah. Di satu sisi biaya kuliah terus naik, sementara di sisi yang lain lapangan kerja pun kian hari kian sedikit. Nah, sudah yakin dengan pilihan Anda? Pikir dulu matang-matang, sesal tiada guna.

Ya, di tengah situasi ekonomi serba sulit saat ini, Anda tentu termasuk siswa yang beruntung bisa melanjutkan kuliah. Untuk itu, jangan sia-siakan keberuntungan tersebut hanya lantaran salah pilih jurusan.
Memang, salah pilih jurusan bukan momok menakutkan. Hanya saja, sedini mungkin harus dipertimbangkan baik-baik. Jangan sampai Anda kelak merasa "salah jalan", kecewa dan menyesal, kuliah pun akhirnya bermalas-malasan.

Dus, yang terjadi bukan untung malah buntung. Anda pun kemudian memilih pindah jurusan. Lagi-lagi, Anda harus merogoh kocek, sebaliknya waktu terus berjalan meninggalkan Anda yang tengah bingung sendirian. Di titik paling parah, Anda pun akhirnya sulit memeroleh kerja.

Tips: Yakinkan Perencanaan Studi Anda

Baik itu di sebuah fakultas, akademi, atau sekolah tinggi, setiap jurusan yang Anda pilih tentu menawarkan materi, sifat pembelajaran, serta kurikulum yang berbeda. Nah, tips-tips berikut bisa menjadi pertimbangan Anda, apakah Anda akan semakin yakin pilihan Anda telah sesuai atau sebaliknya, perlu perencanaan ulang dengan cepat mengingat waktu terus berputar dan semakin mepet di ambang tahun ajaran baru. 

Gali Minat, Pertajam Bakat, Teropong Cita-Cita

Tidak, Anda tidak akan salah pilih jurusan jika pilihan telah sesuai minat dan bakat Anda. Disertai ketekunan, minat dan bakat Anda akan berjalan beriringan, sehingga Anda perlu memilih jurusan yang bisa memenuhi cita-cita Anda berkat minat dan bakat itu.

Ingat, minat dan bakat adalah investasi yang semakin lama akan tumbuh besar bersama pilihan studi yang tepat dan sesuai keinginan, serta cita-cita Anda.

Data dan Informasi

Ini adalah era global, Anda bebas dan mudah mencari informasi kapan dan di mana saja. Tidak di surat kabar, Anda bisa lari ke internet. Bahkan, internet adalah keran paling deras buat Anda mencari informasi, baik itu keunggulan jurusan yang Anda pilih, daya dukung pengelola studi terhadap pilihan Anda, beasiswa dan sebagainya. 

Memang, kadang tidak akan cukup hanya berbekal informasi sebatas tertulis. Keterangan lengkap dan secara langsung kebutuhan informasi bisa Anda dapatkan langsung di pusat-pusat informasi studi di lembaga pendidikan, kampus, atau akademi tertentu. Bahkan, pameran-pameran saat ini semakin banyak diselenggarakan sebagai tempat paling pas buat Anda mencari informasi pasca menjalankan UN.
Jadikan semua informasi adalah akurat. Alhasil, Anda pun puas tanpa mudah terpengaruh saran orang lain yang tidak menguasai informasi. 

Biaya

Biaya dan lokasi studi ibarat dua mata uang yang sulit dipisahkan sebagai pertimbangan Anda. Sebutlah, jika jurusan yang Anda minati di sebuah kampus tertentu sudah sesuai. Ternyata, lokasi kuliah jauh dari tempat tinggal.

Sedikit banyak, itu tentu memengaruhi pengeluaran Anda. Belum lagi biaya studi yang terkait kurikulum atau mata kuliah. Di sebuah jurusan yang banyak metode kuliah praktik dan kegiatan lapangan kerap mengharuskan Anda mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Dan silahkan, tambahkan biaya-biaya itu dengan biaya lain seperti buku, ongkos, biaya hidup jika harus tinggal di kos, dan sebagainya.

Tetapi, itu semua bukan halangan. Camkan, Anda bukan lagi seorang siswa SMA, melainkan seorang mahasiswa yang mampu hidup mandiri. Maka, atur manajemen waktu Anda, carilah kerja paruh waktu atau bisnis kecil-kecilan untuk menambal saku Anda yang "bocor" demi kelangsungan studi sebagai masa depan Anda

Kualitas dan Kuantitas Jurusan

Anda tidak perlu terbebani untuk duduk di PTN atau PTS favorit. Perhitungan Anda harus mantap, karena daya tampung suatu jurusan di PTN dan PTS favorit tentu berbeda dengan kampus pilihan Anda sendiri yang tanpa seleksi ketat. PTNS/PTS favorit, dengan menonjolkan jaminan kualitas, daya tampung mahasiswanya tentu menjadi "kue" rebutan banyak orang.

Untuk itu, gali lagi peluang Anda dengan mengukur semua kemampuan. Yang lebih penting, siapkan cadangan selekasnya dengan tetap mengikuti panduan ini sebagai pertimbangan Anda memilih studi. Anda jangan seolah terjebak situasi, lantaran gagal UN akhirnya malah tidak menimba ilmu sama sekali.

Karir dan Pekerjaan

Idealnya, Anda bekerja sesuai latar belakang keilmuan. Tetapi, berapa banyak sarjana atau insiyur saat ini yang menganggur atau banting stir untuk bekerja di bidang lain meskipun jauh dari bidang studinya? Jika demikian, apakah mereka telah salah memilih jurusan?

Tidak. Dengan berkonsultasi dulu dengan orang tua Anda, selalu yakinlah, bahwa tidak semua perusahaan saat ini hanya melihat dan membutuhkan Anda semata karena latar belakang pendidikan. Ya, seorang insiyur bisa diperlukan untuk berubah menjadi wartawan, psikolog bisa menyulap dirinya sebagai pemandu arung jeram profesional, seorang ahli komputer terpaksa harus menjadi kondektur sampai akhirnya menjadi pengusaha rental mobil besar dengan omset jutaan rupiah perbulan.

Zaman terus berubah. Tetapi satu yang tidak, semangat Anda untuk maju melawan perubahan tersebut. Anda seorang calon mahasiswa yang merasa sudah mampu, berani, serta penuh semangat untuk menjalani studi? Kiranya, jurusan yang sudah Anda pilih saat ini memang sudah tepat buat meneropong cita-cita Anda. (LTF)

Sumber: Kompas.com
Selengkapnya...

Sabtu, 21 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Kantring Genjer-Genjer [dari kitab kuning sampai komunis] bagian 14

Oleh: TEGUH WINARSHO AS *

Aku semakin bingung menangkap arah pembicaraan Lasmi. Tapi diam-diam aku kagum. Rupanya ia tahu banyak hal. Siapa sesungguhnya perempuan itu? Sipil? Intel? agen CIA?
“Kubu Yani dan kubu Nasution selama ini selalu berseberangan. Tapi mereka kemudian bersatu untuk menggulingkan Presiden,” kataku mulai berhati-hati.
“Masalah ini tak ada hubungannya dengan dua kubu itu. Tapi kubu baru yang diam-diam didirikan Soeharto.”
“Pangkostrad?”

“Ya. Awalnya Soeharto memang masuk dalam kubu Nasution. Tapi akhirnya mendirikan kubu sendiri setelah Amerika tak percaya lagi pada Nasution karena tak berhasil menjalankan misi mereka terhadap pemberontakan Permesta, kampanye pembebasan Irian Barat dan slogan Ganyang Malaysia. Kepentingan Amerika tak berfungsi di tangan Nasution. Di saat itulah Soeharto yang baru menjadi Pangkostrad mendirikan kubu. Ia mengajak Yoga Sugema yang masih menjadi Dubes RI untuk Yugoslavia. Soeharto menyuruh Yoga pulang dan menawari jabatan baru sebagai Kepala Intelijen Kostrad. Sesampai di Jakarta Yoga langsung menemui Soeharto di rumahnya. Mereka berembug. Itulah cikal bakal terbentuknya kubu Soeharto. Jika kutarik dari peristiwa semalam aku mulai mencium kelicikan Soeharto:

Yoga kembali ke Indonesia tidak sesuai prosedur karena seharusnya penarikan Yoga dari jabatan Duta Besar RI dilakukan oleh Menpangad, mengingat Yoga adalah perwira AD. Tetapi Yoga ditarik oleh surat panggilan Pangkostrad. Dengan cara itu Soeharto telah melangkahi garis hierarki dan komando.
Tujuan Yoga pulang adalah untuk melakukan sabotase terhadap kebijakan-kebijakan politik Presiden.

Soeharto ingin menghancurkan PKI karena PKI terlalu dekat dengan Presiden. Tujuan ini sejalan dengan kepentingan Amerika yang tak ingin Indonesia dikuasai komunis. Amerika kemudian mendekati Soeharto untuk menjalankan kepentingannya.

Kubu yang dibentuk Soeharto sama sekali tak berkaitan dengan Panglima AD, tapi berkait erat dengan politik dalam negeri dan luar negeri serta Presiden dan PKI. Ini ironis sekali. Selain Yoga, kubu Soeharto juga didukung Ali Moertopo. Dua orang ini adalah kelompok bayangan Soeharto yang suka menyusup kemana-mana…” Lasmi berhenti menghirup napas dalam-dalam. Ketegangan di wajahnya berangsur mencair.

Aku menunggunya berkata-kata. Tapi ia hanya diam saja. Aku mulai tertarik dengan ceritanya. Aku belum pernah mendengar cerita seperti itu. Aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur. Wangi tubuh Lasmi sesaat berkelebat di hidungku. Perpaduan antara keringat dan minyak wangi. Aku menyukai bauan seperti itu. Kulihat lehernya jenjang seperti angsa. Ada bekas merah-merah di lehernya. Aku yang melakukannya semalam. Payudaranya jauh lebih besar dari yang kubayangkan. “Terus apa hubungan antara Angkatan Kelima dan Kubu yang didirikan Soeharto?”

Lasmi menoleh menatapku. Ia mengusap-usap lehernya. Agaknya ia tahu aku terus memperhatikan lehernya. “Lain kali jangan kasar,” katanya sambil tersenyum. “Seperti yang tadi sudah kubilang para perwira AD tidak setuju dengan ide Angkatan Kelima. Yani kemudian menyampaikan sikapnya itu pada Presiden. Tapi kemudian masalah itu menjadi pembicaraan hangat di kalangan elite politik. Sampai kemudian beredar isu bahwa Angkatan Kelima adalah para buruh dan petani yang dipersenjatai. Presiden akhirnya memanggil Yani untuk datang ke Istana. Yani dijadwalkan diterima Presiden di Istana Negara tadi pagi dengan agenda mengenai Angkatan Kelima. Tapi subuh tadi kita menculik dan membunuhnya.”

Lasmi berhenti seperti menunggu reaksiku. Tapi aku diam saja. Aku merasa harus berhati-hati. Baru beberapa jam aku mengenalnya. Perkenalan yang singkat, meski kami telah melakukan hubungan badan. Tapi mungkin itu lebih karena kami sama-sama saling membutuhkan. Kami sama-sama lelah dan butuh hiburan. Sesekali terdengar sirene meraung-raung di kejauhan. Juga suara tembakan. Aku bingung apa yang sebenarnya sedang terjadi di luar?

“Kamu dengar suara tembakan itu? Percayalah padaku. Kamu sedang diburu. Nyawamu terancam!”
“Siapa yang menghembuskan isu para jendral mau kudeta?”

Lasmi menatap kalender di kamar. “Sekitar pertengahan Agustus kemarin Presiden sakit. Presiden diperiksa oleh seorang dokter Cina yang dibawa oleh Aidit. Dokter itu bukan didatangkan dari RRT, tapi dokter Cina yang tinggal di Kebayoran Baru. Selain dokter Cina ada dua dokter lain yang memeriksa yaitu, dr. Soebandrio dan dr. Leimena. Ketiga dokter sepakat bahwa penyakit Presiden saat itu adalah masuk angin. Diduga penyebabnya karena malam sebelumnya Presiden jalan-jalan meninjau beberapa pasar di Jakarta untuk melihat langsung bagaimana harga-harga bahan kebutuhan pokok. Presiden memang sering melakukan kegiatan seperti itu tanpa pengawalan ketat.

Tapi tentu kamu masih ingat kabar yang beredar di luar menyebut Presiden sakit parah dan PKI sedang menyusun kekuatan untuk mengambil alih kepemimpinan nasional. Itu bohong. Aidit tahu persis kondisi Presiden. Di sini kubu Soeharto mulai bermain. Mereka menyebarkan isu dan provokasi seolah-olah PKI akan merebut kekuasaan jika sakit Presiden semakin parah. Tapi ini memang hanya tujuan awal yang jika gagal juga tidak masalah sebab tujuan akhirnya adalah mencari kambing hitam jika suatu saat gerakan perebutan kekuasaan benar-benar terjadi. Dengan begitu opini publik sudah tergiring pada PKI. Selanjutnya PKI akan berhadapan dengan militer. Tapi rupanya PKI tidak terpancing dengan isu dan provokasi yang diciptakan Soeharto.

Di pihak lain isu mengenai kudeta Dewan Jenderal ditanggapi serius Letkol Oentoeng. Tapi wajar karena Oentoeng salah satu komandan Pasukan Cakra Bhirawa yang tugasnya menjaga Presiden. Oentoeng kemudian berencana mendahului menangkap para Dewan Jenderal sebelum mereka bertindak lebih jauh. Oentoeng menyampaikan rencananya itu kepada Soeharto. Gayung bersambut. Soeharto malah menjanjikan akan menambah jumlah pasukan untuk mendukung rencana itu. (bersambung)

*) TEGUH WINARSHO AS, lahir di Kulonprogo, Yogyakarta, 27 Desember. Buku-bukunya yang sudah terbit, kumpulan cerpen Bidadari Bersayap Belati (Gamamedia, 2002), Perempuan Semua Orang (Arrus, 2004), Kabar dari Langit (Assyamil, 2004), Tato Naga (Grasindo, 2005), dan novel: Tunggu Aku di Ulegle, roman dan tragedi di bumi serambi mekah (Bening Publishing, 2005), Jadikan Aku Pacar Gelapmu (Arrus, 2006). Novelnya: Di Bawah Hujan dimuat bersambung di harian sore Suara Pembaruan (2000), Orang-Orang Bertopeng dimuat di Sinar Harapan (2002), Purnama di Atas Jakarta dimuat Republika (2005). Kini mengibarkan bendera dengan nama penerbitan Lafal Indonesia.
Selengkapnya...

Jumat, 20 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Kantring Genjer-Genjer [dari kitab kuning sampai komunis] bagian 13

Oleh: Teguh Winarsho AS *
Inilah ceritaku, Ibu, pada malam pembunuhan itu:
Tubuh para jendral kutembak sebelum kudorong ke dalam lubang sumur. Aku tidak tahu apakah mereka masih bernyawa atau sudah mati saat itu. Aku hanyut dalam histeria kemenangan seorang prajurit muda gagah berani. Masih kuingat hari-hari menjelang malam itu terasa sangat mencekam. Dingin udara malam Jakarta terasa menusuk tulang. Aku dituntut lebih sigap dan cekatan. Trampil menggunakan bedil, meloncat pagar, mendobrak pintu. Tangkap dan hancurkan! Begitu perintah yang kudapat. Perintah tak pernah datang dua kali, kecuali kepalaku dihajar popor senapan atau besi batangan oleh komandan.

Tapi aku terlalu mabuk malam itu. Mabuk kemenangan dan sedikit alkohol. Aku ikut menari-nari di antara pohon karet dan jati bersama puluhan perempuan pelantun genjer-genjer hingga perlahan-lahan berahiku merangkak. Mungkin mataku merah dan gerakanku kacau. Ugh! Perang, darah dan berahi terasa kontras. Hanya prajurit bodoh yang tak terangsang melihat payudara ranum mencuat dari balik kutang hitam dan jembut menyusup selangkangan. “Ayo, ayo, tambah lagi minumannya! Kita merayakan kemenangan. Ini pesta besar! Hei, jangan kau remas pantat perempuan itu, dia milikku!” Seseorang berteriak sambil berputar-putar membagi minuman. Matanya merah menyala. Wajahnya keras. Tapi kurasa aku lebih tertarik dengan perempuan. Minuman hanya membuat ngantuk dan tidur ngorok seperti kerbau. Tapi perempuan membuat terus melek tak bisa tidur. Dan, perempuan itu? Siapa namanya? Ia terus menatapku dan sesekali aku menatapnya. Aku merasakan getar yang aneh. Apakah ia mengenalku sebelum ini?

Perempuan itu menghampiriku lalu kami bersijingkat pergi. Meninggalkan kemeriahan pesta. Perempuan itu menggandeng tanganku. Aku berpikir ia perempuan nakal yang ingin mengajak bersenang-senang. Mungkin ia tahu seorang prajurit butuh banyak kesenangan sehabis bertempur. Atau dia sendiri yang merasa lelah dan perlu hiburan? Malam itu memang melelahkan atau mulai membosankan. Perempuan itu terus menggandeng tanganku, lebih erat. Mungkin ia sudah tak tahan lagi. Mungkin kami akan melakukannya cepat-cepat di pinggir jalan atau di losmen murahan. Tapi perempuan itu terus membawaku melewati jalan setapak semak-semak dan gang sempit berkelok-kelok.

Tembok rumah itu kusam. Kami masuk ke dalam. Aku seperti berada di dunia yang asing. Lengang dan sunyi. Kemeriahan pesta di kebun karet segera kulupakan. Aku masuk ke sebuah kamar. Cahaya lampu temaram berwarna kemerahan. Warna yang membuat wajah perempuan itu terlihat menggairahkan. Kukira ia sudah tak sabar memulai. Lalu kami melakukannya di atas ranjang reot yang selalu berderit-derit jika pantat perempuan itu bergoyang sedikit lebih kencang. Bantal dan guling berhamburan. Ini pertama kali aku melakukannya. Tapi mungkin perempuan itu sudah berkali-kali. Ia cekatan membuat tubuhku berkali-kali seperti melayang. Oh… dalam satu malam aku mendapat dua pengalaman baru. Membunuh orang dan bersetubuh dengan perempuan. Kukira aku menyukai keduanya. Perempuan itu mengenalkan namanya: Lasmi. Lalu kami tidur. Kami sama-sama lelah.

Aku tak tahu berapa lama aku tidur. Tak ada jam di kamar itu. Saat bangun, Lasmi, perempuan itu sudah pergi. Aku bangkit membuka jendela dan ternyata hari sudah gelap. Kulihat lampu-lampu menyala muram seperti kesedihan yang tertahan. Sejenak aku tersenyum ingat kejadian semalam. Aku memanggil Lasmi tapi tak ada jawaban. Aku semakin yakin Lasmi meninggalkanku. Aku kemudian melangkah ke kamar mandi. Aku pun juga harus pergi. Gebyuran-gebyuran air dingin membuat tubuhku kembali segar. Saat keluar dari kamar mandi, ternyata Lasmi berdiri menungguku di dapur. Pakaiannya rapi tapi wajahnya terlihat tegang. Aku kembali ingat kejadian semalam. Wajah perempuan itu merah menyala napasnya berlesatan seperti peluru. “Pangkostrad berkhianat. Ia berbalik menggempur teman-temannya sendiri. Sebaiknya dalam beberapa hari ini kamu jangan pergi kecuali kamu mau ditembak mati!” kata Lasmi dengan suara serak.

Berkhianat? Aku tergelak mendengar lelucon Lasmi. Kukira ia ingin menakut-nakutiku. Tapi aku prajurit tangguh tak mungkin gentar oleh gertak sambal. Kulihat wajah Lasmi berubah merah mendengar suara tawaku pecah. Mungkin ia marah sebab sekilas menatapku tajam. “Makanlah!” katanya kemudian sambil mengangsurkan nasi bungkus. Aku menerimanya dan mulai makan. Sesaat suasana hening. Kulihat wajah Lasmi tetap tegang, berjalan gelisah mondar-mandir. “Isu kudeta Dewan Jendral hanya omong kosong!” Tiba-tiba Lasmi bersuara. “Pangkostrad telah memelintir isu keberadaan Dewan Jendral. Kita semua ditipu. Pada gilirannya kamu akan diburu dan didor!” Lasmi menunjuk jidatku dengan telunjuknya. Kukira ia memang sedang tidak main-main. Aku segera menyelesaikan makanku.

“Aku tak paham maksudmu. Yang kutahu para jendral tidak setuju Presiden membentuk Angkatan Kelima. Mereka kemudian berencana menggulingkan Presiden,” kataku melempar bungkus nasi ke tempat sampah.

Dengan isyarat mata Lasmi mengajakku ke kamar. Ketegangan di wajahnya bercampur dengan ketakutan. Sisa keringat sedikit melunturkan bedak di wajahnya. Lasmi terlihat beda dengan yang semalam. Mungkin karena semalam aku mabuk meski hanya sedikit menenggak alkohol. “Presiden membentuk Angkatan Kelima untuk menampung sumbangan senjata dari RRT dan Rusia…” kata Lasmi sesampai di kamar duduk di atas ranjang reot yang masih berantakan. “Menpangad Letjen Ahmad Yani dan para Perwira ABRI lain memang tidak setuju dengan ide itu. Tapi dari situ tiba-tiba isu berkembang mengenai adanya sekelompok perwira AD yang tidak puas dengan Presiden membentuk kelompok Dewan Jenderal dan akan melakukan kudeta. Karena kenyataannya baik dari kubu Yani maupun Nasution tak ada yang ingin melakukan kudeta!” (bersambung)

*) TEGUH WINARSHO AS, lahir di Kulonprogo, Yogyakarta, 27 Desember. Buku-bukunya yang sudah terbit, kumpulan cerpen Bidadari Bersayap Belati (Gamamedia, 2002), Perempuan Semua Orang (Arrus, 2004), Kabar dari Langit (Assyamil, 2004), Tato Naga (Grasindo, 2005), dan novel: Tunggu Aku di Ulegle, roman dan tragedi di bumi serambi mekah (Bening Publishing, 2005), Jadikan Aku Pacar Gelapmu (Arrus, 2006). Novelnya: Di Bawah Hujan dimuat bersambung di harian sore Suara Pembaruan (2000), Orang-Orang Bertopeng dimuat di Sinar Harapan (2002), Purnama di Atas Jakarta dimuat Republika (2005). Kini mengibarkan bendera dengan nama penerbitan Lafal Indonesia.
Selengkapnya...

Kamis, 19 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Kantring Genjer-Genjer [dari kitab kuning sampai komunis] bagian12

Oleh: TEGUH WINARSHO AS *
Tapi seseorang di barisan shaf kedua tiba-tiba bersuara saat melihat Ki Sangir mulai mengangkat tangannya untuk takbiratul ikhram. “Maaf, Ki, bukankah arah kiblat di barat? Kenapa kita menghadap ke timur?”

“Betul, Ki. Kita salah arah!”

Ki Sangir gugup, urung takbiratul ikhram. Tapi bukan Ki Sangir kalau tak bisa segera menguasai keadaan. “Ingsun wujudhing Pangeran sejati, senadyan sira kabeh ngaturana ing Pangeran kang sejati, namun ingsun ngendika ora, mangsa kalakon yekti! Ingat baik-baik ajaran itu! Aku menghadap ke timur, maka kalian semua juga harus menghadap ke timur. Jangan mbalela dan banyak bacot! Sekarang kita mulai. Allahu akbar. Bismillahirrahmanirrahiim….” Suara Ki Sangir lantang berkumandang di penjuru pendapa padepokan. Di belakangnya para cantrik khusuk mengikuti apa yang dilakukan Ki Sangir. Mereka shalat sambil duduk bersila. Tapi ada yang sikut-sikutan sebab terlalu rapat, sesak, setelah kedatangan sepuluh cantrik yang baru pulang dari menggembala kerbau. “Kere! Sampean adhus dhisit kono. Awake sampean mambu kaya batang!
“Hus! Sampean kalau shalat aja berisik!”
“Aku arep muntah. Huhuueekk…”
“Tobil! Muntahan sampean kena sajadahku!”
“Huhuhu…hueekk!!”

Meski disertai kericuhan kecil akhirnya shalat gaib selesai. Ki Sangir kembali menghadap para cantrik. Menatap mereka satu per satu sebelum memberikan khutbah singkat, semacam pelepasan pada mayat Sadikin. “Cantrik-cantrikku…” Suara Ki Sangir bergetar. “kita telah kehilangan orang yang paling kita cintai. Almarhum bukan hanya sosok yang tangguh dalam menjalani kehidupannya, tapi juga sosok yang teguh dalam memegang prinsip dan keyakinannya. Almarhum adalah sosok laki-laki yang lembut dan bersahaja. Laki-laki yang rendah hati, ramah, sabar dan sopan. Padepokan yang almarhum dirikan ini mudah-mudahan bisa menjadi amal jariah almarhum yang tak pernah putus. Tapi sebagai manusia biasa pasti almarhum juga tak luput dari kesalahan. Untuk itu jika ada di antara kalian siapa saja atau bahkan semuanya yang pernah disakiti sekali maupun berkali-kali oleh almarhum pada semasa hidupnya, entah itu dicambuk, dihantam dengan balok kayu, disambit dengan arit, disundut rokok, disuruh menjilati koreng kakinya, dipaksa berzina, atau apa pun juga, aku mewakili teman dekatnya minta agar kalian semua mau memaafkan almarhum. Sekali lagi aku mau bertanya, apakah kalian semua bersedia memaafkan almarhum?”

Para cantrik tiba-tiba berpandangan dengan dada bergemuruh. Mereka baru sadar selama ini terlalu larut sedih saat melihat Sadikin sekarat selama enam hari dengan perut bolong. Khutbah Ki Sangir mengingatkan perilaku Sadikin semasa masih sehat. Bekas sundutan rokok, bilur-bilur merah di bokong dan punggung akibat lecutan cambuk, dahi retak sebab dihajar balok kayu, bibir bonyok disambit arit, masih membekas jelas di tubuh. Itulah kenangan Sadikin yang tak bisa dilupakan sepanjang hidup. Dan… bagaimana mungkin laki-laki pincang itu kini dibiarkan bebas melenggang nyaman ke akhirat? Tidak! Tidak! Sadikin tetap keparat! Asu! Bajingan! Begitu para cantrik berpikir.

Sementara itu di balik topeng wajah sedihnya Ki Sangir tertawa-tawa senang. Siasatnya berhasil. Para cantrik akan terus mengutuk Sadikin, bahkan ketika laki-laki pincang itu sudah menjadi bangkai. Ki Sangir kembali berkata. “Karena kalian semua diam, kuanggap mau memaafkan almarhum yang barang kali pernah menyundut pipi kalian dengan rokok, menyambit dengan arit, menyuruh menjilati korengnya, mencambuk dan lain-lain. Baiklah, mulai sekarang aku yang menguasai padepokan ini. Kalian setuju?”

Para cantrik langsung menjawab serempak. “Setujuuu!!”

Sejak itu Ki Sangir menguasai padepokan. Mengangkat dua orang cantriknya yang cukup sakti bernama Paltito dan Narwisho sebagai wakil. Tiga bulan kemudian ia mencampakkan Suni, istri mudanya, setelah Kantring, istri tuanya ditemukan mati di hutan bukit Cuwuk. Ia sebenarnya sangat mencintai Kantring yang wajahnya memang cantik, tapi entah kenapa ia juga selalu berbuat kasar pada perempuan itu. Mungkin karena Kantring bisu. Suatu hari ia menikah dengan sebelas gadis penari Langgeturuk, kesemuanya tinggal dalam satu rumah. Sejak kedatangan para penari, cantrik padepokan semakin bertambah banyak. Para cantrik boleh mencicipi salah seorang dari mereka yang mempunyai tahi lalat di belahan vaginanya jika sudah sampai pada tingkatan ilmu tertentu. Hanya Narwisho yang menolak karena ia hanya bernafsu pada laki-laki. Pesantren Kyai Barnawi juga semakin bertambah besar. Ki Sangir tak suka melihat kemajuan pesantren Kyai Barnawi. Ia berencana membunuh Kyai Barnawi lalu membakar pesantrennya.

LIMA

Genjer-genjer mlebuo kendil wedange ngemplak.
Setengah mateng dientas yong dienggo iwak.
Sego nong piring sambel jeruk ring ngaben.
Genjer-genjer dipangan musuhe sego.


Ibu, sudah lima hari aku pulang. Tapi sesekali lagu itu masih menggema di telingaku. Dinyanyikan puluhan perempuan cantik di antara rimbun pohon karet dan jati. Di antara wajah-wajah berkeringat dan malam yang pucat. Mereka hanya menyanyi dan menari sambil sesekali berteriak. “Ayo, ayo, goyangkan pantatmu ke KIRI lalu angkat rokmu ke atas. Getarkan dadamu supaya payudaramu mencuat dan terlihat kutangmu berwarna hitam. Apakah celana dalammu juga hitam?” Tapi tak ada silet, gunting, arit atau pisau lipat. Mereka hanya penggembira. Tapi aku bersepatu lars dan bersenjata. Jika Ibu melihatku malam itu pasti bangga. Inilah cita-cita yang selalu kau dengungkan sejak aku kanak-kanak: Menjadi prajurit.

Dan akulah prajurit gagah berani itu, Ibu. Seorang laki-laki kere dari dusun Panjen bekas pengangkut batu kali. Tapi, oh, Ibu, bayangan kematian tiba-tiba terus menghantuiku sejak peristiwa malam itu. Ia terus berkelebat serupa hantu. Tak bisa kulihat bentuknya tapi bisa kurasakan getarnya. Lambat namun merayap dan terus mendekat. Apakah berdosa jika aku membunuh seseorang demi menjalankan tugas seorang prajurit, Ibu? Bukankah prajurit sejati harus bangga jika berhasil menyelesaikan tugasnya dengan sempurna?(bersambung)

*) TEGUH WINARSHO AS, lahir di Kulonprogo, Yogyakarta, 27 Desember. Buku-bukunya yang sudah terbit, kumpulan cerpen Bidadari Bersayap Belati (Gamamedia, 2002), Perempuan Semua Orang (Arrus, 2004), Kabar dari Langit (Assyamil, 2004), Tato Naga (Grasindo, 2005), dan novel: Tunggu Aku di Ulegle, roman dan tragedi di bumi serambi mekah (Bening Publishing, 2005), Jadikan Aku Pacar Gelapmu (Arrus, 2006). Novelnya: Di Bawah Hujan dimuat bersambung di harian sore Suara Pembaruan (2000), Orang-Orang Bertopeng dimuat di Sinar Harapan (2002), Purnama di Atas Jakarta dimuat Republika (2005). Kini mengibarkan bendera dengan nama penerbitan Lafal Indonesia.
Selengkapnya...

Rabu, 18 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Sekolah Alam, Kenapa Tidak?

Sebentar lagi musim pendaftaran sekolah tiba. Seperti biasanya, saat-saat ini bukan saja anak yang disibukkan mencari sekolah baru, orangtua pun ikut pontang-panting mencarikan sekolah baru bagi anaknya. Tidak sedikit orangtua mengalami stres setiap musim pendaftaran sekolah ini. Biasanya, para orangtua akan mencarikan sekolah konvensional, sekolah sebagaimana dikenal selama ini. Sekolah-sekolah alternatif, seperti sekolah alam belum banyak dilirik para orangtua. Padahal di kota-kota besar di Indonesia mulai menjamur model sekolah alam ini. Memang, belum semua orang tua percaya pada sekolah alam, sehingga tetap bergeming memilihkan sekolah konvensional bagi putra-putrinya. Tapi, bagi sebagian orang tua lain, memilih sekolah alam adalah satu kebutuhan untuk mengubah paradigma pendidikan bagi masa depan anak-anaknya. Kenapa?

Seperti dikutip dari Kompas.com, Nuning (36), orang tua siswa dari Naswa (5) dan Faras (11), mengaku membawa kedua putrinya bersekolah di sekolah alam adalah karena mencari alternatif yang berbeda dari sekolah konvensional untuk memberi pendidikan anak-anaknya. "Paradigmanya sudah berubah buat saya. Selama ini anak belajar penuh keterpaksaan, dikejar target dengan hapalan-hapalan yang sebetulnya tidak tepat untuk periode usia emas mereka, di sini anak belajar sesuai keinginan dan penuh kepraktisan yang memang sudah semestinya," ujar Nuning.


Menurutnya, kemandirian dan skill kepemimpinan kedua anaknya yang duduk di Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar di dua sekolah alam yang berbeda itu sangat terbangun. "Keberanian dan rasa percaya dirinya berkembang dengan baik di luar perkiraan saya, karena memang di sekolah ini life skill itu dipentingkan dan diselaraskan dalam semua materi pembelajaran. Anak saya benar-benar mandiri," ujar Nuning.

Sementara itu, menurut orang tua siswa lainnya, Romy (42), memilih sekolah alam buat mendidik anaknya adalah untuk mendapatkan ilmu yang berbeda dari yang pernah Romy dapatkan ketika bersekolah di sekolah konvensional dulu. "Dulu itu murid takut dengan gurunya, di sini malah gurunya yang dipanggil-panggil terus oleh siswanya. Saya lihat, anak-anak bisa enjoy belajar tanpa tekanan apapun, itu yang terpenting," ujar orang tua siswa dari Ruhama Afifah (13), Zahra (9) dan Syamila (4). 

Romy mengatakan, ketimbang anak-anak lain seusia anaknya, perkembangan anaknya jauh lebih cepat dan matang, selain juga lebih mandiri. Romy meyakini, semua itu berkat pembelajaran di sekolahnya. "Saya tahu, di sekolah dia tidak dicetak untuk punya nilai bagus, tapi mampu menjadi pribadi yang mandiri dan berani mengambil keputusan selama mengikuti proses pembelajaran. Saya yakin, kemampuan akademis bisa dikejar, tetapi kemandirian, budi pekerti dan soft skill lainnya itu harus ditempa sejak di usia emasnya," ujar Romy.

Penuturan lain, yang sebetulnya sama, juga dilontarkan oleh Mei (36). Ia menyekolahkan putrinya, Zia (7), di sekolah alam karena menginginkan perubahan pada cara mengedukasi anaknya. "Secara visi dan misi sekolah alam itu sama dengan saya, yaitu menempa kemandirian anak dan leadership-nya. Bukan soal prestasi, tapi bagaimana membuat anak terus memiliki keinginan berpikir ilmiah dan bisa memanfaatkan ilmunya dengan baik," ujar Mei.
Selengkapnya...

Selasa, 17 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

Kecelakaan pesawat terbang MA 60 milik Merpati Nusantara Airlines (MNA) yang terjadi di Kaimana pada Sabtu (7/5) menunjukkan potret buram pengelolaan transportasi di Indonesia. Wajah buram ini, untuk kasus jatuhnya MA-60, ditengarai sejak proses awal pembeliannya, sehingga Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu melaporkan indikasi mark up harga dalam pengadaan pesawat MA 60 itu kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Seperti dikutip Jurnal Nasional, Juru bicara Federasi, Tri Sasono meminta KPK menyelidiki dugaan kerugian keuangan negara senilai US$46 juta dalam pengadaan pesawat buatan China itu. "Ada unsur memperkaya diri sendiri dan orang lain dalam dugaan mark up ini," kata Tri usai menyerahkan laporan pengaduan di gedung KPK.

Berbagai media juga mewartakan silang pendapat diantara pejabat negeri ini dalam mensikapi jatuhnya pesawat MA 60 buatan Xian Aircraft Company, China ini. Tak kurang anggota Komisi V DPR RI, Abdul Hakim, mempertanyakan standarisasi yang diberikan pemerintah terhadap produk Negeri Tirai Bambu itu, terkait dengan sertifikasi pendaftaran, sertifikasi standar awal, sertifikasi izin pengoperasian, serta sertifikasi izin pengoperasian lanjutan. "Yang perlu dipertanyakan adalah seberapa handalkah lembaga sertifikasi kita? Karena sebelum tahun 2006 lembaga sertifikasi kita di bawah standar internasional," ujarnya. Abdul pun menyarankan agar pesawat MA-60 saat ini dinonterbangkan dulu sembari dilakukan pengujian ulang. Kalau pemerintah sudah bisa menjamin sebelas pesawat MA-60 yang tersisa itu aman, baru diizinkan lagi untuk beroperasi.

Di sisi lain, Menteri Perhubungan, Freddy Numberi, menegaskan bahwa Pemerintah belum akan mencabut izin terbang pesawat buatan China terkait kecelakaan pesawat milik maskapai penerbangan Merpati Nusantara Airlines. Ia juga menampik keharusan pesawat yang beroperasi di Indonesia barus mendapat sertifikasi dari Federal Aviation Administration (FAA) atas kelaikan pesawat tersebut juga tidak diperlukan. "Tidak perlu (pakai sertifikasi FAA). Kenapa harus pakai (sertifikasi) Amerika, memangnya badan antariksa kita tidak bisa (mengeluarkan sertifikasi)? Eropa juga tidak ke Amerika. Anda tanya ke negara-negara Eropa, why don‘t you use American standard. They don‘t like American standard. Why, we have our own standard. Dan standar kita memenuhi International Civil Aviation Organization (ICAO)," katanya.

Ironisnya, anak-anak bangsa lewat PT Dirgantara Indonesia sudah memproduksi jenis pesawat yang semodel dengan pesawat MA 60 tersebut. Jenis pesawat yang semodel dengan MA 60 ini adalah jenis pesawat CN 235. Menurut kabar yang beredar, pesawat jenis CN 235 ini sudah dipakai oleh Amerika Serikat, Perancis dan Korea Selatan. Tak kurang Menteri Perindustrian, MS Hidayat, menyarankan agar MNA menggunakan pesawat produksi dalam negeri. Menurutnya, industri dirgantara Indonesia secara teknologi sangat memadai. Saat ini, terangnya, PT Dirgantara Indonesia sedang kebanjiran order pembuatan pesawat dari beberapa negara, diantaranya Korea dan Thailand. Korea dan Thailand mengorder pesawat jenis CN 235 ke Indonesia. Jadi industri dirgantara kita itu secara teknologi sebetulnya sangat memadai. Ia juga menyarankan kepada maskapai penerbangan Indonesia untuk menggunakan pesawat jenis CN 235 buatan Indonesia untuk penerbangan antarpulau. Transportasi antarpulau bisa dilayani dengan CN 235. Industri kita sangat memadai. Apalagi, kita juga sudah punya sertifikat FAA.

Melihat perbedaan pendapat tersebut, agaknya rakyat yang dibuat bingung. Saat anak-anak bangsa mampu membuat produk pesawat terbang yang diakui negara lain, tapi tidak digunakan oleh pemerintah sendiri, apalagi yang bisa dibanggakan oleh rakyat terhadap negara ini? Ah, aku jadi teringat puisi karya Taufiq Ismail yang berjudul Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.

Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
Karya: Taufiq Ismail


I

Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini

II

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

III

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama,

Di negeriku rupanya sudah diputuskan
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.

IV

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

1998
Selengkapnya...

Senin, 16 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Negeri Para Bedebah

Kondisi bangsa yang memprihatinkan, munculnya perang terbuka antara “Cicak dengan Buaya” tahun 2009, panggung hukum yang tak mementaskan keadilan, dan lain-lain, barangkali yang mengilhami Adhie Massardi menulis puisi ini. Puisi berjudul Negeri Para Bedebah ini, seperti dikutip dari rakyatmerdeka online, pertama kali dibacakan beliau di tengah demontrasi menuntut penyelesaian megaskandal dana talangan Bank Century di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta. Adegan Adhie membacakan puisi itu ditayangkan berkali-kali oleh sejumlah stasiun televisi. Bahkan mantan jurubicara presiden ini sempat diundang khusus ke studio televisi untuk membacakan ulang puisi itu.

Sedemikian populernya, waktu itu puisi Negeri Para Bedebah sempat menjadi salah satu ikon dalam gerakan menentang sikap diam pemerintah dan lembaga penegak hukum terhadap kasus yang diperkirakan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merugikan negara Rp 6,7 triliun dan dinyatakan DPR melanggar sejumlah aturan hukum dan perundangan.

Negeri Para Bedebah
Karya:Adhie Massardi

Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala

Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan
Selengkapnya...

Tentang Rezim yang Basi

Puisi ini dibuat Adhie Massardi saat Beliau melihat banyak pembiaran berlangsung di negeri yang sangat dicintainya ini. Puisi ini ditulis didorong oleh kekecewaannya terhadap pembiaran megaskandal Bank Century dan berbagai kasus lain yang bermunculan seperti Gayusgate dan Mirandagate. Berikut puisi yang diberi judul Tentang Rezim yang Basi



Tentang Rezim yang Basi 
Oleh Adhie Massardi

Kami, yang berkumpul di sini
adalah putra-putri Ibu Pertiwi
yang telah menjadi saksi
atas kerusakan negeri di bawah rezim yang basi

Tahukah kalian apa itu rezim yang basi?

Rezim yang basi adalah rezim yang telah mengubah koalisi
menjadi konspirasi sehingga penguasa bebas melakukan korupsi
dan bukan untuk mengatasi rakyatnya yang makin susah makan nasi
atau membantu petani yang ladangnya gersang karena rusaknya irigasi

Rezim yang basi adalah rezim yang hanya bisa pasang aksi
dan membiarkan di semua lini tumbuh anomali dan demoralisasi
sehingga di mana-mana rakyat menjadi semakin sangsi
bahkan kepada demokrasi yang lahir dari rahim reformasi

Rezim yang basi menyulap mandat rakyat untuk memerintah
menjadi lebih banyak digunakan untuk berkeluh-kesah
Amanat yang dititipkan untuk menyejahterakan umat
mereka jadikan instrumen untuk permainan patpat gulipat

Rezim yang basi adalah rezim telah membuat hutan menjadi gersang
Nelayan dipermainkan ombak kemiskinan melacak ikan yang hilang
Anak-anak mencari masa depan menyisir jalanan hingga petang
Yang sudah dewasa berlari-lari di lapangan kerja yang kian lengang

Maka pada hari ini,
hari yang penuh keberuntungan bagi orang-orang yang dipinggirkan
putra-putri Ibu Pertiwi pewaris negeri surgawi
secara resmi mengambil jarak dari penguasa yang tamak
menarik garis tegas dari penguasa yang culas

Lalu bergerak, bergerak, dan bergerak
menyelamatkan Indonesia tercinta
dari cengkeraman tangan-tangan pendusta
yang telah membasahi tanah kita dengan luka dan airmata

Indonesia, Ahad Pertama Maret 2011
Selengkapnya...

Minggu, 15 Mei 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

The Power of Tabayyun

Kisah ini sudah cukup terkenal. Pada suatu kali Nabiyullah Muhammad Saw menyuruh Khalid ibn ‘Uqbah ibn Abi Mu’ith untuk mengambil zakat ke Bani Musthalaq. Ketika mendengar utusan Rasul mau datang, kaum Bani Musthalaq berkumpul di luar kampung untuk menyambut al Walid dengan membawa zakat/shadaqah mereka. Mendengar hal itu, al Walid menduga bahwa mereka akan menyerangnya. Karena itu ia kembali sambil melaporkan kepada Rasul Saw bahwa Bani Musthalaq enggan membayar zakat dan bermaksud menyerang Nabi Saw. Rasul marah dan mengutus Khalid bin Walid untuk menyelidiki hal sebenarnya sambil berpesan agar tidak melabrak mereka sebelum jelas duduk persoalannya. Khalid menyuruh seorang informan menyelidiki perkampungan Bani Musthalaq yang ternyata masyarakat desa itu mengumandangkan adzan dan melaksanakan shalat berjamaah. Khalid kemudian mengunjungi mereka dan menerima zakat mereka.

Dalam cerita yang agak detil, Walid berkata kepada Nabi saw. “Kaum Harits (Bani Musthalaq) tidak mau memberikan zakat, justru ia akan membunuh saya.” Atas laporan ini Nabi saw. segera menetapkan utusan yang baru (Khalid ibn Walid) untuk datang kepada kaumnya Harits. Kemudian dia dengan seorang sahabatnya, pergi menuju tempat dimana Harits tinggal. Setelah sampai kaum Harits bertanya, ”Kemana kalian?” Utusan menjawab, ”Kepadamu.” Kaum menjawab, ”Loh, mengapa?” Utusan menegaskan, ”Nabi saw. telah mengirim seorang utusan, dia adalah Walid bin Uqbah, ia melaporkan kepada Nabi, bahwa kaum Harits enggan memberikan zakat dan malah akan membunuh utusan yang datang.” Kaum Harits menjawab, ”Tidak, demi Allah yang telah mengutus Nabi-Nya dengan membawa kebenaran, saya belum pernah melihat Walid dan dia belum pernah datang.”

Haritspun dihadapkan kepada Nabi saw, Nabi bersabda, ”Kau enggan menyampaikan zakat dan akan membunuh utusanku?” Harits menjawab, ”Tidak, demi Allah yang telah mengutus kau membawa kebenaran.” Atas kebenaran Harits dan kepalsuan laporan Walid, turunlah ayat 6-8 Qs. Al Hujuraat yang artinya, Qs. Al Hujuraat : 6, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Tentang sabab nuzul ayat ini, kalangan ulama berbeda pendapat. Ada yang menerima ada yang menolak. Namun essensi dari ayat ini yang harus menjadi perhatian adalah perintah untuk ”tabayyun” -- bersungguh-sungguh mencari kejelasan, atau dalam ungkapan lain ”investigasi” -- penyelidikan yang seksama.

Dalam kasus lain, Nabiyullah Muhammad Saw pernah dibuat gundah dan sedih atas berita kurang sedap yang beredar di kalangan masyarakat Madinah. Yakni gosip tentang hubungan ’Aisyah dengan Shafwan Ibn Mu’aththal yang bermula dengan tertinggalnya ’Aisyah dari rombongan Nabi usai pertempuran Bani Musthalaq (sebelum kaum ini masuk Islam). Diriwayatkan, tatkala jarak kota Madinah sudah tidak terlalu jauh, Nabi Saw mengizinkan pasukan bermalam dan kembali menjelang fajar. Mendengar rencana itu, ’Aisyah keluar kemah untuk suatu keperluan, kemudian kembali.

Tiba-tiba dia merasa kalungnya hilang, lalu dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa 'Aisyah masih ada dalam sekedup. Setelah 'Aisyah mengetahui, sekedupnya sudah berangkat dia duduk di tempatnya dan mengharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat ditempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan Ibnu Mu'aththal, diketemukannya seseorang sedang tidur sendirian dan dia terkejut. Shafwan mengenal ’Aisyah sejak sebelum perintah hijab turun. 'Aisyah terbangun. lalu dia dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah. Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut pendapat masing-masing. Mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum munafik yang dikomandani Abdullah ibn Ubay ibn Salul membesar- besarkannya. Maka fitnahan atas 'Aisyah r.a. itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin.
Ketika tersebarnya isu itu, Nabi Saw gundah dan bimbang. Beliau mencari informasi dari banyak fihak, termasuk dari istri beliau yang selama ini ”bersaing” dengan ’Aisyah. Tapi Zainab binti Jahsy, sang kompetitor, sama sekali tidak mendiskreditkan ’Aisyah. Zainab berkata, ”Saya tidak mengetahui kecuali yang baik dari ’Aisyah.”

Dalam kegelisahan itu, Nabi Saw tidak berbuat gegabah kepada ’Aisyah. Dalam hati kecil, beliau tidak mungkin membenarkan isu itu. Dan kegelisahan Nabi baru berakhir dengan turunnya ayat-ayat Qs. An Nuur ayat 11-26. Selain mengklarifikasi kebohongan cerita soal perselingkuhan ’Aisyah yang mulia, ayat-ayat itu dan ayat-ayat sebelumnya berisi uraian tentang tahapan penerimaan atas berita yang tidak jelas kebenarannya dan hukuman yang dikenakan kepada para penyebar kebohongan. "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar” (Qs. An Nuur ayat 11).
Berita buruk itu ada manfaatnya, dalam konteks ayat di atas, adalah untuk membedakan mana orang-orang yang beriman, yang jujur, dan orang-orang munafik yang bercampur baur dalam komunitas Muslim di Madinah.

Salah satu pelajaran dari ayat ini yang harus menjadi perhatian adalah perintah untuk berhati-hati menerima kabar buruk yang ditimpakan kepada seseorang yang telah kita kenal integritas kejujurannya, harus bersungguh-sungguh mencari kejelasan, mengadakan ”investigasi” -- penyelidikan yang seksama. Atau dalam ungkapan seperti cerita pertama, ”tabayyun”.

Dua kasus di atas, yang tertera dalam berbagai tafsir dan shirah memberi gambaran akan adanya ”the power of tabayyun.” Kekuatan dari tabayyun. Dalam komunitas dimana kejujuran masih dapat diandalkan, maka tabayyun menjadi jalan untuk menghapus kebohongan. Usai kebohongan terbongkar, kasus pun menjadi reda, nama baik tertuduh menjadi baik kembali.

Mungkin berbeda dengan yang terjadi di negara kita sekarang ini. The power of tabayyun telah menjadi pembuka kotak pandora, yang mengeluarkan banyak sekali kebusukan yang lama tersimpan. Justru karena tabayyun, pencarian kejelasan dari lontaran-lontaran Susno Duaji yang semula dianggap serampangan, banyak makelar kasus, mafia pajak, yang terbongkar kejahatannya. Memang belum semua dapat dibuktikan. Tapi dengan adanya ’the power of tabayyun’, masyarakat dilihatkan betapa banyaknya kebusukan telah berlangsung selama ini di arasy yang hampir tidak tersentuh sebelumnya.

Tentu bekerjanya the power of tabayyun itu tidak tergantung kepada Susno. Karena yang lebih penting lagi adalah, setelah tabayyun dilakukan, tindakan apa yang selanjutnya harus kita ambil. Tabayyun saja, mungkin tidak akan memperbaiki keadaan jika tidak ada tindak lanjutnya. Allahu a’lam. (Zainul Arifin/Pontianak)
Selengkapnya...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...