Jumat, 08 April 2011 By: sanggar bunga padi

Kenali Sinyal-sinyal Tumbuh Kembang Anak

 Tubuh yang sehat merupakan modal bagi anak untuk tumbuh dan berkembang optimal. Jadi, menjaga kesehatan tubuh bayi adalah keharusan. Di tahun pertama kehidupan bayi merupakan masa yang penting karena perkembangan masa kini merupakan landasan bagi perkembangan berikutnya. Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur dan saling berkaitan

Setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apa pun bila tidak terdeteksi dan tidak tertangani dengan baik akan memengaruhi kualitas manusia di kemudian hari.

Tidak semua bayi terlahir sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal (kehamilan), proses persalinan, serta pasca kelahiran. Keadaan ini menyebabkan bayi mempunyai risiko tinggi untuk mengalami gangguan tumbuh kembang dibandingkan dengan bayi yang lahir normal.

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan dimulai sejak pembuahan hingga dewasa. Bukan hanya fisik yang bertumbuh, kepandaian si kecil pun akan meningkat sejalan pertambahan usianya.

Pertumbuhan ditandai oleh bertambahnya ukuran fisik dan struktur fisik seorang anak. Sedangkan perkembangan terkait dengan perkembangan fungsi yang meliputi kemampuan motorik, kognisi, bahasa dan sosial.

Masa kehamilan hingga enam bulan setelah lahir merupakan kesempatan emas untuk mendeteksi dini dan melakukan tindakan preventif lainnya untuk mengupayakan berlangsungnya tumbuh kembang yang optimal. Sayangnya, tidak semua orangtua memiliki bekal pengetahuan yang cukup.

Salah satunya adalah mengenai milestone (tonggak) perkembangan anak. Dr.Ahmad Suryawan, Sp.A (K), mengungkapkan anak sehat saja tidak cukup, namun perlu diperhatikan juga apakah aspek pertumbuhan dan perkembangannya sudah sesuai dengan usianya.

"Memang tidak ada panduan tumbuh kembang anak yang bisa dijadikan patokan, biasanya orangtua hanya membandingkan dengan anak lain yang seusia. Sayangnya belum tentu anak yang dijadikan pembanding itu normal, sehingga tidak akurat," kata staf Divisi Tumbuh Kembang Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak dari RS.Dr.Soetomo, Surabaya ini.

Untuk itu idealnya dibutuhkan serangkaian observasi terhadap anak agar bisa dideteksi secara dini kemungkinan terjadinya penyimpangan tumbuh kembang. Proses observasi ini harus terus dilakukan seiring tumbuh kembang anak. "Bukan hanya oleh orangtua dan dokternya saja, tapi juga perawat, bidan, bahkan gurunya," katanya.

Gangguan pertumbuhan pada anak meliputi gangguan dalam pertambahan berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Gangguan perkembangan dapat berupa gangguan motorik kasar, motorik halus, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan gangguan psikososial.

Menurut Shelomita Sulistiani, psikolog yang mengelola komunitas homeschooling Langkahku, seharusnya orangtua punya bekal informasi perkembangan anak. "Misalnya orangtua tahu pada usia berapa bayi bisa duduk, di usia setahun harusnya sudah menguasi berapa kata, dan sebagainya," kata wanita yang akrab disapa Mita ini.

Orangtua biasanya khawatir melihat anak orang lain seusia anaknya mencapai tahap perkembangan yang lebih maju. Tapi, jangan cemas dulu, sebab menurut dr.Ahmad tahap perkembangan anak ada di kisaran usia tertentu. Contohnya sebagian anak sudah bisa berjalan di usia 11 bulan, sementara anak lain baru berjalan setelah usia 15 bulan. Ini masih tergolong normal.

Seorang anak dinyatakan mengalami keterlambatan perkembangan apabila ada satu atau beberapa kemampuan yang tidak atau belum dicapai pada batas usia yang seharusnya.

Nutrisi dan stimulasi Ada suatu konsep yang disebut vulnerable period hypotesis, yaitu suatu hipotesis yang menerangkan bahwa gangguan yang terjadi pada masa kritis periode percepatan pertumbuhan otak (brain growth spurt), yaitu sejak trisemester kedua kehamilan hingga bayi berusia 24 bulan, bisa memberikan dampak yang berat, bahkan ada yang permanen.

Pertumbuhan dan perkembangan otak telah terprogram secara genetik dan harus berlangsung mengikuti aturan yang teratur untuk memastikan terbentuknya susunan otak yang normal. Suatu proses yang sudah terlewati tidak lagi dapat terulang kembali. Karena itu, orangtua perlu menaruh perhatian besar pada setiap periode tumbuh kembang anak.

Untuk mendukung periode brain growth spurt ini, orangtua wajib memperhatikan asupan gizi yang lengkap serta pemberian stimulasi atau rangsangan. "Nutrisi dan stimulasi sudah satu kesatuan yang wajib," kata dr.Ahmad.

Nutrisi dibutuhkan untuk menunjang kemampuan otak dan daya tahan tubuh, sedangkan stimulasi dibutuhkan sebagai pengalaman dini anak dan juga proses tumbuh kembangnya.

Nutrisi pendukung perkembangan kecerdasan buah hati harus dipenuhi dari pola makan sehari-hari. Banyak penelitian membuktikan pentingnya nutrisi untuk peningkatan maupun memelihara kecerdasan otak. Untuk bayi, seluruh kebutuhan nutrisinya didapatkan dari ASI. Namun setelah ia mendapat makanan tambahan, maka makanannya wajib memenuhi kebutuhan karbohidrat, lemak, vitamin, protein dan mineral.

Menurut dr.Iwan S.Handoko, Business Development Manager Kalbe Nutritionals, nutrisi anak idealnya memiliki komponen gizi yang tepat yang berfungsi untuk perkembangan otak (brain care) serta menjaga daya tahan tubuhnya (body defense).

"Nutrisi seperti AA, DHA, Kolin, Omega 3, Omega 6, Protein Alfalaktalbumin, memiliki kemampuan brain care. Sedangkan nutrisi Nukleotida dan Sinbio+ yang terdiri dari Probiotik, Prebiotik dan Laktoferin, memiliki kemampuan dalam membantuk body defense, atau daya tahan tubuh dalam diri anak," katanya.

Bila anak sehat dan mampu menyerap rangsangan yang diterimanya dari lingkungan di sekitarnya.

Mempersiapkan kecerdasan anak bisa dilakukan sejak anak masih dalam kandungan dengan cara memberikan stimulasi. Orangtua disarankan mengajak ‘komunikasi’ anak sejak dalam kandungan, dengan mengajaknya bercakap-cakap atau mendengarkan musik.

Rangsangan yang diberikan pada anak sejak dini memegang peranan tak kalah penting dengan memberikannya nutrisi yang tepat yang akan menunjang tumbuh kembangnya.

Setelah bayi lahir, stimulasi disarankan dilakukan terus-menerus saat berinteraksi dengan bayi atau balita. Misalnya saat memandikan, mengganti popok, menyusui, menggendong, bermain, sampai menjelang tidur. Stimulasi harus dilakukan dalam suasana menyenangkan dan penuh kasih sayang.(Lusia Kus Anna)

Sumber: Kompas.com

2 komentar:

Anonim mengatakan...

nyuwun sewu numpang nge-share.........

sanggar bunga padi mengatakan...

silakan bang Irwan...

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...