Beberapa orangtua mungkin penasaran dengan apa yang terjadi di balik perilaku si kecil. Setidaknya ada 6 fakta mengenai perilaku bayi yang perlu diketahui para orangtua karena menyangkut pertumbuhan otaknya.
Keenam fakta seputar otak bayi yang sebaiknya diketahui setiap orangtua, seperti dikutip dari LiveScience, Minggu (6/3/2011) yaitu:
1. Respons yang lambat dari orangtua memberikan kekusutan di otak bayi
Otak bayi menggunakan tanggapan atau respons dari pengasuh maupun orangtua untuk membantunya berkembang. Cepatlah bertindak jika bayi menangis atau gelisah agar otaknya tidak kusut. Bayi akan memiliki periode puncak menangis sekitar usia 1-2 bulan.
Studi membuktikan otak bayi yang dibiarkan menangis untuk jangka waktu lama, berisiko mengalami kerusakan dalam perkembangannya yang dapat mengurangi kapasitasnya untuk belajar.
"Seorang bayi yang sudah terlalu lama menangis pada akhirnya akan berhenti. Hal ini bukan karena ia telah belajar untuk tidur sendirian, tapi karena ia kelelahan dan telah putus asa untuk mendapatkan bantuan," ungkap Penelope Leach, seorang pakar kesehatan anak.
2. Wajah yang lucu dan suara merupakan hal penting bagi bayi
Ketika bayi meniru wajah seseorang maka ia juga memicu emosi di dalam dirinya. Hal ini membantu membangun pemahaman dasar mengenai komunikasi emosional. Sedangkan berbicara dengan si kecil terutama menggunakan struktur yang lambat dan menekankan komponen-komponen penting dari suatu bahasa akan membantunya memahami kata-kata.
3. Otak bayi berkembang sangat cepat
Setelah lahir otak manusia tumbuh dengan pesat dan bahkan telah mencapai ukuran 60 persen dari ukuran otak dewasa saat ia mencapai usia 1 tahun. Memasuki usia taman kanan-kanak otaknya telah mencapai ukuran penuh meski belum selesai berkembang hingga ia berusia 20-an tahun. Umumnya otak tidak pernah berhenti berubah untuk menjadi lebih baik atau justru lebih buruk.
4. Mengoceh merupakan sinyal bayi belajar
Bayi biasanya mengeluarkan suara untuk menyampaikan ketertarikannya pada sesuatu. Secara khusus mengoceh merupakan sinyal yang diberikan bayi bahwa ia siap untuk belajar. Karenanya salah satu hal yang bisa membuat bayi belajar adalah mengajaknya berbicara, menekankan dialog yang baik dengan anak serta orangtua merespons ucapan bayi dengan vokalisasi berjeda.
5. Bayi membutuhkan setidaknya 3 orang dewasa berbeda
Sebuah studi yang dilaporkan dalam jurnal Monographs of the Society for Research in Child Development tahun 1995 menunjukkan bahwa bayi membutuhkan setidaknya 3 orang dewasa yang mengajaknya berinteraksi. Hal ini membuktikan bahwa bayi membutuhkan orang dewasa lainnya selain orangtua, orang dewasa ini bisa kakek, nenek, pengasuh, teman atau anggota keluarga lainnya.
Kondisi ini akan membantu bayi belajar membaca ekspresi wajah yang berbeda-beda serta memperluas kemampuannya untuk mengerti perspektif orang lain. Umumnya bayi mulai bisa mengartikan emosi orang dewasa saat berusia 7 bulan.
6. Isap Jempol
Kebiasaan mengisap jempol dilakukan hampir 80 persen balita. Bayi yang mengisap jempol biasanya sebagai upaya menenangkan diri. Mengisap jempol merupakan refleks normal yang terjadi pada balita untuk menenangkan dirinya saat mengalami stres, yang pada intinya bayi tersebut mencari kenyaman dan rasa aman. (Vera Farah Bararah)
Keenam fakta seputar otak bayi yang sebaiknya diketahui setiap orangtua, seperti dikutip dari LiveScience, Minggu (6/3/2011) yaitu:
1. Respons yang lambat dari orangtua memberikan kekusutan di otak bayi
Otak bayi menggunakan tanggapan atau respons dari pengasuh maupun orangtua untuk membantunya berkembang. Cepatlah bertindak jika bayi menangis atau gelisah agar otaknya tidak kusut. Bayi akan memiliki periode puncak menangis sekitar usia 1-2 bulan.
Studi membuktikan otak bayi yang dibiarkan menangis untuk jangka waktu lama, berisiko mengalami kerusakan dalam perkembangannya yang dapat mengurangi kapasitasnya untuk belajar.
"Seorang bayi yang sudah terlalu lama menangis pada akhirnya akan berhenti. Hal ini bukan karena ia telah belajar untuk tidur sendirian, tapi karena ia kelelahan dan telah putus asa untuk mendapatkan bantuan," ungkap Penelope Leach, seorang pakar kesehatan anak.
2. Wajah yang lucu dan suara merupakan hal penting bagi bayi
Ketika bayi meniru wajah seseorang maka ia juga memicu emosi di dalam dirinya. Hal ini membantu membangun pemahaman dasar mengenai komunikasi emosional. Sedangkan berbicara dengan si kecil terutama menggunakan struktur yang lambat dan menekankan komponen-komponen penting dari suatu bahasa akan membantunya memahami kata-kata.
3. Otak bayi berkembang sangat cepat
Setelah lahir otak manusia tumbuh dengan pesat dan bahkan telah mencapai ukuran 60 persen dari ukuran otak dewasa saat ia mencapai usia 1 tahun. Memasuki usia taman kanan-kanak otaknya telah mencapai ukuran penuh meski belum selesai berkembang hingga ia berusia 20-an tahun. Umumnya otak tidak pernah berhenti berubah untuk menjadi lebih baik atau justru lebih buruk.
4. Mengoceh merupakan sinyal bayi belajar
Bayi biasanya mengeluarkan suara untuk menyampaikan ketertarikannya pada sesuatu. Secara khusus mengoceh merupakan sinyal yang diberikan bayi bahwa ia siap untuk belajar. Karenanya salah satu hal yang bisa membuat bayi belajar adalah mengajaknya berbicara, menekankan dialog yang baik dengan anak serta orangtua merespons ucapan bayi dengan vokalisasi berjeda.
5. Bayi membutuhkan setidaknya 3 orang dewasa berbeda
Sebuah studi yang dilaporkan dalam jurnal Monographs of the Society for Research in Child Development tahun 1995 menunjukkan bahwa bayi membutuhkan setidaknya 3 orang dewasa yang mengajaknya berinteraksi. Hal ini membuktikan bahwa bayi membutuhkan orang dewasa lainnya selain orangtua, orang dewasa ini bisa kakek, nenek, pengasuh, teman atau anggota keluarga lainnya.
Kondisi ini akan membantu bayi belajar membaca ekspresi wajah yang berbeda-beda serta memperluas kemampuannya untuk mengerti perspektif orang lain. Umumnya bayi mulai bisa mengartikan emosi orang dewasa saat berusia 7 bulan.
6. Isap Jempol
Kebiasaan mengisap jempol dilakukan hampir 80 persen balita. Bayi yang mengisap jempol biasanya sebagai upaya menenangkan diri. Mengisap jempol merupakan refleks normal yang terjadi pada balita untuk menenangkan dirinya saat mengalami stres, yang pada intinya bayi tersebut mencari kenyaman dan rasa aman. (Vera Farah Bararah)
Sumber: detikHealth
0 komentar:
Posting Komentar