Sabtu, 30 April 2011 By: sanggar bunga padi

Bacaan Yang Menggetarkan

Seorang kawan menceriterakan pengalamannya yang cukup berkesan. Pada suatu kali ia berada di satu kota di kawasan Provinsi Jawa Tengah bagian utara. Kebetulan hari itu adalah hari Jum’at sehingga ia pun menghadiri shalat Jum’at di suatu masjid. Ia sangat terkesan dengan khotbah sang khatib yang jelas dan lugas. Dan lebih terkesan lagi saat shalat Jum’at dilaksanakan. Ia mendengar bacaan al-Qur’an sang imam sedemikian indah dan merasuk dalam kalbunya. Suatu perasaan yang jarang-jarang ia temui.

Usai shalat Jum’at ia bertanya pada kawannya, siapa khatib dan imam tadi? Sang kawan menjawab, “Gus Mus.” Gus Mus adalah panggilan akrab untuk KH. A. Mustofa Bisri, salah seorang petinggi organisasi Nahdlatul Ulama yang juga penulis dan seniman. Menurut kawan tadi, lantunan suaranya terdengar merdu. Bukan hanya merdu karena keluar dari mulut seorang kiyai, tapi juga karena keluar dari penghayatan dan kedalaman hati sang pelantunnya.

Sewaktu belajar di madrasah dahulu, saya mempunyai guru seorang kiyai – meski sebutan ini tidak populer baginya – yang lantunan bacaan Al Qur’annya berbeda dengan Gus Mus. Bagi yang mula-mula mendengarkannya pasti agak terkejut, karena ustadz tersebut – sebut saja begitu –membaca Al Qur’an dengan bacaan yang lugas, tartil dan seolah sedang membaca naskah dialog skrip drama. Kawan-kawan mahasiswa dalam suatu kajian Ramadhan, setelah saya lulus madrasah, juga sempat terkejut dengan bacaan sang ustadz. Para muridnya banyak yang terpengaruh dengan gaya membaca al Qur’an sang ustadz, termasuk dalam shalat. Walau mungkin tidak terdengar merdu dalam ukuran tilawah dewasa dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), tapi bacaan sang ustadz terasa menggetarkan hati dan menghujam dalam. Ustadz tersebut adalah HMS Ibnu Juraimi, Allah yarham.

Dalam tarikh Islam diriwayatkan bahwa Umar Ibn Al-Khaththab sempat marah tatkala diberitahu bahwa saudara perempuannya telah masuk Islam. Maka Umar pun mendatangi rumah saudaranya itu dan ingin memarahinya. Namun ketika sampai ke rumah sang adik dan sempat memukulnya, ia mendengar bacaan yang sangat mengusik pendengaran dan hatinya. Belakangan ia tahu bahwa bacaan itu adalah ayat-ayat Al Qur’an yang diajarkan Nabi Muhammad. Demi mendengar bacaan itu, hatinya bergetar. Kekerasan hatinya, kebenciannya terhadap Islam luruh dan kelak ia justru menjadi penjaga Islam yang utama.

Jabir menuturkan bahwa Umar ibn al-Khaththab bercerita, “Awal keislamanku dimulai ketika aku memukul sudara perempuanku. Kemudian aku keluar rumah dan berlindung dalam bayangan Ka’bah pada malam gelap gulita. Tiba-tiba datanglah Nabi saw, lalu masuk ke dalam Ka’bah seraya menanggalkan kedua terumpahnya. Di situ beliau shalat, kemudian keluar. Sungguh, saat itu aku mendengar bacaan yang belum pernah aku dengar selama ini. Setelah beliau keluar, aku tetap mengikutinya. Tiba-tiba beliau bertanya, ‘Siapa itu?’ ‘Umar,’ jawabku. ‘Wahai Umar, mengapa anda terus-menerus mengikutiku siang dan malam?’ Aku takut jangan-jangan Nabi akan menuduhku berniat jahat kepadanya, lalu akupun menyampaikan kesaksianku, berikrar masuk Islam.’

Menerima ikrarku, Nabi berkata, ‘Rahasiakan keislaman anda ini wahai Umar’. Namun aku menjawab, ‘Demi Dzat Yang Mengutus tuan dengan membawa kebenaran, saya akan memperlihatkannya secara terang-terangan sebagaimana saya memperlihatkan kemusyrikan saya secara terang-terangan pula’.” (Dalam Abu Nu’aim al-Ashbahani, “Warisan Para Sahabat Nabi”)

Dari ketiga fragmen kehidupan di atas, sangat terasa bahwa ada suatu bacaan di dunia ini yang getarannya sanggup mempengaruhi begitu banyak orang, merontokkan keangkuhan hati dan kesombongan akal. Ialah bacaan Al Qur’an. Tapi lantunan seperti apa yang menggetarkan itu? Bukankah bacaan al Qur’an sangat sering kita dengar setiap hari, bahkan lewat kaset atau MP3 yang terdengar nyaring di corong-corong surau atau masjid menjelang shalat?

Walau lantunan bacaan Gus Mus, Ibnu Juraimi dan Nabiyullah Muhammad Saw saling berbeda namun lantaran benar-benar keluar dari penghayatan yang mendalam di dalam hati sanubari maka bacaan ayat suci Al Qur’an mampu menyentuh hati sanubari para pendengarnya. Terlebih bagi pendengar yang memang menyediakan telinga dan hatinya untuk menerima petunjuk Ilahi itu. Umar Ibn Khaththab yang mendengar dalam liputan kemarahan saja dapat takluk karenanya. Dapat diperkirakan bahwa Umar takluk oleh bacaan itu bukan karena sekadar mendengarnya, tapi karena ia mendengar suara yang keluar dari hati dan sebagai orang Arab – dimana Al Qur’an turun dalam bahasa itu – ia juga paham apa isi bacaan itu. Penerimaan Umar ini berbeda dengan tokoh Quraisy lainnya, seperti Abu Lahab, Abu Jahal, yang karena tahu apa isi ayat-ayat yang diterima Nabi Saw itu maka mereka menolaknya. Mereka menolak antara lain karena tidak ingin kehilangan pamor sebagai tokoh masyarakat kafir Quraisy dan konsekwensi keduniaannya.

Allah Swt berfirman dalam Qs. Yunus [10] ayat 57 yang artinya, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbahnya menulis, ayat ini menegaskan bahwa Al Qur’an adalah obat bagi apa yang terdapat dalam dada. Penyebutan kata dada diartikan dengan hati, menunjukkan wahyu-wahyu Ilahi itu berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit ruhani seperti ragu, dengki, takabur dan semacamya, termasuk kekafiran. Memang oleh al-Qur’an hati ditunjuknya sebagai wadah yang menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak.

Al Qur’an dapat berfungsi sebagai petunjuk dan penyembuh penyakit dalam hati jika ia keluar dari dalam hati pula. Bukan sekadar lantunan di ujung bibir. Kalaupun ada perlombaan seputar Al Qur’an, seperti MTQ, maka ia adalah salah satu cara mendorong kepada suatu penghayatan yang lebih mendalam. Agar seluruhnya merasuk dan keluar dari dalam hati. Agar terasa benar resonansi ilahiyahnya. Dan berdampak dalam keseluruhan hidup dan kemasyarakatan kita. Allahu a’lam. (Zainul Arifin)

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...