Sabtu, 16 April 2011 By: sanggar bunga padi

Perempuan-perempuan yang Perlu Tes TORCH

Salah satu penyebab kematian dan cacat pada bayi yang baru lahir adalah adanya infeksi TORCH selama kehamilan. Untuk itu pemeriksaan TORCH penting dilakukan terutama bagi perempuan yang memiliki risiko tinggi.

TORCH (Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus/CMV dan Herpes simplex) adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari perempuan hamil kepada bayinya. Perempuan yang terinfeksi selama masa kehamilan memiliki risiko tinggi menularkankan ke janin yang bisa berakibat fatal.

Dr Yuditia Purwosunu, SpOG(K) dari divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI mengatakan tidak semua perempuan perlu tes TORCH.

Tapi tes TORCH penting untuk perempuan yang memiliki risiko tinggi dengan kriteria:

  1. Perempuan yang gemar mengonsumsi sayuran mentah (salad atau karedok)
  2. Perempuan yang senang mengonsumsi daging yang tidak dimasak sempurna
  3. Perempuan yang suka memelihara binatang seperti kucing, anjing tapi tidak memperhatikan kebersihan binatang peliharaannya.

"Biaya skrining untuk TORCH ini memang mahal, tapi biaya kuratif ini akan jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya pengobatan. Sedangkan untuk alat diagnostik TORCH di Indonesia tidak ada," Dr Yuditia Purwosunu, SpOG(K) dari divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI dalam acara Briefing Media: Mewaspadai TORCH Saat Kehamilan di Hotel JW Marriot, Jakarta, Kamis (24/2/2011).

Dr Yuditia menuturkan untuk diagnostik TORCH biasanya dengan mengambil sampel cairan air ketuban lalu diperiksa di laboratorium dengan menggunakan PCR.

Sedangkan untuk skrining biasanya dengan mengambil sampel darah di lengan lalu diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini bisa dilakukan sebelum kehamilan (prenatal), saat trimester pertama kehamilan atau bayi baru lahir (neonatal).

Pemeriksaan saat trimester pertama adalah untuk melihat antibodinya, jika hasilnya dari negatif menjadi positif maka diberikan terapi untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi, sedangkan pemeriksaan neonatal untuk mengetahui apakah bayi memiliki antibodi atau tidak.

"Infeksi ini bisa melewati dari ibu ke janin yang dapat meningkatkan risiko kematian janin atau abnormalitas (kecacatan), karenanya deteksi dini dan terapi sangat penting untuk melindungi janin," ujar Dr. Liliane Grangeot-Keros seorang pakar imunologi dari Universite Paris Sud II.

Dr Keros menuturkan infeksi TORCH ini meliputi:

Toksoplasma
Infeksi umum didunia yang disebabkan oleh parasit protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi ini ditularkan dari hewan ke manusia atau melalui makanan dan air yang sudah tercemar. Parasit bisa ditularkan dari ibu ke plasenta yang menyebabkan kecacatan. Sekitar 5-10 persen akan mengalami keguguran spontan, 8-10 persen mengakibatkan bayi lahir dengan kerusakan mata atau otak yang parah dan 10-13 persen bayi yang selamat mengalami gangguan penglihatan.

Infeksi rubella
Infeksi ini juga dikenal sebagai campak jerman. Rubella pada trimester pertama kehamilan sekitar 90 persen mengalami risiko kelainan bawaan seperti buta, tuli, penyakit jantung, keterbelakangan mental dan bahkan keguguran.

Cytomegalovirus (CMV)
Infeksi ini merupakan keluarga virus herpes dan termasuk salah satu jenis yang paling banyak tersebar di dunia. Penyakit ini ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan. Akibat yang timbul sekitar 10 persen mengalami komplikasi dan 80-90 persen mengalami gangguan pendengaran, penglihatan dan berbagai variasi keterbelakangan mental.

Virus herpes simplex (HSV)
Infeksi ini ada 2 tipe virus yaitu herpes simplex virus 1 (HSV 1) dan herpes simplex virus (HSV 2). Umumnya ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak atau kontak seksual pada orang dewasa. Kedua tipe HSV ini bisa mengakibatkan gangguan parah pada janin atau bayi lahir dan bahkan berakibat fatal.

"Selain itu penting melakukan vaksinasi untuk melawan infeksi rubella sebelum kehamilan yang memiliki keefektifan 100 persen, serta melakukan konseling mengenai kebersihan untuk menurunkan risiko toksoplasma dan CMV," ujar Dr Keros yang juga menjadi penasehat WHO untuk infeksi rubella.(Vera Farah Bararah) 

Sumber: detikHealth

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...