Minggu, 24 April 2011 By: sanggar bunga padi

Kegelisahan di Tengah Keramaian

Begitu cepat proses perkembangan dunia, tak terasa makin maju dan modem. Akibatnya timbul pula perubahan yang cepat, yang positif maupun yang negatif. Diantara perubahan yang cukup memberikan kegetiran dan keprihatinan adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai kehidupan masyarakat.

Zaman ini seakan menawarkan kepada semua orang untuk berkompetisi meraih kemenangan dan kesuksesan, sekalipun harus menanggalakan dan meninggalkan norma-norma agama. Yang pada gilirannya akan mengantarkan kecenderungan yang duniawi (profan), berprilaku dan berpola non-agamis serba kebendaan.

Dalam kondisi yang serba mendunia, sebahagian orang begitu berambisi dan beranggapan behwa ketenangan hidup dan ketentraman jiwa dapat diukur dengan melipahnya harta-benda, rumah megah, kendaraan mewah, segala fasilitas memadai. Konsekuensinya tidak sedikit orang yang terjangkit penyakit selalu resah, gelisah bahkan stress. Padahal bila direnungkan, benda-benda lahiriah itu hanyalah nikmat yang nisbi, tidak abadi.

Kehidupan yang mementingkan urusan duniawi dan melupakan Allah Swt (yang transenden) adalah ciri insan yang dikendalikan nafsu rendah yang dirasuki dan dipelesetkan ke jalan syaitan. Daripadanya lahir kerakusan ekonomi, ambisi kedudukan dan penyalahgunaan jabatan. Kera­kusan itu dapat dikamuflase dengan mengusulkan peraturan yang seolah merupakan kepentingan rakyat-pemerintah, namun sejatinya tak labih dari usaha mengeruk harta dan mengakali pemerintah untuk kepentingan segelintir orang. Peraturan begini, sesungguhnya mendatangkan kegelisahan bagi dua belah pihak: rakyat yang ditipu dan pemain yang takut ketahuan tipu dayanya.

Manusia yang hidupnya melu­pakan peringatan Allah Swt, maka Allah pun akan melupakannya. Dalam Qs. AI-Hasyr: 19 Allah Swt berfirman (artinya), ”Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”  Orang yang berpaling dari mengingat ”Yang Di Atas”, niscaya hatinya akan merasa sempit dalam kehidupan bermasyarakat, "dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta," demikian firman Allah dalam Qs. Thahaa: 124.

Kesempitan hati membikin orang yang lupa kepada Allah Swt merasa dirinya selalu kekurangan walau berada di bawah keberlimpahan. Seorang pengusaha dengan berbagai fasilitas dan kemudanan, masih akan merasa sempit rezekinya tatkala melihat orang lain mendapat kemudahan terlebih jika didukung oleh peraturan yang berabel nasional. Orang-orang modern dewasa ini, selalu merasa gelisah di tengah keberlimpahan, di tengah keramaian, di tengah hiruk pikuk iklan benda-benda duniawi. Jika yang di tengah keberlimpahan saja masih merasa sempit, terlebih yang benar-benar di tengah himpitan dan ketiadaan. Tanpa modal keagamaan yang kuat, tentulah ia akan merasa putus asa.
Maka Islam memberikan pencerahan keyakinan dengan iman (tauhidullah), membuka kesempitan hati dan perasaan gelisah manusia dengan pembebasan dari belenggu profanitas (hal-hal yang amat dunia­wi). Kenyataan menunjukkan, keyakinan yang kuat kepada Tuhan dan perlunya perjuangan dalam hidup mampu mengalahkan kegelisahan dan keputusasaan. Kaum yang tak berpunya punya harapan kepada Tuhan dan kaum yang berpunya tidak diperbudak oleh hal-hal duniawi yang dikuasainya.

Setiap orang pasti mendambakan ketenangan hidup. Ketenangan hidup akan sangat ditentukan oleh keten­traman jiwa. Sedang ketentraman jiwa hanya dapat diperoleh dengan selalu ingat (dzikir) kepada Allah Swt. (Qs. Al Ra’d: 28) Ingat kepada Allah Swt berarti meyakini keberadaan, kemauan dan keesaan Allah Swt serta mengakui, menerima dan mengamalkan seluruh ajaran-Nya. Sikap dan pola hidup yang berlandaskan iman dan diwujudkan dengan amal saleh merupakan bukti dari zikir kepada Allah Swt, sebagai langkah positif menuju tercapainya kondisi yang memiliki ketenangan jiwa dan melahirkan ketenangan hidup.

Bersama Allah kita tidak perlu gelisah melihat hingar-bingar kehidupan dewasa ini. Tidak takut pada perbuatan politik yang tampak centang perenang, persaingan global yang seolah akan melindas eksistensi kemanusiaan kita. Orang-orang yang selalu gelisah, ragu dan bingung mungkin sekali adalah mereka yang tidak selalu berani mengambil satu keputusan dalam kehidupannya. Yaitu: konsisten dalam jalan Tuhan!. Allahu a’lam. (Zainul Arifin)

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...