Rabu, 20 April 2011 By: sanggar bunga padi

Menumbuhkan Karakter Mulai dari yang Kecil

Salah satu esensi pendidikan karakter bagi anak-anak adalah pembiasaan untuk melakukan akhlak atau etika bergaul meski hal-hal itu terlihat kecil. Dalam pendidikan karakter, pertama-tama yang ditanamkan adalah ajaran agama sesuai agama yang dianut anak didik. Dalam hal anak-anak Islam, maka tentu saja yang harus diajarkan adalah ajaran yang bersumber dari Qur’an dan Hadis. Tanpa dimensi spiritual, maka sopan santun, etika hanya akan berhenti di tataran lahiriah.

Kedua, etika umum yang berlaku universal ataupun nasional dalam suatu kawasan negara tertentu di mana anak-anak kita tinggal. Misalnya anak kita tinggal di Indonesia, maka etika nasional Indonesia harus diperkenalkan dan ditanamkan agar menjadi kebiasaan sehingga tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari.

Ketiga, penghargaan kepada kearifan lokal dimana kita tinggal. Penghargaan kepada kearifan lokal berarti kita menghargai pranata-pranata luhur dalam suatu masyarakat di mana kita berada sehingga tidak menimbulkan konflik.
Pembiasaan hal-hal baik meski kecil akan sangat berguna bagi anak tatkala mereka dewasa nantinya. Maka pengajaran harus selalu dilakukan dan selalu diingatkan karena anak-anak seringkali lupa atau mengabaikan apa yang telah diajarkan orang tuanya.

Dalam tulisan ini akan dicontohkan tiga hal kecil yang tidak saja harus diajarkan kepada anak-anak, tetapi juga harus diperhatikan oleh orang dewasa, termasuk orang tua dalam sebuah keluarga.

Pertama, masalah hormat menghormati. Hormat menghormati termasuk salah satu hal amat penting dalam pergaulan masyarakat. Seseorang akan mendapat penghormatan jika ia juga suka menghormati orang lain. Bentuk penghormatan itu bisa berupa kesediaan untuk saling menghargai kenyamanan orang lain sehingga tercipta kerukunan dalam masyarakat. Begitupun penghargaan kepada orang-orang yang menyapa kita dengan ucapan-ucapan yang mendo’akan keselamatan kita.

Allah Swt dalam Qs. An Nisa’ : 86 berfirman, yang terjemahnya, “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” Dalam kitab-kitab tafsir diberikan contoh untuk ayat tersebut ucapan penghormatan Islam, “Assalamu’alaikum”. Jika seseorang datang atau mengucapkan salam kepada kita dengan ucapan “Assalamu’alaikum” maka harus kita balas dengan yang lebih baik dari itu (bi ahsana minha), yakni kita tambah dengan “warahmatullah” sehingga menjadi “Wa’alaikum salam warahmatullah” atau bahkan lebih lengkap lagi dengan terusan “wabarakatuh”. Namun jika tidak, maka balasan dengan ucapan “Wa’alaikum salam” saja juga diperbolehkan. Itu berarti mengembalikan dengan yang sama (makna dari au rudduuha). (Lihat misalnya dalam Tafsir Ath-Thobary)

Dalam pergaulan di masyarakat, kita senang jika orang yang kita beri penghormatan memberikan balasan yang sepadan atau bahkan lebih baik dari yang kita berikan. Kita menjadi semakin suka kepadanya. Maka begitupun seharusnya yang terjadi pada kita kepadanya. Jika seseorang memberi penghormatan kepada kita, kita juga harus membalasnya dengan yang sepadan atau bahkan lebih baik jika mampu.

Kedua, pembiasaan untuk mengucapkan terima kasih. Ucapan ini meski ringan ternyata mulai sering ditinggalkan orang, sadar atau tidak sadar. Ucapan terima kasih ini tanpa terasa mengakrabkan kita kepada seseorang, baik dalam keluarga atau di masyarakat luas. Orang yang jarang atau tidak pernah mengucapkan terima kasih atas sesuatu yang telah diterimanya dari orang lain secara lambat laun akan tidak disukai orang lain. Ucapan terima kasih yang tulus menjaga silaturahmi karena berarti ada penghargaan dan penghormatan kepada orang lain yang berinteraksi dengannya.

Anak-anak harus selalu diajarkan untuk mengucap terima kasih atas sesuatu yang mereka peroleh, sekecil apapun perolehan itu --- misalnya permen --- dari siapapun. Dari orangtuanya, dari kakaknya, dari temannya, dari pamannya. Kebiasaan ini akan menunjukkan dirinya sebagai anak yang sopan, yang bermartabat dan berjiwa lapang. Sayang sekali, ucapan yang mulia ini sekarang mulai agak sering ditinggalkan maka tak heran jika hubungan dalam masyarakat sering terlihat kaku dan tidak kondusif.

Ketiga, kebiasaan untuk mau mengantarkan tamu yang datang ke rumah kita sampai ke pintu rumah saat dia pulang. Kita usahakan saat tamu akan pulang usai bertamu di rumah kita, kita antar sampai ke tempat yang menunjukkan perhormatan kita kepadanya. Misalnya sampai di pintu terluar dari rumah kita, bisa sampai di teras rumah, bisa sampai di pintu pagar rumah kita. Sungguh akan muncul kesan yang buruk jika tamu yang akan pulang dari rumah kita, kita biarkan berlalu, keluar sendiri dari rumah kita tanpa kita antar. Apalagi jika begitu keluar dari pintu rumah, belum lepas dari pandangan, pintu langsung kita tutup. Hal itu mengesankan kita tidak menyukainya. (Meski terkadang ada tamu yang memang tidak kita harapkan kedatangannya, namun ekspresi kekesalan tidak layak kita tampilkan).

Rasulullah Saw dalam sebuah hadisnya bersabda, “Termasuk sunah bila kamu menghantar tamu sampai ke pintu rumahmu.” (HR Al Baihaqi dalam Syu’ab al Iman, hadis marfu’). Hadis ini memberikan pelajaran agar kita tidak membiarkan tamu yang akan pulang dari rumah kita berlalu begitu saja. Karena hal itu akan menimbulkan perasaan tidak enak pada dirinya meski tidak ia perlihatkan. Kecuali jika sang empunya rumah terkendala sehingga menghalanginya untuk mampu melakukan apa yang diungkap dalam hadis tersebut. Misalnya karena si empunya rumah sedang sakit dan kebetulan di rumah ia sedang sendirian sehingga tidak mampu mengiringkan kepulangan sang tamu yang membezuknya.

Kebiasaan-kebiasaan kecil ini jika selalu kita pelihara dan wariskan kepada anak-anak kita maka akan tercipta pergaulan dalam masyarakat yang kondusif. Pendidikan karakter tidak harus dibayangkan sebagi sesuatu yang muluk-muluk. Yang kecil-kecil pun akan sangat berguna. Allahu a’lam. (Zainul Arifin)

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...