Rabu, 07 Desember 2011 By: sanggar bunga padi

Mendidik Anak Bukan Dengan Teror

Dalam beberapa hari terakhir ini, tayangan berita di televisi yang bisa mengharu biru nurani anak dan orangtua cukup marak. Misalnya berita tentang penculikan anak, penelantaran anak oleh orangtuanya, pembunuhan anak, dan teror anak oleh berita-berita perihal kasus orangtuanya. Untuk hal yang terakhir, kita coba berempati dengan anak-anak kandung para artis yang bermasalah, anak-anak dari Cut Tari, anak-anak dari Ariel, anak-anak dari Krisdayanti, dan artis lainnya. Jika kita menempatkan diri pada posisi sang anak, niscayalah berita-berita dan infotainment di televisi itu meneror mental mereka. Kita tidak mencampuri masalah orangtua mereka, tapi kita prihatin dengan perkembangan mentalitas anak-anak mereka. Ada artis yang seolah-olah merasa tidak ada beban dengan penayangan kasus mereka yang bertubi-tubi di televisi. Seolah-olah mereka tak ada hubungan lagi dengan anak kandung mereka. Bahkan ada seorang ibu kandung, seorang artis yang sedang bermasalah, mempertontonkan kemesraan dengan kekasihnya. Baca : kekasihnya, bukan suaminya.

Tanggal 23 Juli setiap tahun dicanangkan oleh Pemerintah sebagai peringatan Hari Anak Nasional. Peringatan ini untuk terus-menerus memberi penyadaran kepada seluruh masyarakat bahwa persoalan anak harus mendapat perhatian yang serius. Sebagai bagian penting sebuah keluarga, anak-anak adalah warisan orang tuanya yang akan melestarikan silsilah keluarga dan karenanya perlu mendapat perlakuan dan pendidikan yang memadai. Ia harus diselamatkan dalam kehidupannya di dunia dan di akhirat kelak. Allah berfirman dalam Qs. At-Tahrim ayat 6 yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang, bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan (malaikat itu) selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan agar orang tua menjaga anak dan keluarganya dari perbuatan-perbuatan yang melanggar larangan Allah. Allah menyuruh kepada orang tua agar anak-anak kita diajari ilmu-ilmu agama. Sebab salah satu hal yang menyebabkan orang masuk neraka adalah karena mereka tidak mengenal agama, tidak mau melaksanakan perintah Allah dan bahkan melanggar larangan Allah.

Setiap orangtua wajib mengajarkan agama kepada anak-anak dan keluarganya. Jika kita tidak dapat mengajarkan ilmu agama, maka diperintahkan untuk belajar kepada orang lain. Pada lembaga pendidikan keagamaan, atau mengaji al-Qur'an kepada para kyai, ustadz atau mengundang guru privat. Anak yang lemah imannya, jelas akan mudah diombang-ambingkan oleh keadaan zaman. Dia tidak mampu tegar dalam menghadapi segala macam godaan iman. Ia mudah tergelincir dan tersesat dari jalan kebenaran.

Orangtua yang tidak mengarahkan anak-anak dan ke¬luarganya untuk beribadah kepada Allah, dia akan berdosa. Dan ikut menanggung dosa yang dilakukan keluarganya itu. Rasulullah bersabda dalam hadis yang ditakhrij oleh Al-Baihaqy dalam Syu’ab al-Iman (j.6/No. 8658), "Kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah: 1. Memberi nama yang baik, dan 2. Membaguskan akhlaknya/membaguskan pendidikannya.” Sedang dalam riwayat Al-Hakim, "Kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah: 1. memberi nama yang baik, 2. membaguskan akhlaknya, 3. mengajarkan baca-tulis al Qur'an, 4. mengajar renang (ketrampilan) , 5. memberi makan dengan harta yang halal, 7. menikahkannya jika si anak telah layak menikah dan sudah ketemu jodoh."

Memberi pendidikan kepada anak merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab setiap orangtua. Sungguh berdosa orangtua yang tidak membekali pendidikan dan iman yang kuat kepada anak-anaknya, termasuk kepada istrinya dan anggota keluarga lainnya. Di dalam hadis shahih riwayat An-Nasa'i dan Ibnu Hibban dari Anas, Rasul bersabda, "Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin tentang anggota yang dipimpinnya, apakah dipelihara atau disia-siakannya, sehingga seorang lelaki akan ditanya tentang bagaimana ia mendidik keluarganya."

Dalam perihal pendidikan anak, Abu Dzar ra. menceritakan, "Suatu hari saya duduk-duduk di sisi Nabi. Tiba-tiba datanglah Hasan dan Husain. Keduanya menaiki bahu kakeknya (yaitu Rasulullah). Kala itu Rasul sedang membicarakan sesuatu kepada kami. Usai Rasul bicara, beliau menyuruh keduanya untuk turun dari bahunya. Bertepatan dengan itu, datanglah Ali bin Abi Thalib. Ternyata kedua anaknya itu memperlihatkan sikap takut, lalu turun dari bahu Rasul. Melihat itu, Rasul bertanya ke pada kedua cucunya, "Kenapa kamu turun?" "Kami takut sama ayah," jawab mereka.

Lalu Ali mendatangi kedua anaknya itu, sambil memperingatkan "Sopan santun lebih baik bagi kamu berdua. Sopanlah kepada kakek."

Mendengar peringatan itu, lalu Rasul bersabda: "Wahai Ali, janganlah kamu bersikap keras kepada Hasan-Husain. Sebab keduanya adalah buah hati, hiburan jiwaku."

"Sam'an wa tha'atan, baik ya Rasul," jawab Ali. Nabi bersabda lagi, “Wahai orang-orang Islam, siapa saja yang diberi anak, maka baginya wajib mengajarkan sopan-santun dan mendidiknya. Sebab, siapa yang mengajar anak-anaknya dan mendidikkan sopan santun, maka Allah memberi syafa'at berkat anaknya itu. Tapi siapa yang membiarkan anak-anaknya bodoh, maka setiap dosa yang dilakukan anak-anaknya itu, orangtua ikut menanggungnya."

Peringatan Hari Anak Nasional ingin memberi penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak agar tidak salah didik dan mematikan potensi yang dimilikinya. Dan pada gilirannya kita akan mampu menumbuhkan generasi-generasi yang lebih unggul daripada kita hari ini, untuk masa depan yang makin maju. Allahu a’lam. (Zainul Arifin)

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...