Jumat, 09 Desember 2011 By: sanggar bunga padi

Manusia Versus Nyamuk

Meskipun manusia diciptakan Allah dalam keadaan paling baik dibandingkan makhluk Allah lainnya, namun keadaan itu tidak menghilangkan kelemahan manusia. Tidak ada manusia di dunia yang tidak punya kelemahan, karena Allah menciptakan makhluk-Nya dalam keadaan seimbang. Jika tidak ada kelemahan dalam diri manusia, maka ia tidak akan menjadi takut. Akan tetapi sangat banyak manusia yang sombong, seolah-olah dialah yang terkuat. Lantaran demikian, ia lantas bertindak buruk kepada orang lain yang dipandangnya lemah. Padahal Allah dengan tegas menyatakan dalam firman-nya bahwa sekali-kali manusia tidak dapat mencapai ketinggian langit ataupun menembus perut bumi kecuali dengan (kekuatan) ilmu, sedangkan ilmu yang dimiliki manusia sungguh terbatas. Tidak setiap manusia mempunyai kecerdasan otak sehingga mampu menguasai berbagai ilmu. Karena begitu canggihnya ilmu Allah.

Maka Allah sungguh tidak suka kepada orang-orang yang sombong, orang-orang kafir (mengingkari Allah), dan membuat bagi mereka perumpamaan dengan makhluk-makhluk Allah yang dalam pandangan manusia dianggap lemah. Misalnya : laba-laba, lalat ataupun nyamuk (Qs. Al Baqarah : 26)

Sarang laba-laba dalam surah Al ‘Ankabut dipakai perumpamaan oleh Allah untuk menggambarkan bagaimana lemahnya pelindung-pelindung selain Allah, yang diambil oleh kaum kafir untuk menandingi Allah. Begitupun tidak berharganya amalan kaum kafir dalam pandangan keimanan, karena ia tidak dilandasi keyakinan yang benar, Islam. Amalan-amalan itu ataupun pelindung-pelindung itu (mungkin juga isme-isme ciptaan manusia) walau terlihat indah, tidaklah kuat sama sekali. Ia akan mudah terhapus dan terhempas oleh tiupan angin.

Begitu pula dengan lalat. Senada dengan laba-laba, ia dipakai sebagai perumpamaan bagi yang tidak argumentatifnya kesombongan manusia yang tidak beriman kepada Allah Swt. Dalam Qs. Al-Hijr ayat 73 dinyatakan bahwa tuhan-tuhan palsu selain Allah itu bahkan membuat lalatpun tidak bisa. Dan jika ada sesuatu yang dirampas oleh lalat itu dari mereka, mereka pun tak dapat merebutnya kembali dari si lalat. “Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang dismebah,” firman Allah.

Nyamuk, makhluk yang terlihat lebih lemah lagi dari laba-laba dan lalat, juga digunakan Allah untuk memperlihatkan kelemahan manusia dan maha kuatnya Dia. Dalam Qs. Al-Baqarah ayat 26 dinyatakan bahwa Allah tidak segan membuat perumpamaan dengan nyamuk bahkan dengan yang lebih rendah dari itu, untuk menguji siapa-siapa yang percaya kepada Allah. Kaum mukmin percaya bahwa perumpamaan itu benar belaka. Kita menyadari betapa lemahnya manusia dan apa yang disembah selain Allah. Sedang orang-orang fasik, yang tidak memahami perumpamaan itu, tetap saja sombong dan membuat kerusakan di bumi.

Kenyataan kelemahan manusia kinipun menemukan momentumnya, misalnya pada mewabahnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang kita sangka sangat lemah itu, bergentayangan membawa petaka yang sebagiannya tak terhindarkan lagi berakhir dengan kematian korban. Nyamuknya sendiri mungkin hanya perantara, namun bibit penyakitnya ternyata tak kalah alotnya. Bila terlambat ditangani bisa fatal akibatnya. Obat mujarab (panacea) yang dibutuhkan untuk penyembuhan penyakit ini terus diusahakan oleh para ilmuwan, tetapi bukan berarti DBD akan sirna begitu saja. Sang nyamuk akan tetap ada. Yang bisa dilakukan paling banter adalah menghilangkan sarang nyamuk-nyamuk itu agar tidak berkembang lebih banyak dan mengobati secara dini orang yang terserang DBD.

Meski banyak penyakit belum ditemukan obatnya, tetapi sebagai orang beriman kita percaya bahwa Allah Swt akan membeirkan obat itu, entah melalui tangan siapa. Dengan demikian manusia bisa selalu berharap akan dapat menemukan obat itu dan dunia farmasi maupun kedokteran pun bisa maju. Nabi Ibrahim menegaskan kepada Fir’aun dan pengikutnya bahwa hanya Allah-lah yang berkuasa atas segala sesuatu, “Dan Tuhanku, Dia yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (Qs. Asy-Syu’ara : 79-80)

Kemudian dalam beberapa hadis, Rasulullah bersabda, “Mereka (para sahabat) bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah kamu berobat?’ Beliau menjawab, ‘Ya, wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula penyembuhannya, kecuali satu penyakit yaitu pikun.” (HR Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Abu Dawud. Al-Albany mengatakan hadis ini shahih). “Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Mengingat betapa sesungguhnya kita ini lemah dalam banyak hal, maka alangkah baiknya bila kita bersungguh-sungguh melihat kelemahan itu sebagai bahan waspada. Sungguh benar bahwa lebih baik menjaga sebelum suatu penyakit datang, daripada mengobati setelah ditimpanya. Rasul bersabda, “Mohonlah kepada Allah keselamatan dan ‘afiat. Sesungguhnya tiada sesuatu pemberian Allah sesudah keyakinan (iman) lebih daripada sehat ‘afiat.” (HR Ibn Majah)

Kesombongan telah terbukti selalu mengundang bencana bagi manusia. Karena kesombongan menghilangkan kewaspadaan dan mengantarkan manusia pada kehancuran.
Penyakit-penyakit yang berjangkit sekarang ini mungkin menunjukkan kelemahan manusia secara fisik. Semoga hal ini tidak akan diperparah lagi dengan penyakit mental seperti amoralitas dan krisis kepercayaan. Allahu a’lam.(Zainul Arifin)

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...