Minggu, 12 Desember 2010 By: sanggar bunga padi

Kumpul Sanggar




Ahad, 10 Oktober 2010

Perjalanan anak-anak sanggar menuju lokasi tempat digelarnya acara kumpul sanggar dilalui dengan keriangan. Meski mereka hanya dintar dengan truk tapi tak nampak raut kesedihan di wajah mereka. Selama perjalanan mereka bernyanyi melagukan tembang-tembang dari naskah drama yang akan dipentaskan di akhir acara kumpul sanggar tersebut.
Pukul 08.00 kami tiba. Joglo Perjuangan, yang sekaligus rumah Bapak H Toyo S Dipo (Bupati Kulon Progo), sudah ramai oleh anak-anak dari 3 sanggar yang lain. Rupanya Sanggar Harmoni, Sanggar Seni Abata, dan Sanggar Kebal sudah lebih dulu datang. Tigapuluh menit kemudian anak-anak dari Sekolah mBrosot datang dengan diantar bus. 

Dipandu oleh mbak Tantri (Sanggar Harmoni) dan mas Iman (Sanggar Seni Abata) acara kumpul sanggar yang mengambil tema "Membaca Dunia dengan Bermain" dimulai. Setelah berdoa dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, lima anak sanggar mewakili kelima sanggar membacakan Manifesto Perdamaian dari UNICEF. Kemudian persiapan out bond dengan membentuk kelompok lewat permainan yang sangat mengasyikkan. Acara ini dipandu mas Aan (Sanggar Seni Abata),  mas Iksan (Sanggar Kebal), mbak Iyak dan mbak Lia (Sanggar Bunga Padi).

Out bond yang menempuh perjalanan sejauh 2 km dengan 7 pos permainan berakhir pukul 12.30. Di tengah-tengah out bond tiba-tiba mas Aan datang ke pos utama dengan memboncengkan Wiwit. "Pendamping dari Bunga Padi mana nih....anak buahnya ada yang sakit," teriak mas Aan. Ternyata Wiwit tidak dapat meneruskan ikut out bond karena pusing, dan terpaksa harus menemani Endrat (yang sejak mau berangkat kami sudah diwanti-wanti ibunya untuk tidak membolehkan dia ikut outbond), Nabila yang juga masih pusing, Wulan dan Nazula yang baru berumur 4 dan 5 tahun.

Setelah istirahat untuk sholat dan makan maka dimulailah aksi pementasan dari masing-masing sanggar. Sanggar Seni Abata menampilkan teaterikalisasi puisi, Sanggar Kebal beraksi lewat mini drum band, Sanggar Harmoni berlenggak-lenggok bak model peragaan busana, Sekolah mBrosot berteater tentang melestarikan pohon, dan Sanggar Bunga Padi juga berteater mengenai kelestarian lingkungan dengan mengambil judul "Pohon dan Tukang Kayu".

Ketika mau beraksi, Fajar yang tubuhnya bongsor berujar "wah dredeg....kok banyak banget nih yang liat," yang dijawab Toro (di sanggar dia dipanggil Bargo), "santai wae.....dianggap saja kaya latihan di sanggar." Akhirnya, giliran tampilpun tiba. Dengan raut muka grogi (maklum ini pentas perdananya) anak-anak Sanggar Bunga Padi menunjukkan kebolehannya dalam berperan. Fajar (sebagai tukang kayu), Novi (istri tukang kayu), Ayu (pintu), Beti dan Irma (jendela), Ana (almari), Irsa (golok dan palu), Endrat dan Riski (Gergaji), Vera, Toro, Nukhba, Adit, Nabila, Wiwit, Topik, Devi, Amel, Risti, Septi, Nazula, dan Wulan (sebagai pohon-pohon di hutan). Sedangkan narator dimainkan Eca dan Idun.

Tampak betul mereka masih grogi sehingga kemampuan terbaik seperti saat latihan tidak bisa keluar semuanya. Tapi ya tidak apa-apa, karena acara ini salah satu tujuannya untuk melatih keberanian anak-anak sanggar tampil di depan orang banyak. Setidaknya mereka sudah berbuat sesuatu, apalagi saat lagu-lagu dalam naskah drama ditembangkan para penonton ikut bertepuk tangan sesuai nada lagu itu (nada lagu dari lagu-lagu yang sudah populer tapi liriknya diganti). Pentas Sanggar Bunga Padi pun selesai. Aplaus meriah dari sanggar yang lain membuat mereka senang. Dan, naskah drama "Tukang Kayu dan Pohon" laris manis diminta Sanggar Seni Abata, Sanggar Harmoni dan Kebal.

Pukul 15.30 acara kumpul sanggar berakhir. Meski wajah-wajah letih tergambar jelas dari raut anak-anak, tapi selama perjalanan terdengar celoteh ceria mereka. Ah, indahnya dunia anak-anak. 

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...