Minggu, 12 Desember 2010 By: sanggar bunga padi

Kenangan Bung Hatta tentang Buku

Barang kali tidak ada orang yang sedemikian mencintai buku dan ilmu pengetahuan seperti Bung Hatta. Ketika ia dibuang ke Digul oleh pemerintah kolonial, sebagian besar barang yang ia bawa adalah buku buku. Di sana ia membuat jadwal harian yang dipasang di depan pondok pembuangannya. Membaca buku adalah salah satu jadwal rutin setiap hari, diantara jadwal lainnya seperti berkebun dan menerima tamu.

Saat dipindahkan ke Banda Neira, sebagian dari uang tunjangan perbulan sebesar 75 gulden dihabiskan untuk menyewa rumah yang besar. Salah satu alasannya, bahwa dengan rumah yang besar, ia bisa membangun sebuah perpustakaan pribadi.

Buku buku adalah dunianya. Oase yang tetap membuatnya hidup di pengasingan. Jangan salah. Setiap bulan ia berlangganan majalah dan buku buku yang dibawa melalui kapal kapal yang singgah di pulau rempah tersebut.

Kecintaan pada buku memang luar biasa. Hatta tak pernah menangisi nasibnya selama dibuang kemana mana. Tapi ia bisa menangis ketika perpustakaan pribadinya di Kaliurang Jogja, hancur dalam aksi polisional Belanda yang kedua.

Jadi apakah kita harus demikian mencintai buku seperti Bung Hatta? Apalagi bagi sebagian besar masyarakat miskin. Buku bukanlah kebutuhan primer sebagai mana kebutuhan akan sandang dan pangan.

Justru di sini kuncinya. Dengan buku kita mencerdaskan bangsa, untuk kelak membebaskan dari kemiskinan dan kebodohan. Buku merupakan jembatan emas menuju kehidupan yang lebih baik.

Sekitar 450 tahun lalu, sebuah perusahaan milik keluarga Fugger yang kesohor di Eropa pada abad 16, menghimpun berita berita dari luar dalam buku bulletin “Fugger Zeitungen“. Itu bisa dikatakan sebagai sejarah awal sebuah buku menjadi sumber pengetahuan. Sehingga pedagang bisa memprediksi barang apa yang dibutuhkan sebelum kapal berangkat ke timur jauh. Harga yang akan dicatat sebelum barang dikirim. Juga berita raja yang jatuh, atau perang di negeri jauh antah berantah. Segala informasi yang tercatat itu menjadi salah satu kekuatan yang menjadikan Eropa tumbuh pesat perekonomiannya. Sejarah kebangkitan Eropa dimulai dari buku.

Maka tidak salah jika Pemerintah kolonial Belanda, lebih merasa perlu membubarkan ‘Perkumpulan Banda Muda‘. Sebuah kelompok koperasi yang didirikan Hatta dan Syahrir dengan tujuan memberikan pendidikan kepada rakyat Banda, termasuk melalui buku buku yang dibeli dari hasil keuntungan koperasi itu. Penjajah sadar, dengan buku akan membuat rakyat cerdas dan mempertanyaan hak-haknya.

Setelah pengakuan kemerdekaan, tahun 1949. Perpustakaan Hatta Foundation didirikan dengan Prof Johannes dari UGM sebagai ketuanya. Perpustakaan ini direncanakan sebagai yang terbesar di Asia Tenggara waktu itu. Pada tahun 1950, perpustakaan itu memperoleh hibah buku buku peradaban Asia, Arab dan Afrika seharga 5 juta gulden dari Belanda. Sekali lagi Bung Hatta menunjukan keberpihakannya terhadap ilmu pengetahuan.

Seandainya Bung Hatta masih hidup, ia akan berdiri mengambil buku-buku dari perpustakaannya yang akan disumbangkan bagi yang membutuhan. Dia juga akan mengingat saat saat ia mengajar anak anak Banda Naira yang tak sekolah, dengan berbekal buku buku yang dimiliki. Anak anak laut Banda bisa membayangkan negeri Amerika nun jauh di sana. Juga cerita kepahlawanan perang Aceh. Bung Hatta pasti menceritakan, berbekal sebuah buku Fugger, Belanda bisa mengambil keuntungan yang luar biasa dari perdagangan rempah rempah di Banda Naira. Semua bersumber dari buku. Apapun itu.

Kita mencoba menjadi Hatta Hatta kecil yang berkomitmen memberikan ilmu pengetahuan kepada bangsa. Tak ada yang lebih mulia dari itu. Kata seorang bijak. Rakyat memang butuh makan dan tempat tinggal, apalagi ketika semua barang berharganya diluluhlatakan oleh gempa, tsunami, banjir dan gunung meletus. Tapi tak ada salahnya kita memberikan bekal ‘makanan’ yang akan mengenyangkan seumur hidup. Mari sisihkan sedikit buku-buku anda.

Posted on 2 November 2010 by Imanbr
This entry was posted in SEJARAH and tagged BHI, Bung Hatta. Bookmark the permalink.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...