Minggu, 12 Desember 2010 By: sanggar bunga padi

Juara


Ahad, 17 Oktober

Agenda Sanggar Bunga Padi hari ini adalah wawancara ke beberapa profesi sekitar tempat tinggal kami dengan membagi diri menjadi beberapa kelompok. Anak-anak yang terlanjur ke sawah, warung dan pembuat peyek“terpaksa” di panggil kembali ke sanggar dan lari pulang atau SMS ke rumah masing-masing demi mengetahui bahwa kami sudah mendapat kendaraan untuk mengantar kami ke Jogja  menghadiri puncak acara hari perdamaian dunia yang diadakan oleh SOS children village sekaligus pengumuman dan penerimaan hadiah beberapa lomba yang diadakan SOS children village. Awalnya kami tidak berniat menghadiri sebab sejak kemarin usaha mendapatkan kendaraan sewa yang mampu mengangkut kami dengan harga terjangkau tidak berhasil. Tidak semua anak sanggar ikut, beberapa anak “pemabok”, yang lain karena sakit.

Karena kaki yang belum bisa diajak kompromi pasca kecelakaan beberapa bulan lalu dan karena mobil sudah penuh dijejali  12 anak dan 2 dewasa, saya tinggal di rumah.

Ah….anak-anak memang menggemaskan dan penuh kejutan. Beberapa SMS saya tak mendapat jawaban semestinya. Senangkah mereka, atau dapat juara, bagaimana perasaan mereka bila pulang tanpa hasil..?Jadi teringat bagaimana semangatnya mereka bertanya apa itu perdamaian ketika saya umumkan ada lomba menulis dengan tema perdamaian. Semua ingin ikut tapi percaya diri mereka rupanya menurun melihat tema tersebut, definisi damai bagi mereka hanya sebatas tidak bertengkar atau kalaupun bertengkar ya harus minta maaf. Berdamai. Itu saja. Sempat terbersit di benak saya bagaimana  ketika mereka harus melihat tak satupun dari Sanggar Bunga Padi membawa “oleh-oleh” piala ketika pulang. Saya khawatir mereka masih terpaku bahwa menang berarti namanya dipanggil dan diberi hadiah atau apapun sejenisnya, bukan proses ketika mereka berusaha menulis kalimat demi kalimat.



Penasaran saya terjawab manakala beberapa jam sejak kepergian mereka terdengar tawa dan teriakan (yang sesungguhnya saya tidak jelas mereka mengatakan apa, karena telinga saya yang dua ini tak mampu mendengar sebelas mulut yang bercerita). Yang jelas, Idun dengan kaki panjangnya lebih dulu tiba dan berkata “ Bunda…… aku juara 3, mana ucapan selamatnya ?”selanjutnya hanya kata bunda saja yang bisa saya dengar jelas (mereka memanggil saya dengan bunda, sama seperti anak-anak saya sendiri memanggil saya). Perasaan saya? Bangga…Eca tersenyum dengan piala bertuliskan juara 1, dan Ria (kami biasa memanggilnya Iyak) berjalan paling belakang dengan piala hasil jerih payahnya membuat poster. Terlebih melihat wajah letih mereka terlihat senang. Berarti perkiraan saya keliru. Dan ketika saya tanya bagaimana perasaan mereka, kompak mereka menjawab senang…. Alhamdulillah…

Anak-anak memang selalu menghadirkan kebahagian tersendiri. Adanya mereka membuat saya berarti, membuat saya dibutuhkan…ahhh…. Selamat berjuang Nak, kembangkan terus bakat kalian. Jangan menyerah. Ada menang, ada kalah. Selalu begitu. Tak jadi soal. Usaha yang terpenting.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...