Empat Waktu Orang Berakal
Kalau tidak salah, Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah di Yogyakarta pernah melakukan penelitian disambung dengan seminar tentang “Pemanfaatan Waktu Luang oleh Pelajar/Remaja”. Dari penelitian itu diperoleh temuan bahwa sebagian besar pelajar atau remaja tidak punya kegiatan untuk mengisi waktu luang yang senantiasa tersedia setiap hari. Mereka tidak punya ide, konsep atau kegiatan yang dapat dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang diluar jam sekolah atau kuliah. Padahal waktu luang itu selalu ada setiap hari karena manusia tidak bekerja sepanjang waktu dalam sehari. Ada waktu-waktu di mana pekerjaan telah usai sementara waktu tidur belum tiba. Waktu-waktu luang itulah yang untuk sebagian pelajar atau remaja terbuang sia-sia. Padahal tidak ada waktu yang kembali setelah terlewati, tidak ada masa yang terulang setelah terbuang.(
Tentu banyak faktor yang dapat menyebabkan hal di atas terjadi. Misalnya, kondisi lingkungan atau pun budaya yang tidak mendukung bagi terciptanya pengisian waktu luang dengan bermanfaat. Pelajar atau remaja tidak mengisi waktu luangnya – baik yang tersedia setiap hari atau terlebih pada saat liburan sekolah – dengan membaca mungkin karena budaya membaca dan ketersediaan buku yang tidak mendukung. Celakanya lagi, kini hajaran tayangan televisi mengharu biru pelajar atau remaja di luar sekolah, sehingga mereka terpaku di hadapan sang kotak kaca itu. Maka waktu-waktu terluang pun berlalu bersama angin.
Apakah masalah di atas kini sudah berubah? Dugaan besarnya adalah : belum. Untuk pelajar atau remaja kelas menengah ke atas yang melek teknologi informasi mungkin memanfaatkan waktu luangnya dengan surfing di internet. Namun bagi pelajar atau remaja lapisan bawah dan yang tinggal di kawasan-kawasan terpencil, mengisi waktu luang laksana barang mewah, kalau tidak karena kemauan keras dan usaha sungguh-sungguh tidak akan tergapai.
Sungguh benar firman Allah dalam Qs. Al ‘Ashr ayat 1-3, ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Dalam firman tersebut, Allah menegaskan sungguh sangat bermaknanya waktu yang tersedia buat manusia. Tidak peduli apakah ia pelajar, remaja, orang dewasa atau orang tua. Apa yang terjadi pada remaja pada penelitian di atas sangat mungkin terjadi pula pada orang dewasa atau orang tua. Ada orang dewasa atau orang tua yang mempunyai banyak waktu luang tapi tidak tahu harus diisi dengan apa. Sehingga sebagian umur hidupnya berlalu sia-sia. Sebaliknya, ada orang yang sepanjang hidupnya seolah-olah sangat sibuk, tidak ada waktu terluang. Sehingga ia tidak dapat lagi memeriksa amal perbuatan dalam hidupnya sampai umur yang telah dilaluinya.
Imam Ahmad menuturkan, “Orang yang berakal hendaknya membagi waktunya dalam hidup menjadi empat bagian. Bagian pertama adalah waktu di mana ia hanya berdua-duaan dengan Tuhan-Nya. Bagian kedua adalah waktu di mana dia menghitung segala amal perbuatannya di dunia sebelum dihitung di akhirat. Bagian ketiga adalah waktu di mana ia bersedia duduk bersama orang-orang yang bersedia menunjukkan kelemahan-kelemahan dirinya. Bagian keempat adalah waktu dimana ia menikmati kelezatan-kelezatan hidup yang diperkenankan oleh agama.”
Bagian pertama, shalat tahajud adalah waktu yang paling efektif. Bagian kedua, dalam istilah tasawuf disebut muhasabah. Bagian ketiga adalah waktu dimana kita berkumpul dengan orang-orang yang bersedia menunjukkan kelemahan-kelemahan kita dan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang harus kita perbuat, dalam istilah lainnya amar ma’ruf nahyi munkar. Bagian keempat misalnya dengan bermain-main (bercengkrama) dengan istri dan anak-anak.
Empat pembagian waktu di atas berlaku untuk setiap kaum Muslim. Sungguh munafik orang yang mengaku beriman namun tidak memberikan porsi waktunya untuk berdua-duaan dengan Allah Swt. Tidak mengerjakan shalat, baik wajib maupun sunnah termasuk tahajud. Nabi Muhammad SAW yang telah dijamin masuk syurga selalu menjaga waktu-waktu hayatnya untuk berdua-duaan dengan Allah, termasuk dengan shalat tahajud, di mana sebagian besar manusia terlelap tidur dalam gelap malam.
Orang beriman, agar tidak celaka sebagaimana disindir dalam Qs. Al ‘Ashr, harus senantiasa mengevaluasi jalan hidupnya. Socrates bilang, “Hidup yang tidak diperiksa, tidak layak dijalani.” Maka setiap orang harus bersedia untuk ditunjukkan kelemahan-kelemahan dirinya dan menerima advis untuk perbaikan hidupnya di masa depan.
Begitu pula seorang Muslim tidak boleh menyia-nyiakan kenikmatan yang diberikan Allah sebagai kelezatan dunia, sepanjang diperkenankan oleh agama. Misalnya bercengkrama dengan anak-istri. Orang sering mengabaikan hal ini. Sehingga anak-anak mencari kawan bergaul di luar kontrol orang tua dan dapat terjerumus ke lembah kejahatan. Istri yang “merana” karena sang suami sibuk sendiri, akhirnya mencari pergaulan di luar rumah. Salah-salah terjerumus ke pelukan lelaki lain. Tentu ini sungguh mengerikan.
Allahu a’lam.(Zainul Arifin)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar