Sabtu, 29 Januari 2011 By: sanggar bunga padi

Sendratari Jiwa Lara

Terhidang secangkir kopi menu senja hari basahkan dahaga, menghapus peluh keringat, menurunkan ritme nafas menghantar pada kembara angan.....

Terhadang sepenggal kisah dramaturgi teruarai mengalir merdeka tanpa sutradara ,
berkonspirasi dengan intonasi, emosi, ekspresi, semua bertekuk sujut sembah,
tak ayal inspirasikupun tanpa daya diperkosa lengah terengah..ah..

terkadang, berdendang tembang sumbang yang lama hilang
melantun santun menurun menuntun bermohon ampun...
berlenggok menari diatas bara api, gemulai berselendang baja besi tempa....
selaksa rasa menggoda merenda jaring-jaring lengking fatamorgana

wahai Sang Siang yang kerontang jangan coba lantang menantang ..
aku ini bintang jalang, malamku adalah siang, siangku adalah perang..
tak kan lekang digelantang, tak kan regang dipanggang....

diujung daun itu bergelayut embun....beningnya menyejukkan hening...
sebulir padi terjatuh di ujung telapak kaki, mata kaki menelanjangi tanpa berkedip meneliti...
berharap segera ada terang diufuk dini hari...atau bulir padiku akan terinjak dalam selesak jejak berpijak...???

mendung menggelantung mengeliat menggulung relung-relung embun.
berganti hujan, tersedu....mengharu biru pelangi warna warni lamunan
setangkai mawar merahku masih terbalut dingin, terbelah
suntuknya pecah menengadah, senyumnya kini merekah....

Namun senyum itu... bukan untukku...
aku menunggu tangismu....
sebelum setangkup pintu menutup kalbuku
beri aku sedikit waktu utk menata hati, merangkai untaian kosa kata hingga saatnya tiba tidak lagi ada yang didera luka, oleh tajamnya asa-ku..

Girmulyo, Minggu II Januari 2011
Istono

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...