Kamis, 26 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Cara Sehat Mencerdaskan Anak

Memiliki anak yang cerdas tentu merupakan sebuah hal yang membanggakan bagi kita, orang tua. Banyak orang tua menggunakan berbagai cara agar buah hatinya menjadi anak yang cerdas. Orang tua juga lebih sering menilai kecerdasan anak dari nilai yang tertulis di raport. Maka banyak orang tua yang mengikutkan anak dengan berbagai macam bimbingan belajar agar anak bisa mendapatkan nilai yang baik pada berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Cara tersebut memang tidak salah, namuan bila anak terlalu banyak dibebani oleh berbagai macam bimbingan belajar tentu bisa membuat anak menjadi stress atau menjadi malas kalau belajar di sekolah.

Saya akan memberikan beberapa cara yang sehat agar anak bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas. Cara-cara tersebut antara lain:

1. Memberikan anak permainan edukatif
Permainan yang edukatif biasanya akan mengajak anak untuk berpikir. Permainan-permaian ini bisa ditemukan pada permainan yang edukatif, misalnya teka-teki silang, puzzle, catur, dan masih banyak lagi. Bahkan sekarang kita bisa menemukan banyak permainan yang bisa dimainkan dengan media computer dan bisa didapatkan di toko-toko software computer atau toko-toko buku. Permainan-permainan tersebut bisa melatih anak dalam hal “problem solving” dan meningkatkan daya kreativitas anak.

2. Bermain musik dan Bernyanyi
Selain menyenangkan untuk dilakukan, bermain musik juga sangat bermanfaat bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Pertumbuhan seorang anak tidak hanya pertumbuhan yang terlihat dari luar saja (pertumbuhan fisik/tubuh), namun juga pertumbuhan organ-organ tubuh bagian dalam. Salah satu dari bagian tubuh bagian dalam adalah otak, terutama otak kanan. Saat bermain musik, otak kanan bekerja lebih aktif disbanding otak kiri. Seperti otot-otot kita bila digunakan untuk mengangkat beban berat, maka lama-lama otot-otot kita tersebut akan tumbuh membesar. Demikian juga dengan otak kita, apalagi otak seorang anak. Dengan memperkerjakan otak kanan saat bermain music, maka anak secara tidak langsung akan menumbuhkan volume dan kekuatan otak kanannya.

3. Gizi yang baik sejak bayi
Empat sehat lima sempurna adalah gizi yang baik buat buah hati kita. Sayur-sayuran, buah-buahan, lauk ikan, daging, nasi, dan ASI adalah makanan yang wajib diberikan pada sang buah hati. Menurut penelitian, anak yang sejak bayi sudah diberikan ASI akan lebih cerdas bila dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi susu kaleng (susu instant). Maka ASI sangatlah penting sebagai penunjang pertumbuhan bayi (terutama otak), selain karena kelamiannya ASI juga tidak mengandung zat-zat kimia yang ada di dalam susu instant.

4. Membiasakan berolahraga
Kegiatan olah raga tidak hanya penting bagi orang dewasa, namun juga anak-anak. Setelah kita berolahraga, kita bisa merasakan kesegaran pada tubuh kita. Itulah mengapa olahraga sangat penting buat anak-anak. Selain menjadi sarana mendapatkan kebugaran tubuh, olah raga juga bisa menjadi sarana hiburan buat sang buah hati. Marilah kita ajak buah hati kita untuk berolahraga sesuai dengan bakat dan minat anak. Siapa tahu buah hati kita akan menjadi olahragawan professional.

5. Mencegah konsumsi makanan siap saji dan makanan bervetsin
Makanan siap saji, seperti KFC, MacD, dan lain-lain serta makanan bervetsin, wajib dihindari, terutama pada saat buah hati kita menginjak usia satu sampai dua tahun. Gantilah dengan makanan yang alami dan bergizi tinggi.

6. Budayakan membaca
Membaca adalah cara klasik yang bisa kita pakai dalam mendidik anak. Agar buah hati kita menjadi anak yang gemar membaca, kita sebagai orang tua harus bisa memberikan stimulasi agar anak gemar membaca. Misalnya dengan cara mendongengkan anak, membuatkan perpustakaan di rumah, membaca buku bersama anak, sering mengajak anak pergi ke perpustakaan atau toko buku, dan masih banyak cara yang lain. Dengan gemar membaca maka kecerdasan kognitif anak pun akan berkembang dengan baik.

7. Sosialisasi
Selain dari buku, dari diri kita sebagai orang tua, dan dari berbagai media yang bisa kita gunakan, pengetahuan anak juga bisa didapatkan dari orang lain. Itulah arti penting dari bersosialisasi. Dengan bersosialisasi maka anak pun akan semakin banyak mendapatkan teman. Semakin banyak orang atau anak yang dia kenal, maka anak pun akan semakin banyak mendapatkan pengetahuan dari berbagi macam orang. Selain itu, bila anak memiliki ketrampilan bersosialisasi yang baik, maka anak pun akan semakin tumbuh menjadi anak yang percaya diri. Percaya diri adalah salah satu kunci kesuksesan.

Sumber: Karya Kak Zepe (http://lagu2anak.blogspot.com)
Selengkapnya...

Rabu, 25 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Mengatasi Perasaan Cemas Pada Anak

Kecemasan bisa dialami setiap orang. Biasanya perasaan ini muncul pada saat seseorang hendak menghadapi hal-hal yang penting, hal-hal yang menentukan, hal-hal yang menakutkan, dan lain-lain. Perasaan ini menimbulkan ketegangan. Perasaan ini juga sering muncul di hati anak-anak. Sebagai pribadi yang masih labil, tentu anak-anak tidak bisa mengatasi masalah ini sendiri. Kita sebagai orang tua akan lebih baik bila mengetahui beberapa hal yang bisa kita lakukan agar anak tidak cepat cemas dan bisa mengontrol perasaannya.

1. Menjadi Pendengar Yang Baik
Kadang seorang anak menjadi cemas dikarenakan ada hal-hal yang tidak bisa dihadapi atau diatasi sendiri. Sebagai orang tua, kita harus memahami apa yang dirasakan oleh buat hati kita. Tidak sulit untuk menerka kapan anak-anak mengalami kecemasan. Biasanya nafas mereka tidak beraturan dan banyak bergerak. Cobalah untuk menanyakan apa alasan mereka merasa cemas dengan menanyai mereka. Hal yang terpenting pada saat kita menanyai mereka adalah bersikap tenang. Jangan sampai kecemasan yang dialami oleh buat hati kita menular pada diri kita.

2. Memberikan sentuhan
Berikan sentuhan kepada si buah hati di kepala atau di bahu, agar anak bisa merasa lebih tenang, terutama pada saat kita ingin menanyakan hal yang menyebabkan kecemasan mereka.

3. Hindari Bentakan
Selain tetap bersikap tenang, hindarilah kata-kata yang bernada tinggi atau membentak. Hal ini sangat perlu agar buah hati kita bisa merasa lebih tenang. Bila hati anak tenang, biasanya meraka akan bisa lebih terbuka dalam menceritakan sebab-sebab kecemasan mereka.

4. Membantu Anak Mengatasi Masalahnya
Membantu mengatasi anak buka berarti kita harus membantu secara total masalah yang dihadapi oleh sang buah hati. Namun berjalanlah bersama anak dalam menyelesaikan masalah yang dia hadapi. Yang terpenting di sini adalah jangan sampai anak merasa sendiri dalam menghadapi masalah yang sedang dia alami. Namun yang tidak kalah penting lagi, jangan sampai kita terlalu melindungi, karena bisa membuat anak menjadi kurang mandiri dan manja.

5. Menjelaskan Arti Rasa Cemas
Untuk anak yang belum dewasa, perasaan cemas bisa menjadi sesuatu hal yang menakutkan. Bisa jadi buah hati kita tidak tahu arti rasa cemas dan mengapa bisa terjadi pada buah hati kita. Kita perlu menjelaskan arti kecemasan dan beri pengerti bahwa rasa cemas bisa terjadi pada setiap orang. Kita juga perlu memberikan solusi untuk menghadapi rasa cemas tersebut, misalnya dengan mengatur nafas, berpikir positif, dan melawan rasa takut.

6. Memberikan hiburan
Seorang anak akan lebih mudah mengalami rasa cemas, namun bila kita bisa membantu dalam mengatasi kecemasan tersebut, maka anak pun akan lebih cepat kembali normal. Agar anak bisa melupakan masalah yang membuatnya cemas, kita bisa memberikan hiburan dengan mengajak liburan, bermain bersama, jalan-jalan ke mall, atau dengan melakukan aktivitas lain yang disukai oleh sang buah hati. Akan lebih baik bila kita mengajak anak ke tempat terbuka, misalnya di taman, puncak, pantai, dll, agar anak bisa dengan bebas bermain, berteriak, dan menghirup udara segar.

Sumber: http://lagu2anak.blogspot.com/
Selengkapnya...

Selasa, 24 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Adaorang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak:

1. Kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi.

2. Intelegensi
Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual.

3. Jenis kelamin
Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.

4. Lingkungan
Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.

5. Status sosial ekonomi
Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominya tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah.

Pengaruh bermain bagi perkembangan anak
Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak
Bermain dapat digunakan sebagai terapi
Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak
Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak
Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak
Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak

Macam-macam permainan dan manfaatnya bagi perkembangan jiwa anak

A. Permainan Aktif

1. Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi
Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.

2. Drama
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.

3. Bermain musik
Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi, berdansa, atau memainkan alat musik.

4. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.

5. Permainan olah raga
Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.

B. Permainan Pasif

1. Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.

2. Mendengarkan radio
Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.

3. Menonton televisi
Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya.(iis)

Sumber : http://episentrum.com/artikel-psikologi/pengaruh-permainan-pada-perkembangan-anak
Selengkapnya...

Senin, 23 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Tato Naga dan Inisial "SL"

Oleh: Teguh Winarsho AS 
GADIS itu hanya menatap sekilas lalu melenyap menyibak kerumunan. Keluar dari kerumunan dengan kepala tertunduk hingga sebagian rambutnya berjatuhan menutupi wajahnya. Sementara sepasang kakinya melangkah cepat-cepat menyeberang jalan, berhenti di pinggir, menghadang kendaraan umum lewat. Ia tampak cemas, tergesa-gesa. Sesekali ia mengangkat telapak tangannya di atas alis mata menghalau cahaya matahari. Namun, tetap saja ia tidak bisa menyembunyikan rona wajahnya yang putih-pucat seperti habis ditampar. 

Belum ada kendaraan umum yang melintas membuat gadis itu kian cemas, menggigit bibir. Berkali-kali ia melirik arloji warna kuning emas di tangannya dengan perasaan kesal. Lalu berjalan mondar-mandir sembari sesekali menyorongkan tubuhnya kebahu jalan menatap arah jalan berlawanan memastikan apakah sudah ada kendaraan umum yang muncul dari tikungan jalan nun di sana. Tapi ia selalu kecewa sebab selain arak-arakkan perempuan dengan punggung terbungkuk-bungkuk penuh beban menuju pasar, sepeda onthel dengan keranjang sayur, kendaraan umum yang ia tunggu belum juga tampak.

Meski sadar bahwa berpikir pagi ini tak ada kendaraan umum yang melintas di jalan depan itu adalah pikiran sangat tolol, tapi entah kenapa diam-diam pikiran semacam itu melesak juga dalam batok kepalanya. Membuat pori-pori kulit wajahnya meregang merembes cairan bening-menjadikan ia ekstra sibuk harus melap cairan itu dengan perasaan gugup dan tangan gemetar. Membuat degup jantungnya kian berdebar-debar. Ya. Boleh jadi para sopir angkutan itu pagi ini mogok karena jumlah setoran yang semakin lama dirasa semakin mencekik leher, tak sebanding dengan tarif yang dikenakan bagi para penumpang. Atau, siapa tahu juragan armada angkutan itu mendadak bangkrut, menjual semua armadanya lalu beralih profesi sebagai juragan beras atau tembakau? Segalanya bisa mungkin!

Hari masih pagi, tapi tidak seperti biasanya sinar matahari terasa menyengat ubun-ubun. Namun, begitu-dari pinggir jalan gadis itu melihat sendiri dengan pandangan mata kian nanar-tak menyurutkan keinginan orang untuk memastikan sesosok tubuh laki-laki yang menggantung di pohon waru seberang jalan. Tidak terlalu tinggi memang, namun kebun yang hanya ditumbuhi rumput ilalang dan semak belukar itu cukup jelas menampakkan sosok laki-laki itu. Tubuhnya sesekali bergoyangan tertiup angin. Matanya mendelik, lidahnya terjulur. Orang-orang yang hendak menuju pasar atau anak-anak yang mau berangkat sekolah kian memadati kebun kosong tempat laki-laki itu menggantung diri.Percakapan mengalir dari mulut orang-orang itu membuat suasana pagi yang panas kian terasa gerah. 

Beberapa orang yang baru datang dan segera mengenali sosok laki-laki itu, menampakkan keterkejutan luar biasa, menggosok-gosok mata seperti tidak percaya. Mudrika, laki-laki naas itu selama ini dikenal sebagai preman pasar yang cukup ditakuti. Tubuhnya kekar, wajahnya tampan meski sorot matanya sedingin salju. Ada tato di dada kirinya dan bekas jahitan luka di lengan kanannya. Tidak ada orang yang tidak kenal nama Mudrika meski barangkali belum pernah melihat wajahnya. Selain berjudi dan mabuk-mabukan Mudrika suka memalak toko-toko milik warga keturunan yang berderet di sepanjang jalan kawasan pasar. Hanya toko-toko milik warga keturunan saja yang ia palak sedang toko-toko lain tidak.

Matahari kian merangkak ke atas. Angin berhembus menggoyang-goyang mayat Mudrika seperti bandol jam. Kadang batang pohon waru itu berkeriut seperti mau patah saat angin keras datang menghempas. Membuat perempuan-perempuan di sekitar itu kerap menahan nafas, menutup mulut dengan telapak tangan, atau memejamkan mata, tak sanggup membayangkan jika batang pohon waru itu benar-benar patah. Apa jadinya jika batang pohon waru itu benar-benar patah dan mayat Mudrika yang sudah kaku itu terhempas ke tanah? Mungkin kakinya akan patah dan tulang-tulangnya melesak keluar. Betapa mengerikan. Tapi perempuan-perempuan itu seperti terhipnotis, terus tegak di situ, terus bercakap-cakap hingga mulut mereka berbusa seperti rendaman cucian.

Di pinggir jalan gadis itu terus didera gelisah sebab kendaraan umum yang ia tunggu belum juga datang. Tubuhnya basah keringat. Kedua lututnya gemetar. Ia ingin segera enyah dari tempat itu tapi kedua kakinya terasa berat untuk melangkah. Ia khawatir tidak lebih sepuluh langkah tubuhnya akan oleng lalu rubuh ke tanah. Kerumunan orang di kebun kosong itu pastilah akan segera berhamburan pindah mengerumuni dirinya. Lalu, ah, bagaimana jika orang-orang itu kemudian menghubung-hubungkan dirinya dengan kematian Mudrika?

SEGERA kerumunan orang itu menyingkir memberi jalan pada empat Polisi yang datang sangat terlambat di tempat kejadian. Dua orang polisi tampak sibuk bicara dengan pesawat HT sementara dua lainnya membentangkan garis kuning pengaman. Orang-orang yang ada di sekitar situ terus bercakap-cakap dalam nada yang semakin lama semakin keras. Membuat lokasi kebun itu mirip tempat lelang pegadaian. Tidak berselang lama datang tiga orang polisi yang kemudian bekerja cepat menurunkan mayat Mudrika.Entah digerakkan oleh kekuatan gaib apa, tiba-tiba gadis itu bergegas menyeberang jalan menghampiri kerumunan, merangsek masuk ke dalam. Di atas tanah merah dan rumput ilalang yang patah-patah sebab terlalu banyak kaki yang menginjak, dengan jelas ia bisa melihat mayat Mudrika dibaringkan, kaku seperti gelondong kayu. Seorang polisi dengan sigap melepas tali yang membelit leher Mudrika lalu memaksa mengatupkan kedua belah matanya. Namun, tidak mudah mengatupkan mata yang sekian jam melotot, karenanya Polisi itu kemudian menyobek daun pisang lalu menutupkan di wajahnya.

Angin yang tiba-tiba berhembus kencang membuat beberapa kancing baju bagian atas Mudrika lepas, membuka. Sontak pandangan orang-orang tertuju pada dada kiri Mudrika. Tampak gambar tato naga dalam ukuran besar, seperti masih baru--tidak proporsional dengan bidang dadanya. Percakapan kembali membuncah. Orang-orang yang sering melihat Mudrika diam-diam merasa keheranan. Mereka tahu, dulu tak ada gambar tato naga di dada Mudrika, melainkan gambar tato keris. Mereka bertanya-tanya dalam hati, sejak kapan Mudrika mengganti gambar tato keris dengan tato naga? Tapi secepat pertanyaan itu melesat dari batok kepala setiap orang, secepat itu pula mereka segera melupakannya. Namun, tidak bagi perempuan itu.Dan perempuan itu, entah karena apa pula tiba-tiba tak bisa menahan debar jantungnya yang berdetak tidak karuan manakala melihat polisi itu mulai menggeledah pakaian Mudrika dan menemukan lipatan kertas warna merah jambu di saku celana Mudrika. Sejenak Polisi itu mengamati lipatan kertas itu, dibolak-balik, dibuka, dibaca, mengerutkan kening, lalu... mengedarkan pandangan pada kerumunan, tajam, seperti tengah menyelidiki wajah demi wajah yang ada di situ. Membuat gadis itu gugup, menggeser sedikit tubuhnya ke samping berlindung di balik tubuh pengunjung yang lebih besar.

HINGGA siang hari pihak kepolisian belum mampu menguak misteri kematian Mudrika. Kenapa Mudrika, preman pasar yang ditakuti itu tiba-tiba bunuh diri. Ada indikasi bahwa Mudrika bunuh diri karena patah hati, cintanya ditolak. Tapi tentu saja pihak kepolisian tidak mau gegabah menyiarkan kesimpulan itu karena tak ada bukti-bukti kuat kecuali sepucuk surat yang ditemukan di saku celana Mudrika yang sudah sulit dibaca karena selain lecek, luntur terkena keringat, juga tulisannya jelek persis cakar ayam. Sepucuk surat itu sedianya akan dikirim untuk seorang gadis yang namanya disingkat "SL". Kini pihak Kepolisian justru sedang berusaha keras mencari gadis dengan inisial "SL" seperti tercantum dalam surat itu. Para Polisi itu yakin dengan ditemukannya gadis berisinial "SL", maka misteri kematian Mudrika akan bisa diungkap. Tapi tentu saja ini merupakan pekerjaan rumit dan melelahkan.

Sementara itu di sebuah kamar yang sepi siang itu, seorang gadis cantik duduk di kursi menghadap jendela diluluri kesedihan mendalam. Tatapan matanya menerawang kosong menembus batang-batang pohon singkong di pekarangan samping. Di benaknya mengendap bayangan seorang laki-laki bertubuh kekar dan bertato. Teringat pula olehnya pertemuan demi pertemuan dengan laki-laki bertato itu yang sering dilakukan sembunyi-sembunyi. Hingga pertemuan terakhir semalam di tepi jalan yang remang saat laki-laki itu menunjukkan tato gambar naga di dada kirinya sebagai bukti kesungguhan cintanya terhadap dirinya sekaligus niat ingin merubah tabiat buruknya. 

Ah, andai saja dia mau bersabar, pasti tidak begini kejadiannya. Padahal aku hanya perlu waktu dua atau tiga hari untuk memastikan bahwa dia benar-benar mencintaiku. Juga untuk membicarakan semua ini pada Papa dan Mama. Atau, memang begitukah tabiat seorang laki-laki, selalu buta setiap kali jatuh cinta? Batin gadis itu melongsorkan nafasnya yang sekian lama tertahan di dada.

"Shin Ling, Shin Ling, apakah kau sudah dengar preman pasar itu semalam mati gantung diri? Bergembiralah, toko kita kini aman."

Tergeragap, Shin Ling, gadis cantik bermata sipit itu menoleh. Tampak seraut wajah tua berbinar-binar menyembul dari balik pintu. Namun, seperti tidak bergairah, hanya sekilas gadis itu menatap perempuan tua di depannya sebelum bola matanya perlahan bergerak ke atas, berdebar jantungnya saat menatap gambar naga di atas pintu. Pula hatinya kian disesah rindu...

"Ada apa Shin Ling? Kenapa kau? Sakit? Segeralah kau telepon Paman Koh Wat. Sampaikan kabar gembira ini!"

Malas gadis itu menghampiri kotak telepon di sudut kamar. Tapi ia sudah yakin dengan pilihannya sendiri untuk menghubungi kantor Polisi. * Depok, 2002 Sumber: Kompas, Edisi 06/30/2002
Selengkapnya...

Jumat, 20 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Tahanan Rumah

Sebelum akhir hayatnya, konon Ir. Soekarno, presiden pertama RI menjalani tahanan rumah. Ia tidak bisa bepergian kemana-mana karena langkahnya dibatasi secara ketat. Berbeda dengan tahanan kriminal yang dijebloskan ke balik terali besi, tahanan rumah tidaklah dikerangkeng. Namun bagi seorang aktivis, tahanan rumah saja sudah cukup menyiksa. Begitu pula yang dialami aktivis politik Myanmar, Aung San Su Kyi, yang cukup lama mendapat status sebagai tahanan rumah. Ia tidak bisa bertemu dengan para pendukungnya dalam partai apalagi dengan masyarakat biasa. Status tahanan rumah bagi dua orang di atas, sebagai contoh, adalah untuk membatasi gerak-gerik mereka yang dianggap bisa menganggu stabilitas negara atau pemerintah yang sedang berkuasa. Ada beberapa status tahanan yang pada hakekatnya membatasi sosialisasi seseorang dengan dunia luar. Pertama, tahanan dalam penjara. Kedua, tahanan rumah. Ketiga, tahanan kota. Ketiga jenis penahanan itu akan membatasi gerak-gerik dan sosialisasi seseorang dari lingkungannya yang luas secara wajar. Dalam kondisi seperti itu, ia tidak bisa berbuat banyak bagi sesama, kecuali dalam lingkup yang sangat terbatas. Namun ada orang yang secara sadar atau tidak sadar, memilih menjadi tahanan rumah. Ia membatasi gerak-geriknya hanya berkisar di rumah. Atau kalau dianalogikan, ada juga orang yang secara sadar atau tidak sadar, memilih menjadi tahanan kantor. Ia membatasi gerak-gerik dan sosialisasinya hanya sebatas di kantor. Orang-orang ini ialah orang-orang yang menyibukkan diri dengan berkutat di dalam rumah saja atau di kantor saja. Di masyarakat perkotaan yang seringkali sangat sibuk, ada orang-orang yang menjadi tahanan kantor dan tahanan rumah. Sepanjang hari ia bekerja di belakang meja kantornya. Pagi-pagi benar ia sudah harus pergi karena takut lalu lintas yang macet dan akan pulang hingga malam mulai larut karena pekerjaan kantor masih menyibukkannya. Sampai-sampai ia tidak sempat lagi bercengkrama dengan anggota keluarganya; istri dan anak-anaknya, jika ia telah berkeluarga. Jangan-jangan orang seperti ini, yang dijuluki workaholic, tidak sempat pula menyediakan waktu untuk tuhannya sehingga tidak sempat shalat. Sementara orang yang menjadikan dirinya sebagai tahanan rumah adalah orang yang merasa tidak perlu bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya. Tidak suka bergaul dengan para tetangga, tidak suka datang ke masjid atau surau di dekat rumahnya, bukan saja untuk beribadah mahdlah tapi juga untuk besilaturahmi dengan jamaah. Orang ini hanya berkutat di rumah saja meski sesungguhnya ia mempunyai potensi yang bisa diaktualisasikan dengan baik jika ia mau bergaul dengan masyarakat secara wajar. Orang ini hanya keluar untuk pergi sesuai keperluannya belaka kemudian pulang dan tenggelam dalam rumahnya. Di era modern dengan teknologi komunikasi dan informasi yang canggih, memang dimungkinkan orang menjalankan segala urusan hanya dengan bercokol di rumah. Tidak harus sibuk ke sana ke mari sebagaimana zaman dahulu. Namun yang terjadi kemudian adalah orang-orang merasa tidak perlu dengan orang lain secara fisik. Tidak perlu bertemu, bergaul, bersendaugurau sebagaimana wajarnya orang bermasyarakat. Tidak sempat atau tidak merasa perlu mengikuti organisasi sosial, baik yang bersifat keagamaan atau umum. Inilah yang kiranya dewasa ini mulai menggejala. Bahkan banyak anak-anak yang lebih suka main games (PS, game online) atau selalu menonton televisi di rumah dan tidak suka bergaul dengan anak-anak sebayanya di luar rumah. Padahal hakekat manusia adalah makhluk sosial. Sosial dalam arti yang sesungguhnya, yakni bergaul secara fisik juga, dan bukan hanya terhubung secara maya. Begitu pula sesuai hadis Nabi Muhammad saw, “khairunnasi anfa’uhum linnas”, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lainnya. Tuntunan hadis Nabi ini tentu tidak akan terlaksana dengan baik jika kita memilih menjadi tahanan kantor atau tahanan rumah. Yakni memilih menjadi orang yang sepanjang hari disibukkan dengan pekerjaan di kantor atau di dalam rumah belaka dan tidak sempat bergaul secara baik dengan masyarakat di sekitar kita. Sungguh tidak nyaman jika anak kita sendiri memanggil kita sebagai “Om” karena ia tidak pernah melihat kapan kita berada di rumah lantaran saat kita pergi dan pulang si anak dalam kondisi sedang tidur. Dan tidak nyaman pula jika tetangga kita sendiri sampai merasa tidak kenal dengan kita lantaran kita selalu terbenam di rumah saja sepanjang hari. Allahu a’lam. (Zainul Arifin/Pontianak)
Selengkapnya...

Kamis, 19 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Mi Instan Bukan untuk Semua Orang

Mi instan yang merakyat itu kini telah mendunia. Produk ini digemari mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Sifatnya yang praktis, bervariasi, rasanya enak, dan harganya terjangkau merupakan daya tarik yang luar biasa. Dari sisi kesehatan, sebenarnya tidak semua orang boleh mengonsumsi mi instan.

Mi instan adalah produk olahan mi yang telah mengalami proses pemasakan lanjutan (instanisasi), yaitu dikukus dan digoreng atau dikeringkan dengan udara panas hingga titik gelatinisasinya, lalu dikemas. Proses ini memungkinkan tingkat kemasakan mi yang sempurna dapat dicapai hanya dalam 3-5 menit perebusan.

Menurut dr.Ari Fahrial Syam, Sp.PD, ahli penyakit dalam dari FKUI RSCM Jakarta, orang yang menderita gangguan lambung tidak disarankan untuk mengonsumsi mi. "Untuk penderita sakit maag mi tidak disarankan karena mi mengandung ragi sehingga akan menambah gas di lambungnya," katanya.

Selain itu, kandungan monosodium glutamat (MSG) pada mi instan juga sebaiknya dihindari oleh pengidap tekanan darah tinggi. "Natrium pada MSG akan membuat tekanan darah tinggi meningkat," ucap salah satu staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM ini.

Ia menambahkan, sebagai "pengganjal" perut darurat, boleh saja mengonsumsi mi instan, namun bukan untuk dimakan secara rutin. "Yang terbaik tetaplah makanan yang segar karena nilai gizi dan vitaminnya masih tinggi," katanya.

Sumber: http://female.kompas.com
Selengkapnya...

Rabu, 18 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Takaran Tepat, Pengawet Mi Instan Aman

Mi instan memang fenomenal di Indonesia. Meskipun sering beredar rumor soal efek buruk konsumsi mi instan bagi tubuh, penjualan produk makanan ini seperti tak terpengaruh. Konsumsi mi instan di negeri ini sudah menembus lima kilogram per kapita pada 2005.

Namun, isu penarikan produk mi instan produksi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk di Taiwan menimbulkan kembali isu keamanan pangan. Departemen Kesehatan Taiwan menyatakan, produk mi instan Indonesia itu mengandung zat pengawet E218 atau methyl p-hydroxybenzoate yang seharusnya digunakan untuk bahan kosmetik dan kecantikan.

Pemberitaan media lokal di Taiwan juga menyebutkan, konsumsi mi instan Indonesia tersebut menyebabkan nyeri pada lambung dan berbagai gangguan lain.

Menanggapi berita tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) menjelaskan, nipagin alias methyl p-phydroxybenzoate yang berfungsi sebagai pengawet aman dengan batas maksimum penggunaan. Untuk kecap, batas maksimum penggunaan yang diizinkan adalah 250 mg/kg.

Kepala Badan POM Kustantinah menyebutkan, dari kajian persyaratan di beberapa negara, seperti Kanada dan AS, batas maksimum penggunaan nipagin dalam pangan yang diizinkan adalah 1.000 mg/kg; sedangkan di Singapura dan Brunei, batas maksimum penggunaan dalam kecap 250 mg/kg dan Hongkong sebesar 550 mg/kg.

"Dengan demikian, produk mi instan yang terdaftar di Indonesia dinyatakan aman untuk dikonsumsi," kata Kustantinah.

Sementara itu, Eddy Setyo Mudjajanto, dosen gizi masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) menyatakan, bahan pengawet yang dipakai oleh industri mi instan banyak sekali jenisnya dan secara umum aman.

"Selama ini, kita memakai standar makanan yang berkiblat pada badan keamanan pangan di Amerika/FDA. Jika dikatakan aman, kita mengikuti. Namun, meski dinyatakan aman, perlu dikaji apakah jumlahnya juga dalam level aman," katanya.

Berdasarkan riset yang pernah dilakukan IPB terhadap produk mi instan yang beredar di Indonesia, Eddy mengatakan, jumlah bahan pengawet yang dipakai jumlahnya bervariasi. "Saya tidak hafal rinciannya, tetapi secara umum ada 7 komponen dalam mi instan, termasuk pengawet, pewarna, dan antioksidan," urainya.

Mengenai dampak zat pengawet bagi kesehatan, ia menyebutkan, jika makanan berpengawet dikonsumsi secara rutin dan terus-menerus, bisa memicu gangguan kesehatan, termasuk kanker.

"Memang belum ada bukti ilmiah mengenai hal ini, baru dugaan. Karena itu, sebaiknya konsumsi mi instan sebaiknya dibatasi maksimal tiga kali dalam seminggu," katanya.

Masalah benar tidaknya dugaan tersebut, tentu perlu menjadi perhatian Kementerian Kesehatan karena mi instan banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia.

Sumber: http://health.kompas.com/read/2010/10/12/07560045#
Selengkapnya...

Selasa, 17 Januari 2012 1 komentar By: sanggar bunga padi

Mengapa Air Rebusan Mi Instan Harus Dibuang?

Mi instan merupakan salah satu makanan yang paling mudah ditemukan, praktis, dan disukai banyak orang karena rasanya yang enak. Daya simpannya yang lama juga membuat mi instan kerap menjadi pilihan untuk mereka yang tinggal sendiri, namun tak punya waktu untuk memasak.

Meski begitu, terlalu banyak mengonsumsi mi instan disinyalir akan menimbulkan banyak efek negatif bagi tubuh oleh karena kandungan bahan pengawet atau penyedap rasanya. Kemudian, selain kandungan karbohidrat, mi instan tak cukup memiliki kandungan vitamin, mineral, atau serat, yang bermanfaat bagi tubuh. Sehingga, pada dasarnya mi instan tidak cukup memiliki nutrisi bagi keseimbangan gizi tubuh manusia.

"Namun yang paling berbahaya adalah adanya kandungan bahan pengawet, MSG (monosodium glutamat), dan bahan pewarna makanan yang ada di dalam mi instan," ungkap dr Patricia Wijaya, dokter ahli kecantikan dari Beauty Inc.

Kandungan bahan berbahaya dalam mi instan ini didapatkan dari proses pengolahan sampai proses pengawetan yang dilakukan dengan cara menggoreng mi sampai kering. Proses penggorengan biasanya menggunakan minyak goreng, yang membuat air rebusan menjadi keruh dan sedikit berminyak ketika direbus.

"Banyak orang yang mengatakan bahwa air rebusan pertama ini harus dibuang agar pengawetnya hilang. Namun sebenarnya zat pengawet ini tidak akan hilang," tukas dr Patricia.

Air rebusan mi instan yang pertama akan mengeluarkan minyak dan zat kimia lainnya yang mungkin saja digunakan untuk membuatnya. Namun, bahan pengawet dan kandungan lain yang berbahaya bagi kesehatan ketika diolah lebih lanjut ini tidak akan hilang 100 persen. Ia hanya akan berkurang sedikit ketika air rebusan pertama dibuang.

Kandungan minyak, bahan pengawet, MSG, dan zat pewarna masih akan tetap menempel pada mi instan meski kadarnya sudah berkurang beberapa persen. Perlu Anda ketahui, penggunaan bahan pengawet tak selamanya membahayakan, karena produsen mi instan tentunya harus mengikuti standar aman yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun kandungan bahan kimia ini masih berpotensi untuk menyebabkan berbagai gangguan kesehatan bila dikonsumsi secara rutin. "Efek yang dirasakan memang adalah efek jangka panjang, misalnya gangguan pencernaan, konstipasi, sampai kanker pencernaan, dan lainnya," tukasnya.

Dalam jangka panjang, bahan kimia tersebut juga akan sangat berbahaya bagi kecantikan wajah dan kulit. Kulit menjadi lebih kering, yang kelak akan menimbulkan berbagai gejala penuaan dini. Selain itu, mi instan juga akan merusak program diet Anda, karena kadar kalorinya tinggi. Sekali lagi, boleh-boleh saja menikmati mi instan, tetapi sebaiknya tidak dikonsumsi terlalu sering. Jangan menjadikan mi instan sebagai makanan utama, melainkan sebagai jajanan selingan saja. Tetaplah mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang untuk sarapan, makan siang, dan makan malam.

Sumber: http://female.kompas.com/
Selengkapnya...

Senin, 16 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Tips Biar Si Kecil Pandai Bicara

Melatih anak untuk pandai berbicara sangat penting. Selain untuk mencegah terlambatnya kemampuan anak dalam bicara, tentu saja akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang tua bila memiliki anak yang terlihat cerdas saat berbicara. Semakin cepat anak bisa berbicara, maka akan semakin cepat pula perkembangan otak anak. Karena biasanya anak yang sudah mulai banyak bicara, akan banyak bertanya. Dan pada saat kita banyak menjawab pulalah maka perkembangan otak anak akan terstimulasi dan anak pun menjadi kaya akan banyak pengetahuan baru. Bagaimana agar si kecil pandai dalam berbicara?

1. Sering “Berbasa-basi” pada anak
Bagi kita, mungkin berbasa-basi adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Namun bagi seorang anak, hal ini sangatlah penting. Mengapa? Karena beberapa topic pembicaraan yang bagi kita tidak penting, bagi seorang anak tentu akan menjadi sangat penting. Karena kadang dari hal-hal yang menurut kita nggak penting bisa menjadi hal yang luar biasa bagi seorang anak. Jadi di sini kita harus pandai juga dalam memahami kebutuhan seorang anak. Misalnya pada saat si kecil baru saja terbangung dari tidurnya di pagi hari, mungkin kita bisa mengatakan,”Selamat pagi… Wah… Jagoanku udah bangun neh… Tempat tidurnya sudah rapi belum ya? Lekas mandi ya… Kalau mandi yang bersih ya… “

2. Menjawab pertanyaan anak dengan penjelasan
Hal inii juga sangat penting. Layaknya seorang anak meminta sepotong roti tawar pada ayahnya, tapi sang ayah memberikan sepotong roti tawar plus dua potong roti isi sosis dan keju. Misalnya, pada saat kita berjalan di kebun binatang dengan si kecil, dan dia bertanya”Ma… Itu apa?” Jangan Cuma menjawab,”Gajah”, tapi alangkah lebih baik bila kita menjawab,”Itu adalah gajah. Gajah suka makan kelapa lho… . Dia punya gading yang indah dan kuat. Lihat tuh… Belalainya panjang dan punya gading yang indah.”

3. Menjadi pendengar yang baik
Menjadi pendengar yang baik adalah hal yang penting juga, karena hal ini tidak hanya bermanfaat agar anak bisa lebih terbuka dengan kita kelak pada saat dia menginjak tahap usia yang lebih dewasa, namun juga melatih anak untuk bisa bebas mengekspresikan diri. Saat sang buah hati mulai “cerewet”, alangkah lebih baik bagi kita untuk menjadi pendengar yang baik, dan berbicara seperlunya saja. Kita jangan bersikap cuek, melainkan tetap berusaha memperhatikan atau mendengarkannya, meskipun kita merasa apa yang dikatakannya “gak penting banget….”

4. Mendongengkan dan bernyanyi buat anak
Aktivitas mendongeng dan benyanyi memang kaya akan berjuta manfaat. Tidak hanya memberikan hiburan, namun juga menambah wawasan anak, melatih kecerdasa, namun juga memperkaya kosa kata baru bagi anak. Bila anak kaya akan kosa kata, maka akan lebih mudah untuk menyusunnya menjadi sebuah kalimat.

5. Jangan memarahi Saaat Anak mengatakan hal yang “Tidak Sopan”.
“Tidak sopan” di sini bisa berupa kata-kata kotor, kata-kata yang kasar, atau kata-kata lain yang tidak pantas diucapkan oleh seorang anak. Bila anak mengatakan hal yang kurang pantas, sebaiknya kita jangan memarahi, apalagi dengan membentaknya. Tapi berusahalah untuk tetap tenang, dengan mengatakan bahwa kata-kata itu tidak sopan dan meminta tidak mengulangi kata-kata tersebut kembali. Bila perlu kita menanyakan dari mana si kecil mendapatkan kata-kata itu, bila kata-kata itu didapatkan dari sebuah acara di TV, maka sebaiknya kita ikut mendampingi saat anak menonton TV.

6. Banyak Bertanya
Untuk hal-hal yang buah hati kita tidak tahu, mungkin kita akan lebih banyak menjelaskan, namun untuk hal-hal yang buah hati kita sudah banyak tahu, akan lebih baik bila kita banyak bertanya. Misalnya setelah sang anak nonton suatu acara TV. Cobalah bertanya,”Bagus tidak ceritanya? Siapa aja pemainnya? Gimana akhir ceritanya”. Hal ini akan sangat bermanfaat agar anak bisa lebih terbuka pada kita di kemudian hari dan melatih kemampuan anak untuk mendeskripsikan sesuatu.

7. Media permainan
Media permainan biasanya diperlukan agar sang buah hati bisa belajar sambil bermain. Media permainan sangat beragam. Bisa berupa buku cerita bergambar, kartu bergambar, mainan miniature, dan lain-lain. Sebagai contoh untuk buku bergambar. Marilah kita damping sang buah hati saat membaca buku bergambar tersebut, sehingga kita bisa menjelaskan semua gambar yang ada di dalam buku tersebut.

8. Tidak banyak melarang
Bila kita ingin sang buah hati lebih pintar berekspresi, sebaiknya kita tidak melarangnya. Larangan-larangan yang biasa kita lakukan sebaiknya diubah menjadi sebuah penjelasan yang memiliki makna sebab akibat. Misalnya, bila si kecil bermain gunting. Kita berikan penjelasan pada si kecil, “Nak… Gunting itu buat memotong kertas atau kain. Bukan buat mainan. Kalau buat mainan berbahaya. Nanti jarimu bisa terluka.” Seorang anak adalah pribadi yang selalu ingin tahu. Jangan sampai dari hal-hal yang sepele tersebut, si kecil menjadi kurang bisa terbuka dengan kita, karena kita terlalu banyak melarang tanpa si kecil tahu sebabnya. Jangan lupa untuk mengatakan hal itu dengan halus dan penuh kasih sayang.

9. Mengikutkan lomba-lomba dan aktivitas sosial lainnya
Aktivitas sosial dan lomba sangat penting buat anak, yaitu agar si kecil semakin mengenal “dunia luar”. Semakin banyak aktivitas yang diikuti, maka anak akan semakin mendapatkan banyak teman dan pengetahuan baru atau semakin banya teman yang di dapat, semakin banyak pula pengetahuan baru yang didapatkan.Hal ini juga untuk membiasakan anak agar terbiasa tampil di depan umum atau orang-orang baru.

Bila buah hati kita sudah pandai berbicara dan berekspresi, kita sendirilah yang akan merasakan manfaatnya.

Sumber: Karya Kak Zepe (http://lagu2anak.blogspot.com/)
Selengkapnya...

Pencuri (Bukan) Malaikat

Oleh: TEGUH WINARSHO AS
Asshalatu khairu minna naum…
Allahu akbar, Allhu akbar….
Laa illaha illallah….

SENYAP subuh tiba-tiba pecah oleh gema suara azan. Laki-laki itu, Hasan, hatinya bergetar. Ia harus segera menunaikan kewajibannya. Mengambil air wudu dan salat berjemaah. Tapi, ah, ada sesuatu yang membuat pikirannya resah gelisah. Kedua kakinya enggan melangkah. Tampak di atas, langit subuh meremang bertabur bintang sisa malam pekat yang nyaris pudar. Sementara di udara, kabut tipis mulai bergerak dari arah bukit melulur pepohonan, bergetar pada lampu-lampu neon di pinggir jalan.

Setelah menghimpun segenap kekuatan, Hasan memberanikan diri keluar dari balik rumpun bambu dan ilalang. Berjalan mengendap-endap menerobos semak belukar, menyembunyikan buntalan karung di antara semak tak terjamah. Di jalan depan, dalam remang pandang Hasan melihat beberapa orang tua berjalan terbungkuk-bungkuk menuju surau. Mengamit tasbih. Aroma minyak wangi meruap dari tubuh orang-orang tua itu menyentak hidung Hasan.

Hasan berjingkat keluar dari pekarangan mengikuti langkah orang-orang itu menuju surau. Jalanan tampak lengang karena memang begitulah jemaah subuh di surau, hanya berisi orang-orang tua tak pernah lebih enam orang. Dingin air yang mengucur dari padasan, terasa dingin membasuh wajah Hasan manakala ia wudu. Sejurus kemudian Hasan melangkah hati-hati menapaki undakan surau, duduk bersila di barisan depan menunggu ikamat. Geremeng suara zikir membuat Hasan hanyut, terlena, hingga mulutnya ikut bergerak melafalkan asma Allah dengan segenap rindu dan kepasrahan.

Lalu, seseorang mengumandangkan ikamah. Hasan segera berdiri dan sempat menghitung, hanya ada lima orang yang berjemaah. Hati Hasan tiba-tiba perih, seperti tertusuk beribu duri.

“Matamu merah, Hasan. Apakah semalaman kau tidak tidur?” usai salat subuh Haji Ali menghampiri, menepuk pundak Hasan.

Hasan tergeragap, menggosok-gosok mata. “Belum, Pak Haji….” Suara Hasan parau, membetulkan duduk.

“Aku kagum padamu, Hasan. Kau anak muda yang masih mau menjaga rumah Allah. Seperti kau lihat sendiri tak ada anak muda yang mau jemaah subuh di sini. Hanya orang-orang tua yang sudah bau tanah,” kata Haji Ali penuh kekaguman pada Hasan. Senyumnya mengembang. “Oh, ya, kudengar kau sudah memutuskan tinggal di kampung ini. Itu baik sekali. Amalkan ilmu yang kau peroleh selama di pesantren untuk kemaslahatan umat.”

“Insya Allah, Pak Haji. Selain itu, sudah lama saya punya cita-cita ingin mendirikan masjid di kampung ini.”

“Masjid? Aku setuju sekali, Hasan. Surau ini sudah terlalu tua dan tak layak. Tapi apakah kau punya uang? Untuk mendirikan masjid butuh uang tidak sedikit. Kau tahu sendiri, banyak orang kaya di kampung ini, tapi mereka enggan mengeluarkan sebagian harta kekayaan mereka di jalan Allah.”

Hasan mengempaskan napasnya yang sekian lama tertahan di dada. Ada perasaan perih yang menikam. “Mudah-mudahan Allah memberi saya rezeki yang banyak, sehingga saya bisa mewujudkan keinginan itu. Saya juga berharap nantinya orang-orang kampung kemudian rajin datang ke masjid.”

“Amin. Amin. Memang, siapa lagi yang akan memuliakan rumah Allah, jika bukan kita umatnya? Aku sangat mendukung gagasanmu, Hasan.”

Hasan mengangguk-angguk. Di Timur, di antara lengap kabut dan embun yang masih menempel di ujung dedaunan, seberkas cahaya merah perlahan merekah. Sebentar lagi terang matahari menyentuh tanah. Sebentar lagi orang-orang kampung keluar rumah. Mendadak Hasan gelisah. Ia teringat buntalan karung yang ia sembunyikan di antara semak tak terjamah di pekarangan kosong seberang jalan. Tak ingin berlama-lama, Hasan segera menyalami laki-laki tua di depannya, pamit mohon diri.
***

Azan isya baru saja berkumandang. Tapi Hasan tidak segera bergegas ke surau lantaran di rumahnya, di atas tikar pandan, kini duduk tiga anak muda. Pandangan mata mereka tegas, tajam, menyiratkan niat yang tulus dan kesungguhan. Sembari mengelus-elus jenggotnya yang mulai tumbuh, Hasan menatap satu persatu anak muda sebaya dia itu. Lalu, “Mulai sekarang, berjemaahlah kalian di sini. Sebab, masjid tak lain adalah tempat sujud. Akan kudirikan masjid di rumah ini!” Dalam senyap suara Hasan bergetar. “Banyak orang kaya di kampung ini, tapi tak ada sebuah masjid pun! Astaghfirullah….”

“Kau ingin mendirikan masjid? Apakah kau punya uang?” Seseorang bertanya ragu.

Sejenak Hasan menatap orang itu lalu tertawa pelan. Matanya sahdu, lembut dan dalam, seperti bening telaga di pegunungan. “Allah Mahakaya dan Maha Pemurah,” jawab Hasan penuh kepastian.

Memutar-mutar butir tasbih, hatinya terus berzikir. “Kekayaan Lurah Santani, Juragan Gambuh, Carik Wadi, Pak Baskoro, Pak Gani, tak ada apa-apanya di hadapan Allah.”

Sesaat Hasan melepaskan tasbih, menjentikkan jari kecilnya. “Ingat, Allah Penguasa dan pemilik langit dan bumi, tak akan kekurangan cara untuk membuat seseorang menjadi kaya atau tiba-tiba jatuh miskin! Kun faya kun! Jadi, maka jadilah!”

Dingin malam menerobos jendela. Disusul gerimis, tiris. Tapi, tiga anak muda itu tetap tak berpaling dari hadapan Hasan. Duduk khusyuk. Dalam hati mereka memendam kekaguman pada Hasan. Ya, Hasan, yatim piatu yang dulu teramat miskin, setelah delapan tahun lebih merantau kini pulang dengan pikiran gemilang dan mulai beranjak dari kemiskinannya. Semua orang tahu, sepetak sawah peninggalan orangtua Hasan, mustahil bisa membuat Hasan seperti sekarang ini. Apalagi musim kemarau panjang, sawah itu tak menghasilkan apa-apa, kecuali bongkah-bongkah tanah merah.

“Ketahuilah, semua yang ada di langit dan bumi ini milik Allah. Di situ melimpah rezeki Allah, asal kita mau bekerja keras dan istikamah!” Suara Hasan menjadi lirih, ditelan gerimis yang nampaknya akan menjadi hujan deras. Sesekali angin kencang meliuk, mengempas daun-daun mangga di halaman depan. Hasan beranjak menutup jendela. Selingkar tasbih masih melekat erat di genggamannya.

“Maksudmu?”

Hasan seperti terkejut mendapat pertanyaan itu. Tapi senyum yang kemudian mengembang di bibirnya mampu menghapus keterkejutannya. “Beribadah hanya kepada Allah dan bekerja giat!”

“Selama ini aku sudah bekerja giat dan tekun beribadah. Tapi aku masih tetap miskin. Seandainya aku mencuri, apakah aku berdosa?”

Kembali Hasan tersentak. Sesaat keningnya berkerut. Namun, bibirnya kembali bergerak, tersenyum. Matanya menyorot teduh. Wajahnya bercahaya. “Suatu hari para sahabat datang ke rumah Khalifah Umar mengadukan seorang pencuri yang ketahuan mengambil harta milik orang kaya. Para sahabat menginginkan agar Khalifah Umar sendiri yang memotong tangan pencuri itu. Akan tetapi, Khalifah Umar tidak tega melakukannya karena pencuri itu hidupnya miskin. Beberapa hari kemudian para sahabat datang lagi ke rumah Khalifah Umar membawa pencuri yang sama. Kembali Khalifah Umar tidak tega memotong tangan pencuri itu. Khalifah Umar justru bilang, jika dia sampai mencuri untuk yang ketiga kalinya, maka yang harus dipotong bukan tangan si orang miskin, melainkan tangan si orang kaya. Jadi….”
***

Kampung Majnun yang sebagian besar penduduknya kaya raya dilanda resah, terancam bangkrut, miskin. Setiap malam ada saja warganya yang mengaku kecurian. Bahkan di siang bolong, seekor kambing bisa hilang dari kandang. Sepeda motor yang baru diparkir di halaman rumah mendadak raib, hilang. Begitu pula televisi, tape, radio, jemuran, buah-buahan, begitu cepat lesap dari pandangan. Sedetik saja lepas dari pandangan, barang-barang itu bisa melayang.

Meskipun keamanan sudah ditingkatkan, pencuri itu selalu berhasil lolos. Malam adalah saat keresahan menebah menghantui penduduk kampung hingga mereka tak bisa tidur nyenyak. Belum pernah mereka dicekam keresahan seperti ini. Orang-orang pun kemudian sibuk menjaga harta bendanya masing-masing.

Sementara itu, Hasan dibantu tiga orang temannya sibuk merampungkan fondasi masjid di tanah pekarangan rumahnya.

“Allah menguji mereka dengan kehilangan harta benda semata-mata agar selalu ingat pada Allah. Bukankah Allah yang telah memberi mereka kemakmuran? Kelak, jika masjid ini selesai dibangun mudah-mudahan mereka sadar, kembali ke jalan Allah.” Suara Hasan terdengar lantang di siang terik, mengelus-elus jenggotnya yang kian panjang dan lebat sembari mengawasi Burhan, Munaf, dan Rasyid, tiga murid setia yang terus sibuk merampungkan fondasi masjid. Terengah-engah tiga orang itu, menggotong batu, mengangkut pasir dan membuat adonan semen. Truk sesekali menderu menurunkan bahan bangunan.

“Apakah Allah akan mengutuk kampung ini?”

Termenung sesaat, Hasan menggeleng. “Mudah-mudahan Allah mengampuni mereka. Allah Maha Pengampun dan Penyayang. Oya, Munaf, apakah bapakmu sekarang sudah mulai salat?”

Munaf yang ditanya mengangkat kepalanya. “Sudah. Bahkan kadang puasa Senin-Kamis.”

“Bagus. Mudah-mudahan kelak bisa menjadi ahli surga. Bagaimana dengan bapakmu, Burhan?”

“Kemarin sudah rajin, tapi sekarang berhenti.”

“Kenapa?” Hasan kaget, mendekat.

“Sejak sepeda motornya hilang, bapak tak mau salat!”

Mendengar jawaban itu wajah Hasan memucat bagai tersengat arus listrik. Tapi hanya sesaat. “Apakah rumahmu masih yang di dekat sungai itu, Burhan? Rumah paling megah di antara penduduk di sekitarnya?”

“Benar. Ada apa?”

“Oh…tidak apa-apa. Mungkin bapakmu lupa zakat. Suruh bapakmu kembali salat. Semoga Allah mengganti dengan rezeki yang berkah dan berlimpah.”
***

Tak ingin pembangunan masjid tersendat-sendat, Hasan akhirnya menyewa tenaga kuli bangunan. Diam-diam warga kampung berdecak kagum. Di tengah kemiskinan yang terus merongrong, Hasan justru makin kaya. Meskipun lantai masih tanah, dinding belum dilapisi semen, kubah belum dipasang, tapi masjid itu sudah digunakan untuk salat berjemaah. Hasan selalu mengumandangkan azan sekaligus bertindak sebagai imam. Pada jemaah salat subuh Hasan akan memberi ceramah singkat. Tapi, hanya hari-hari pertama saja masjid itu ramai. Hari-hari berikutnya sepi. Jemaahnya tak pernah lebih sepuluh orang.

Keresahan warga kampung kian buncah lantaran sudah hampir delapan bulan pencuri yang meresahkan itu belum tertangkap. Segala upaya sudah dikerahkan, tapi selalu gagal. Memang, beberapa orang pernah melihat pencuri itu, tapi seperti siluman pencuri itu tiba-tiba lenyap dalam gelap. Tak pernah terendus jejaknya. Beberapa orang lagi pernah melihat pencuri itu mengendap-endap masuk serambi masjid, tapi begitu dilihat ke dalam, hanya kelenggangan yang ada.

Dendam yang tak tertahan membuat warga kampung terus berjaga-jaga sepanjang siang dan malam. Mereka banyak yang berhenti bekerja hanya karena ingin menangkap pencuri. Dan, entah dari mana sumbernya, kasak-kusuk itu mulai santer terdengar. Kasak-kusuk yang menyebut nama Hasan sebagai biang kerok pencurian selama ini. Begitulah, kebencian mulai tumbuh di dada setiap orang pada Hasan. Tumbuh subur seperti jamur di musim hujan. Orang-orang pun mulai mengintai setiap gerak-gerik Hasan.

Hingga suatu malam, ketika bulan bersinar cukup terang, misteri panjang itu mulai terungkap. Sepuluh orang lebih, tak mungkin pandangan mata mereka tertipu. Dan, laki-laki yang sembunyi di balik semak-semak dengan buntalan melekat di punggung itu, jelas tak lain kecuali Hasan! Dengan pedang terhunus dan kebencian membuncah, serentak orang-orang memburu laki-laki itu. Mereka tampak beringas, bersorak-sorai, justru karena orang yang selama ini dikenal alim dan saleh oleh masyarakat ternyata seorang pencuri ulung.

Kentongan segera dipukul, pedang diayun-ayunkan, sesekali tampak berkilat tertimpa cahaya bulan.

Pencuri itu tinggal lima belas atau dua puluh meter lagi, tapi mendadak orang-orang berhenti. Merapat. Menajamkan pendengaran. Dari masjid, suara azan subuh terdengar nyaring, menggema, menusuk-nusuk gendang telinga. Selain sudah sangat hafal, telinga sepuluh orang tak mungkin salah dengar. Jelas suara azan itu milik Hasan! Ya, suara Hasan! Dan, bukankah hanya Hasan satu-satunya orang di kampung yang sudi mengumandangkan azan?

Lalu siapa pencuri itu? Dalam diam orang-orang saling pandang. Heran.

Depok, 2004-2005
Teguh Winarsho AS, lahir di Kulonprogo (Yogyakarta), 27 Desember 1973. Pernah mendapat kehormatan sebagai cerpenis terbaik se-Jawa Tengah versi Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto. Cerpen-cerpennya banyak menghiasi media massa, seperti Republika, Kompas, Horison, Media Indonesia, Koran Tempo, The Jakarta Post, Matra, Suara Karya, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Kedaulatan Rakyat, Bernas, Lampung Post,Bisnis Indonesia, Warta Kota, Pikiran Rakyat, Trans Sumatera, Jawa Pos,Surabaya Post, Minggu Pagi, Suara Merdeka, Wawasan, Solo Pos, Annida, Sabili, Nova, Citra dll.
Tulisan-tulisannya dalam bentuk antologi bersama adalah Tamansari (Pustaka Pelajar, 1998), Aceh Mendesah dalam Nafasku (Kasuha, 1999), Embun Tajalli (Aksara, 2000Bunga-Bunga Cinta(Senayan Abadi, 2003), Wajah di Balik Jendela(Lazuardi, 2003), Jika CintaSenayan Abadi, 2003), Pipit Tak Selamanya Luka(Senayan Abadi, 2003), Jalan Tuhan(Lazuardi 2004), dll. Kumpulan cerpen tunggalnya yang telah terbit, Bidadari Bersayap Belati(Gama Media, 2002), Perempuan Semua Orang (Arruzz, 2004). Kabar dari Langit (2004), Tato Naga (2005) dan novel Tunggu Aku di Ulegle, roman dan tragedi di bumi serambi Mekah (2005). Salah satu cerpennya masuk dalam kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 2003. Sementara novelnya Di Bawah Hujan dimuat bersambung di harian Suara Pembaruan, edisi 10 April - 7 Juni 2000.
Selengkapnya...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...