Jumat, 13 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

4 Cara Ajari Si Kecil Mengucap Terima Kasih

Memiliki anak yang pandai dan santun menjadi impian setiap orangtua. Namun, mendidik anak untuk bersikap santun tidaklah mudah. Sopan santun sudah selayaknya diajarkan sejak dini agar menjadi kebiasaan bagi si kecil. Salah satu sopan santun yang paling mudah untuk dilakukan adalah mengucapkan terima kasih.

Meski sebenarnya mudah, namun kenyataannya kata-kata ini sangat jarang diucapkan anak-anak zaman sekarang. Kata-kata ini dianggap biasa, padahal ucapan terima kasih punya arti dan makna mendalam. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat anak-anak tak segan mengucapkan terima kasih:


1. Beri contoh. Anak adalah peniru ulung, maka sebaiknya berikanlah semua contoh baik kepada anak-anak termasuk juga mengucapkan terima kasih. Sebuah studi menyatakan bahwa anak-anak meniru setidaknya 25 persen perkataan orang yang sering didengarnya. Biasakan anak mendengar kata "tolong" dan "terima kasih" setiap harinya pada berbagai kondisi.

2. Jelaskan artinya. Sebagian besar anak-anak hanya kenal mengucapkan "terima kasih" sebagai formalitas setelah diberi bantuan atau pada beberapa kondisi tertentu. Sebaiknya beri pengertian anak-anak akan arti kata-kata tersebut dan apa pengaruhnya bagi orang yang mendengarkan. Setelah mengerti arti kata tersebut maka anak-anak dapat lebih menghargai orang lain dan mengucapkannya dengan tulus.

3. Gambarkan perasaan si pendengar. Ajak anak untuk membayangkan dan mengalami sendiri berbagai perasaan yang diakibatkan dari ucapan tersebut. Ajak mereka untuk membayangkan betapa senangnya dan bahagianya perasaan seseorang mendengar ucapan tersebut karena perbuatan mereka dihargai.

4. Ekspresi rasa syukur. Jelaskan juga kepada anak-anak, bahwa dengan mengucapkan terima kasih, anak-anak secara tidak langsung juga mengekspresikan rasa syukur pada Tuhan atas semua berkahnya.

Sumber: http://female.kompas.com/
Selengkapnya...

Kamis, 12 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Aktivitas Yang Mencerdaskan Anak

Seorang anak adalah sebuah pribadi masih mudah terbentuk. Dalam membentuk seorang anak diperlukan bantuan dari orang tua. Orang tua sangat berperan penting dalam proses ini, terutama dalam proses menderdaskan anak. Manusia memiliki lima indera yang digunakan untuk menyerap informasi dan pengetahuan dari luar. Kelima indera inilah yang harus dilatih untuk menghasilkan anak yang cerdas. Lalu bagaimana cara melatihnya?

1. Berkomunikasi

Komunikasi adalah hal yang paling penting dalam proses pembelajaran anak. Dengan berkomunikasi seorang anak bisa mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan yang baru. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan kedekatan antara orang tua dan anak. Dengan kedekatan tersebut, maka proses “transfer ilmu” dari orang tua kepada anak pun bisa berjalan dengan baik.

2. Mengulang dan mengulang

Mendidik seorang anak memang butuh kesabaran. Mungkin seorang anak akan menanyakan hal yang sama, meskipun kita merasa pernah mengajarkannya. Namun ini adalah proses bagi seorang anak dalam menyerap pengetahuan. Kita tidak perlu dengan marah-marah mengatakan,”Lho… Kemarin kan sudah Papa kasih tahu...” Namun tetaplah menjelaskan dan menjawab apa yang ditanyakan oleh buah hati kita dengan penuh kesabaran. Dengan pengulangan akan menjadi sebuah kebiasaan. Hal ini juga bisa kita terapkan dalam pembentukan moral buah hati kita. Ajarkan anak akan pentingnya berterima kasih, dengan kita banyak mengucapkan terima kasih kepada buah hati dan kepada orang lain, terutama di depan buah hati kita.

3. Variasi gerakan

Variasi gerakan juga bisa meningkatkan kecerdasan anak. Itulah kenapa mengajak anak pergi ke taman bermain sangatlah penting. Hal ini dikarenakan buah hati kita bisa melakukan berbagai macam variasi gerakan dengan menggunakan permainan yang di taman bermain. Mulai dari bergelantungan, merangkak, bermain pasir, berlari, melompat, menanjak dan lain-lain. Hal ini tentunya juga bisa dilakukan di rumah kita sendiri, dengan bimbingan dari orang tua.

4. Bermain dan Mendengarikan Musik

Memainkan dan mendengarkan musik, selain bisa mencerdaskan anak, juga dipercaya dapat meningkatkan kepekaan anak kepada keadaan lingkungan sekitar. Hal ini sangat bermanfaat bagi kecerdasan sang anak dalam bersosialisasi. Musik yang sangat baik untuk didengarkan anak adalah musik klasik, karena musik klasik sangat lembut dan iramanya sangat indah.

5. Berolahraga

Berolahraga juga sangat penting buat anak, agar sang buah hati memiliki kekebalan dari berbagai macam penyakit. Bila belum memungkinkan, kita tidak perlu mengajak buah hati kita melakukan olah raga yang sulit, seperti bola basket dan sepak bola. Cukup dengan berjalan kaki bersama di akhir pekan. Hal ini akan sangat baik bagi kebugaran tubuh sang anak.

6. Gizi yang baik dan seimbang

Mungkin kita semua sudah tahu, menu makanan yang baik adalah makanan yang mengandung sayur, daging, dan nasi, dan ditambah susu. Supaya anak-anak tidak bosan dengan menu makanan yang kita sediakan, kita harus pandai untuk memberikan menu makanan yang bervariasi kapada buah hati kita. Bila ingin menggunakan suplemen bagi anak, sebaiknya konsultasikan dulu kepada dokter ahli gizi, supaya aman dan baik untuk kesehatan sang anak.

7. Permainan Menyentuh dan Membau

Salah satu contoh permainan menyentuh adalah dengan memberikan anak berbagai macam bangun, lalu meminta anak menyentuh benda tersebut dan menebak benda apa yang disentuh dengan mata tertutup. Sedangkan permainan membau, bisa dilakukan dengan memberikan anak berbagai macam benda (misalnya sabun, parfum, bawang, dll), lalu meminta anak membau benda tersebut dan menebak benda apa yang dibau dengan mata tertutup. Permainan semacam ini banyak dilakukan oleh guru-guru TK untuk meningkatkan kepekaan indera peraba dan pembau anak. Tentu saja juga bertujuan untuk membuat anak menjadi lebih cerdas. Sebagai orang tua, tentu permainan ini juga tidak sulit untuk dilakukan di rumah bukan? Tentu saja, kita juga membuat variasi permainan yang lain yang berhubungan dengan melatih kepekaan indera peraba dan penciuman sang anak.

8. Menebak Warna

Permainan ini bertujuan untuk melatih indera penglihatan sang anak. Kita bisa melakukannya dengan meminta buah hati kita menebak warna benda yang ada disekitarnya, misalnya di dalam rumah. Akan lebih menarik lagi bila kita bisa membelikan buah hati kita sebuah permainan yang berwarna-warni, sehingga buah hati kita pun bisa lebih tertarik untuk belajar sambil bermain.

9. Mendongeng Buat Anak

Aktivitas mendongeng juga sangat baik. Dengan mendongeng, kita bisa mengajak anak untuk bereksplorasi dengan bermacam-macam indera. Yang pertama tentu saja indera pendengaran, karena agar sang anak tahu jalan cerita dari apa yang kita dongengkan, sang anak harus mendengarkan. Kemudian indera penglihatan. Hal ini bisa kita lakukan dengan melukiskan di atas kertas apa yang kita dongengkan, supaya anak bisa berimajinasi juga. Namun bila kita mendongeng dengan sebuah buku cerita, kita bisa memperlihatkan gambar-gambar di dalam buku cerita yang kita dongengkan tersebut. Dalam hal ini, kita juga harus pandai dalam memilih buku cerita buat anak. Tentunya adalah sebuah buku cerita yang memiliki gambar yang berwarna-warni dan menarik. Anda bisa mendapatkan bermacam-macam dongeng di sini (dongeng yang mengandung nilai moral).

10. Bernyanyi

Lagu yang baik untuk dinyanyikan oleh seorang anak tentu saja adalah lagu anak-anak. Apalagi lagu-lagu yang inspiratif dan memiliki nilai pendidikan buat anak. Anda bisa menemukannya di sini (dijamin lagu-lagunya mendidik, inspiratif, dan motivatif). (Kak Zepe, Pencipta Lagu Anak)


Sumber: http://forum.detikhealth.com/aktivitas-yang-mencerdaskan-anak-t227133.html
Selengkapnya...

Rabu, 11 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Pilih Anak Pintar atau Anak Baik?

Bila diminta memilih, apakah ingin memiliki anak yang pintar atau yang baik, tentu Anda akan memilih dua-duanya. Pintar, dalam arti menguasai pelajaran di sekolah atau ketrampilan tertentu dengan baik. Sedangkan baik, bisa dimaknai sebagai karakter yang positif, seperti sifat yang sopan, tidak mudah putus asa, jujur, rendah hati, teguh dalam mewujudkan impian, dan lain sebagainya.

Namun, seringkali yang terjadi anak hanya memiliki salah satu ciri tersebut. Tak sedikit orangtua yang lebih mementingkan anak menjadi pintar, dan menomorduakan karakter yang positif. Mengapa karakter yang positif perlu dimiliki, tak lain karena dasar-dasar karakter yang positif ini yang akan membuatnya mampu bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya.

Karakter positif yang dimiliki seorang individu memiliki energi positif yang pengaruhnya akan mampu menyebar ke lingkungan sekitar, dan menarik terbangunnya karakter positif pula bagi individu-individu yang lain. Terbangunnya karakter positif ini jelas merupakan proses yang panjang. Orangtua tidak bisa membebankan pembangunan karakter ini pada sekolah saja. Character building terutama harus diupayakan melalui suatu pola asuh yang tepat dari orangtua.

Sayangnya, kesibukan orangtua masa kini kerap membuat mereka "lupa" menjalankan tugas untuk membentuk anak dengan karakter positif. "Contohnya, kalau anak banyak nanya, orangtua langsung bilang, 'Bandel kamu!' Itu kan bukan bandel, anak hanya bersikap kreatif," kata Kak Seto, saat seminar "Membentuk Anak Berkarakter Positif dengan Pola Asuh Tepat", dalam Smart Parents Conference 2010 di Jakarta Convention Center, Sabtu (31/7/2010).

Saat kelelahan, wajar bila orangtua jadi cepat marah. Tetapi, tidak pada tempatnya bila kemarahan ini ditumpahkan pada anak. Sebab, kekerasan -meskipun hanya dalam bentuk verbal- akan merusak karakter positif anak.

Ketika anak sedang malas belajar, misalnya, orangtua tak perlu lantas menjadi panik berkepanjangan. Bagaimanapun juga, belajar adalah hak anak, bukan kewajiban. Menurut Kak Seto, hak bermain anak pun harus dipenuhi. Selain itu, jangan membanding-bandingkan anak dengan anak lain, entah itu dengan kakak-adiknya, atau dengan teman-temannya.

"Setiap anak itu unik, jadi tidak bisa dibandingkan dengan orang lain. Lebih baik, bandingkan dengan dirinya sendiri. Misalnya, 'Ayo, kan kemarin bisa, sekarang juga pasti bisa!'" tutur Chairman Mutiara Indonesia Foundation ini. Buat suasana belajar yang menyenangkan, agar anak senang belajar.

Banyak cara yang bisa dilakukan orangtua untuk menciptakan suasana mendidik yang menyenangkan bagi anak. Kak Seto menyarankan orangtua untuk bersikap lebih kreatif dalam mendidik anak. Metode pembentukan karakter, menurutnya, bisa muncul dalam bentuk apa saja: hiburan, permainan, pikiran yang positif, sulap, dan lain sebagainya.

Sifat kreatif juga bisa dipelajari. Saat seminar, Kak Seto membuat permainan mencipta lagu. Ia menuliskan empat baris kalimat, lalu menyanyikan dua baris pertama dengan nada yang diciptakannya sendiri. Ketika peserta seminar diminta melanjutkan dua baris kalimat terakhir dengan nada yang juga diciptakan sendiri, ternyata semua peserta bisa melakukannya. Artinya, semua orang ternyata bisa kreatif!

Sumber: http://female.kompas.com/
Selengkapnya...

Hati-hati dengan Permainan Anak di Sekolah

Beberapa waktu lalu surat kabar Inggris, The Sun, melansir berita mencengangkan mengenai pola permainan baru anak SD di sana. Lupakan petak umpet dan lompat tali. Mereka sekarang bermain dengan bagian pribadi tubuh mereka. Untuk ikut bermain dalam permainan ini, mereka harus mengenakan gelang plastik murah berwarna-warni yang mereka namakan “shag bands”.

Harga satu gelang shag bands jika dirupiahkan hanya senilai beberapa ribu, namun harga itu tak sebanding dengan apa yang mereka harus korbankan, yakni kepolosan mereka. Bisa jadi tak banyak orangtua mencurigai cara awal permainan ini. Awalnya, mirip permainan anak-anak biasa. Caranya, anak-anak akan mengenakan gelang sesuai warna yang mereka sukai, lalu mereka akan mengejar anak yang mereka sukai. Ketika anak yang mereka sukai tertangkap, dan gelang plastiknya berhasil diputuskan, maka si pemilik gelang harus melakukan suatu tindakan seksual sesuai arti dari lambang warna gelang yang sedang ia gunakan.

Di sini lah yang menyeramkan. Arti dari warna gelang-gelang tersebut ternyata menyakitkan untuk diketahui orangtua yang terlambat mengetahui. Warna kuning berarti memeluk si anak laki-laki, warna oranye berarti memberi kecupan hingga meninggalkan tanda pada si anak laki-laki, ungu berarti ciuman di bibir, pink berarti menunjukkan payudara kepada si anak laki-laki, merah berarti tarian erotis (lap dance), biru berarti seks oral, hitam berarti berhubungan intim, dan emas semua hal di atas tadi.

Anak perempuan akan mengenakan gelang sesuai keberanian mereka untuk melakukan salah satu tindakan seksual tadi. Salah satu anak berusia 8 tahun yang mengenakan gelang berwarna pink, ketika diwawancara The Sun mengatakan, bahwa ia sempat tidak mengenakan gelang tersebut selama beberapa waktu. Namun ternyata ia malah dikucilkan teman-temannya. Jika ada yang tak mengenakan gelang, berarti ia tidak bisa bergabung dengan kumpulan geng keren. Warna dari gelang yang dikenakan setiap anak juga menunjukkan semacam “status” mereka. Anak-anak perempuan yang berani mengenakan gelang berwarna hitam akan sangat disenangi oleh anak laki-laki.

Permainan berbahaya ini terekspos karena adanya seorang ibu yang tanpa sengaja mengetahui tentang arti permainan ini. Ia bersedia diwawancara untuk mengingatkan para orangtua agar tidak terkecoh, dan untuk mau tahu tentang kegiatan anak-anaknya agar mereka bisa melindungi lebih baik. The Sun menghubungkan kegiatan semacam ini dengan tingginya tingkat kehamilan muda di Inggris yang mengalahkan negara-negara Eropa lainnya.

Para orangtua, waspadalah dan jangan segan untuk memberikan pengetahuan yang cukup untuk anak-anak Anda, khususnya tentang seksualitas dan perbedaan antara pria dan wanita.(Nadia Felicia)

Sumber: http://health.kompas.com/read/2009/10/06/14283555/Hati-hati.dengan.Permainan.Anak.di.Sekolah#
Selengkapnya...

Selasa, 10 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Mainan Tepat bisa Bangkitkan Kecerdasan Anak

Para ahli perkembangan anak setuju, bahwa mainan anak yang tepat sesuai usianya bisa bantu anak lebih cerdas dan memaksimalkan perkembangan otaknya. Namun, pilihan mainan anak di luar sana sungguh sangat banyak. Membuat para orangtua kebingungan memilih mainan apa yang tepat untuk anak.

Sandra Gordon, penulis Consumer Reports Best Baby Products, mengatakan, bahwa kunci memilih mainan dan aktivitas yang tepat untuk melatih perkembangan otak anak adalah dengan memilih yang sesuai level perkembangan si anak itu sendiri. Ketika Anda memilih mainan yang tepat, berarti Anda berbicara dengan bahasa yang sama dengan si bayi.

Ia menyarankan untuk memilih mainaan yang sesuai dengan usia anak agar tidak membuatnya frustasi. Bayi, tertarik pada barang yang bergerak dan bersuara. Jadi, menggoyangkan mainan berbunyi atau kunci akan menstimulasi mereka. Semakin mereka beranjak dewasa, Gordon merekomendasikan mainan bertekstur yang bisa disentuh dan remas, seperti boneka lembut.

Berikut adalah mainan dan kebisaan anak sesuai tahapan perkembangannya dari situs WebMD:

Dari lahir hingga 4 bulan
Lakukan aktivitas:
* Membaca untuknya,
* Membuat mimik wajah yang berlainan,
* Mengelitikinya,
* Memindahkan obyek yang dilihat bayi perlahan-lahan,
* Menyanyikan lagu anak-anak dengan frase yang diulang,
* Menceritakan aktivitas Anda saat bersamanya. Misal; "Adik sudah mandi, sudah wangi. Sekarang Mama taburin minyak telon di perut Adik supaya hangat. Sekarang Mama mau kasih bedak di badan Adik supaya wangi."

Usia 4-6 bulan
* Bantu bayi untuk memeluk boneka binatang,
* Tumpuk barang-barang seperti blok plastik dan biarkan si kecil menjatuhkannya,
* Mainkan musik dengan ritme berbeda,
* Tunjukkan buku dengan warna-warni terang kepada si bayi,
* Biarkan si bayi mengenal barang dengan tekstur yang berbeda.

Usia 6-18 bulan
* Bicaralah dan berinteraksi berhadapan untuk meningkatkan koneksi antara suara dan kata-kata,
* Tunjuk orang-orang yang ia kenal dan sering lihat sambil mengulang namanya,
* Nyanyikan lagu-lagu dengan kalimat berulang serta gerakan tangan,
* Bermain petak umpet yang ringan, seperti menutup matanya atau menutup wajah Anda dan kejutkan ia dari balik kain dan sebagainya.

Usia 18-24 bulan
* Main tunjuk bendanya. Misal, "Mana mobil berwarna merah? Mana permen warna hijau?" Atau, Anda bisa memintanya mengambilkan barang yang ada dekatnya, misal, "Mama minta tolong diambilkan bedaknya, dong, Dik."
* Bicaralah langsung kepada si bayi secara langsung,
* Kenalkan si anak kepada alat-alat menulis, seperti krayon dan kertas,
* Tanyakan pertanyaan "dimana dan apa" saat membacakan dongeng untuk anak,
* Dorong anak untuk bermain mandiri dengan mainan favoritnya.

Usia 24-36 bulan
* Berikan pujian pada anak dan dorongan saat ia bermain untuk melatih kemampuan motoriknya,
* Dorong ia dengan memberitahunya cara lain dalam menggunakan mainannya,
* Bantu anak untuk melakukan kegiatan harian, seperti bermain bicara di telepon, mengendarai mobil, mengadakan acara minum teh,
* Saat membaca buku, ajak si anak untuk ikut dalam ceritanya dengan menanyakan pertanyaan berhubungan dengan cerita, tunjukkan kata-kata pada saat membaca pada anak, sambil membantunya mengenali arti kata itu sambil didemonstrasikan jika memungkinkan.

Usia 3-5 tahun
* Ajarkan untuk berbagi dengan contoh,
* Mainkan permainan papan untuk mengajarkan tentang peraturan dan keahlian,
* Batasi waktu menonton televisi menjadi 1-2 jam per hari dan menontonlah bersama si kecil untuk membuatnya menjadi acara yang interaktif,
* Saat si kecil makin mahir, tawarkan pilihan yang sederhana, misal, memilih mau membaca buku atau bermain puzzle,
* Batasi penggunaan kata "jangan" dan dorong ia untuk mengeksplorasi dan mendorong keingintahuannya,
* Berikan rasa hormat dan perhatian, serta tunjukkan kesabaran saat si kecil berusaha menjelaskan pengalamannya,
* Sisihkan waktu setiap hari bersama si kecil untuk mendiskusikan apa saja yang telah ia lalui hari itu, dan dorong si kecil untuk menjelaskan dan mengeksplorasi pengalaman barunya. (Nadia Felicia)

Sumber: http://health.kompas.com/read/2010/10/04/13484036/Mainan.Tepat.bisa.Bangkitkan.Kecerdasan.Anak#
Selengkapnya...

Pasar Murah

Ahad, 1 Januari 2012 pukul 08.00 wib. Hujan deras yang turun sepanjang malam masih menyisakan gerimis saat Wawan, Agus, Wiwit, Taufiq, Fajar, dan Jaru datang ke Sanggar Bunga Padi sambil mengusung kursi plastik milik KK LPMD Dusun Dobangsan. Memang, sesuai pembagian kerja pengurus anak Sanggar pada musyawarah satu minggu sebelumnya, anak sanggar laki-laki yang sudah gede diberi tanggung jawab untuk menyiapkan keperluan perlengkapan acara pasar murah.
Tidak sampai 30 menit persiapan tempat pasar murah pun berhasil ditata oleh mereka. Meja dan kursi sudah berjajar rapi. Paket sembako dan pakaian pantas pakai juga sudah nangkring di atas meja. Saya sempat geleng-geleng kepala melihat mereka bekerja mempersiapkan tempat yang begitu cepat ini. Terlebih usia mereka baru 10 tahun sampai 14 tahun. Tampaknya mereka sangat paham dengan tugas yang diberikan kepada mereka. "Ah, ternyata anak-anakpun jika diberi kepercayaan juga dapat mengemban kepercayaan itu dengan baik," batinku.

Bagiku, peristiwa ini merupakan pelajaran yang sangat berharga. Setiap orang -- termasuk anak-anak -- akan mampu melaksanakan tugas dan kepercayaan yang diberikan kepadanya apabila mereka diberi kepercayaan penuh untuk melakukannya. Bagi mereka, barangkali hal ini menjadi perwujudan dari upaya menunjukkan eksistensi diri, tidak hanya bagi komunitasnya namun juga kepada khalayak umum. Persoalannya, bersedia dan beranikah orangtua (baca: orang dewasa) memberikan tugas dan kepercayaan kepada anak-anak? Sebab, dunia orangtua lebih sering memandang dan mempersepsikan dunia anak-anak sebagai sebuah dunia lain dimana mereka dipandang belum mampu untuk berbuat sesuatu dan bertanggungjawab terhadap hal tersebut. Pola pikir seperti ini masih banyak dianut oleh para orangtua, bahkan dalam mendidik anak-anak mereka sendiri. Akibatnya, banyak anak-anak kita yang tidak memahami arti tanggung jawab, bahkan terhadap dirinya sendiri.

Bahkan, semenjak persiapan (mulai dari menimbang gula, membuat kupon dan membagi kupon kepada masyarakat sampai meminjam kursi kepada pengurus KK LPMD) sudah dilakukan mereka sendiri, tanpa ada campur tangan dari kami, para pengelola. Mereka, anak-anak itu, dapat menjalankan tugasnya dengan baik, tidak kalah dengan orangtua. Mereka sudah berbagi tugasnya masing-masing. Mereka, layaknya orang dewasa, juga sudah tahu tanggung jawabnya masing-masing. Termasuk tanggung jawab membersihkan teras rumah yang jadi tempat persiapan selama 3 sore itu. Ternyata, anak-anak itu bisa dan mampu!

Belum usai aku termenung, terdengar ucapan salam dari serombongan anak putri. Anak-anak usia 8 tahun - 14 tahun ini datang beramai-ramai ke Sanggar dengan tugas sebagai penjaga meja. Ayu, Devi, Vera, Meli, Amel, Arni, Septi, Resti, Kharisma, Ana, Irma, Beti, Islah, Piyar, Irsa, Bela, Wulan, Shakira, langsung mempersiapkan segala sesuatu di meja masing-masing. Sedangkan tugas Wahyu, Sandi, Endrat, Adit, Eka, Hadi, Amar, Rizki, Fadlan, Reza, bertugas mengontrol stok barang di masing-masing meja untuk diisi jika sudah menipis. Adapun untuk anak Sanggar usia 15 tahun - 16 tahun, seperti Rani, Bayu, Nanang, Agus BS, Agus Mb, Dedek, Firman dan Sariyono, bertugas mengawasi secara keseluruhan.

Gerimispun benar-benar telah menghilang. Meski pasar murah baru akan dibuka pukul 10.00 wib, namun sejak pukul 09.30 wib sudah terlihat warga masyarakat mulai datang. Mereka mulai terlihat asik memilih baju yang nanti akan dibeli atau sekedar duduk-duduk di kursi yang sudah disediakan. Saat jam sudah menunjukkan pukul 10.00 wib, pasar murah pun resmi dimulai. Suasana ramai dan meriah layaknya sebuah pasar pun tercipta. Tak jarang para penjaga meja bertanya sambil berteriak kepada anak sanggar yang lebih tua: "iki susuk-e piro yo?"

Akhirnya, saat jarum jam menunjukkan pukul 13.00 wib pasar murah diakhiri. Sejumlah 180 paket sembako seharga Rp. 12.000,- (gula pasir 1 kg, minyak goreng 1/4 liter, dan 3 buah mie instan) diambil semuanya oleh penerima kupon, sedangkan warga masyarakat yang tidak menerima kupon membeli produk sembako sejumlah 5 karung gula pasir (dijual dengan harga Rp. 9.000/kg), 5 dos minyak goreng 1/4 liter (Rp. 2.500/plastik), 2 dos minyak goreng 1/5 liter (Rp. 5.000/plastik), 15 dos mie instan (Rp. 1.000/biji), 2 dos sabun cuci piring (Rp. 1.000/3 biji), 1 dos deterjen (Rp. 1.000/3 biji). Sedangkan pakaian pantas pakai yang dijual per biji mulai Rp. 2.000 - Rp. 5.000, berhasil meraih uang sebesar Rp. 379.000,-.

Meskipun tampak wajah-wajah lelah, tetapi dari sorot mata anak-anak terlihat kegembiraan yang luar biasa. "Capai banget, ning seneng poll," ujar mereka ketika saya tanya bagaimana perasaannya. Kemudian Devi bercerita kalau para ibu menghendaki diadakan lagi, sebab harganya benar-benar murah. "Regane murah, sak ngisore rego kulakan," ceritanya yang diamini anak-anak sanggar yang lain.

Kemudian anak-anak pulang setelah membereskan segala sesuatunya dan menyantap makan siang yang sudah disediakan oleh Rani dan Mbak Lilik. Kami melepas mereka dengan seulas senyum: terma kasih anak-anak...kalian telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kami, para orangtua.
Selengkapnya...

Senin, 09 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Pentingnya Memilih Mainan Sesuai Usia Balita

Meski sudah hati-hati menjaga buah hati, terkadang orangtua alpa membiarkan anak bermain dengan mainan yang berisiko tinggi. Memilihkan mainan untuk anak perlu melihat usianya, dan pastikan terdapat instruksi yang menjelaskan fungsinya. Jika tidak, balita bisa tak sengaja memasukkan mainan ke lubang hidung atau telinga, atau menelannya.

"Untuk usia anak di atas satu tahun, selalu pilih mainan balita sesuai standar. Pilih mainan dengan instruction by age yang tertera di boks mainan tersebut. Ini cara paling aman untuk memberikan mainan kepada balita," papar dr Phan Oto, dokter spesialis anak kepada Kompas Female, usai talkshow di pameran ibu dan bayi, beberapa waktu lalu.

Menurut dr Oto, memberikan mainan kepada balita perlu melihat kebutuhan anak. Untuk bayi yang baru lahir, tak perlu memberikan mainan tertentu karena pada usia ini bayi hanya mengenali warna hitam dan putih. Mulai usia tiga bulan, bayi mulai menyadari perbedaan warna, jadi berikan mainan yang sifatnya hanya mengenalkan warna.

"Bayi baru lahir belum memiliki sensor, yang dibutuhkannya hanyalah belaian dan berikan juga nyanyian," tambahnya.

Memasuki usia empat bulan, bayi sudah mulai bergerak dan memiliki sensor, namun masih harus distimulasi. Bayi semakin bergerak aktif pada usia delapan bulan. Memberikan mainan pada usia ini tak jadi soal asalkan orangtua lebih hati-hati menjaganya.

Jika anak sudah berusia satu tahun, berikan mainan yang berukuran besar agar tidak mudah masuk ke mulut atau anggota tubuh lainnya, kata dr Oto. Nah, jika usia anak sudah lebih dari satu tahun, orangtua perlu lebih teliti memilih mainan. Di antaranya dengan memperhatikan instruksi dalam mainan, apakah sesuai dengan usia balita Anda. Jika perlu, tanyakan kepada toko atau penjual mainan anak, untuk memastikan apakah mainan tersebut aman untuk usia anak Anda.

Hiburan lain untuk anak
Selain mainan, tontonan melalui DVD atau televisi bisa menjadi hiburan bagi balita. Namun orangtua perlu ekstra hati-hati memilihkan tontotan untuk anak.

Anak usia satu tahun sudah mulai belajar meniru, kata dr Oto, jadi sebaiknya dampingi anak menonton televisi atau film anak-anak sekalipun. Film kartun, misalnya, tak semuanya cocok untuk usia balita. Meski lucu dan menyenangkan, tontotan kartun tertentu lebih pas untuk orang dewasa. Anda tentu tak ingin balita di rumah meniru adegan saling memukul meski terkesan lucu bukan?

Untuk hiburan yang satu ini, sebaiknya batasi waktu anak menonton televisi atau film anak melalui DVD. Luangkan juga waktu untuk mendampingi, agar anak mengerti dan tak asal meniru adegan yang direkamnya sejak dini. (Wardah Fazriyati)

Sumber: http://health.kompas.com/read/2010/08/12/13013996/Pentingnya.Memilih.Mainan.Sesuai.Usia.Balita#
Selengkapnya...

Jumat, 06 Januari 2012 0 komentar By: sanggar bunga padi

Ramadan Ayah

Oleh: TEGUH WINARSHO AS
RAMADAN selalu membuat kampung kami bergairah. Orang-orang seperti berlomba memperbanyak ibadah. Bahkan, banyak di antara mereka yang sebelumnya tak pernah datang ke masjid, tiba-tiba di Bulan Ramadan ini rajin ke masjid. Tapi sayang, Ayah, laki-laki tua yang suka mendengus dan meludah, tetap tidak berubah. Setiap malam Ayah masih suka begadang di gardu ronda dekat pasar, sibuk memelototi kartu ceki dan sedikit minum alkohol; mabuk. Pulang jam lima pagi dengan langkah gontai dan mata merah, berpapasan dengan orang-orang yang baru pulang dari masjid.

Kami, anak-anaknya, sebenarnya malu melihat tingkah laku Ayah. Tapi kami tak berani memperingatkannya. Kecuali kami siap mendapat tamparan di pipi atau tendangan di pantat. Dan begitulah, kami, aku dan kedua adikku, tumbuh sebagai anak-anak yang terkesan pendiam dan patuh pada orang tua. Meski kepatuhan kami terutama pada Ayah karena terpaksa. Tapi, itu tidak masalah. Karena bagi kami, yang terpenting adalah menghindari tamparan dan caci maki Ayah yang sering mengundang perhatian tetangga kanan kiri. Dan itu artinya kami tidak menyakiti perasaan Ibu. Sebab, di antara kami, Ibulah yang paling banyak menanggung malu jika Ayah marah-marah sampai mengeluarkan kata-kata kasar dan jorok.

Ibu adalah kesejukan embun di pagi hari. Tatapan matanya menentramkan hati kami. Menyegarkan kekeringan jiwa kami. Ibu laksana batu karang yang berdiri kokoh di tengah empasan gelombang. Ibu tak pernah marah meski perlakuan Ayah demikian menyakitkan. Ibu tertunduk diam, dan paling-paling hanya menangis sesenggukan ketika Ayah memarahi, membentak-bentak, bahkan menamparnya. Mungkin bagi Ibu, kepatuhan pada suami merupakan nilai ibadah tersendiri. Entahlah.

Sayang, orang yang sangat kami sayangi itu lebih cepat pulang ke pangkuan-Nya. Ramadan tahun lalu, Ibu meninggalkan kami untuk selama-lamanya ketika sesungguhnya kami masih sangat membutuhkan kehadirannya. Dan mungkin itulah awal petaka yang menimpa keluarga kami. Ayah semakin jarang berada di rumah. Selain menghambur-hamburkan uang di meja judi, Ayah juga mulai berani main perempuan. Bahkan, beberapa kali Ayah sempat membawa perempuan menginap di rumah. Kami sangat tersiksa melihat kelakuan Ayah. Tetangga kanan kiri sepertinya juga jijik melihat keluarga kami.

Sedikit demi sedikit perabotan rumah tangga dijual Ayah. Kami tak bisa berbuat apa-apa selain hanya menatap hampa ketika Ayah dan beberapa temannya datang dengan membawa truk lalu mengangkut meja, kursi, almari, dan barang-barang berharga lain. Seorang teman Ayah bilang pada saya, bahwa Ayah kalah judi jutaan rupiah sehingga barang-barang tersebut harus disita.

Dulu saya mengira Ayah akan berubah menjadi baik sepeninggalnya Ibu. Saya masih ingat bagaimana pesan terakhir Ibu pada Ayah, hanya beberapa menit sebelum ajal menjemput. Ketika itu, kami anak-anaknya dan juga Ayah ada di samping Ibu yang terbaring lemah di atas ranjang. Dengan terputus-putus Ibu bilang pada Ayah, agar mau menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Ayah diam tak berkutik. Dan baru kali itu saya lihat Ayah yang biasanya garang dan angker mendadak berubah lembut. Sorot matanya redup seperti menyiratkan kesedihan dan penyesalan.
Ternyata kesedihan Ayah tak berlangsung lama. Hanya tiga minggu setelah Lebaran, Ayah mulai pada kebiasaan lamanya. Bahkan semakin bertambah parah.**

TAK tahan mendengar gunjingan tetangga kanan kiri, saya memberanikan diri mengingatkan Ayah agar mau melaksanakan pesan terakhir Ibu, setidaknya bersikap baik di Bulan Ramadan ini. Tapi Ayah justru tertawa, katanya, “Kamu pikir kalau aku puasa lantas kita akan jadi kaya, heh? Kamu rajin puasa, bahkan puasa Senin-Kamis, tapi apa Tuhan terus ngasih duit sama kamu? Kamu masih tetap miskin. Sudahlah, aku nggak mau ngomong lagi soal itu. Aku mau puasa atau tidak, itu urusanku sendiri. Kamu tidak perlu ikut campur!”

Lain kali pernah juga saya bilang pada Ayah bahwa puasa itu tujuannya bukan untuk mencari rezeki, bukan agar bisa kaya raya, tapi semata-mata untuk mendekatkan diri pada Allah karena dengan begitu akan terhindar dari perbuatan tidak terpuji. Tapi Ayah justru marah-marah. Sambil menggebrak meja, Ayah bilang, “Anak kemarin sore, tahu apa kamu tentang hidup! Hidup itu makan. Dan makan itu perlu duit!”

Sejak itu saya tak pernah bercakap-cakap dengan Ayah. Saya benar-benar muak melihat kelakuannya. Apalagi kalau dia membawa perempuan yang entah dari mana asalnya menginap beberapa hari di rumah. Meski kami masih sering bertatap muka, tapi kami sudah seperti orang asing saja. Dan saya juga tahu ada sorot kebencian di mata Ayah ketika sedang menatap saya. Tapi saya tak acuh, cuek.

Berbeda dengan saya, kepada dua orang adik saya, Ayah bersikap biasa-biasa saja. Apalagi kepada Fiz adik bungsu. Saya sering melihat mereka bertiga asyik ngobrol di teras rumah. Saya tidak tahu dan memang tidak ingin mencari tahu apa yang sedang mereka obrolkan. Karena tiba-tiba saya juga benci pada dua orang adik saya itu. Di mata saya, Fiz dan Burhan yang lugu, polos, dan masih bersih itu, telah berkomplot dengan Ayah. Berkomplot dengan segala kebejatan moral Ayah. Saya benci mereka!
Jadilah saya tak punya orang dekat lagi di rumah.**

SUATU pagi, saat pulang kerja lembur, saya terkejut mendapati suasana rumah yang lain dari biasanya. Dari pintu depan tiba-tiba Faiz berlari menyongsong saya dan sambil terisak-isak ia bilang bahwa Ayah meninggal dunia. Saya tidak tahu apa yang sesungguhnya ada dalam benak saya, sebab sedikit pun saya tidak terkejut mendengar kabar itu. Saya juga tidak merasa sedih kehilangan Ayah. Biasa-biasa saja seperti tak pernah terjadi apa-apa.

Saya kemudian masuk ke dalam rumah. Tapi sepi. Tidak seperti layaknya kalau ada kematian. Hanya ada beberapa tetangga dan teman-teman dekat Ayah yang sering mangkal di gardu ronda. Saya maklum, orang-orang tentu banyak yang tidak menyukai Ayah. Karenanya wajar jika ketika meninggal pun mereka enggan datang ke rumah kami.

Jenazah Ayah sudah dimasukkan ke dalam peti. Sedikit pun saya tak ingin melihatnya. “Untuk apa?” jawab saya enteng, sekenanya, yang langsung disambut tatapan aneh beberapa orang di sekitar saya.

Dan entah, tiba-tiba saya merasakan ada seseorang merenggut lengan saya, kuat, ditarik masuk ke dalam kamar.

“Huss! Jangan bikin malu! Ayahmu tertabrak truk ketika sedang menyeberang jalan, mau salat Subuh! Dua hari sebelumnya Ayahmu bilang padaku kalau dirinya sudah tobat!” ucap Haji Biran sampai di dalam kamar.

Salat Subuh? tanya saya dalam hati, kaget, tak percaya. Sementara Haji Biran keluar meninggalkan saya, saya masih terpaku di tempat. Saya bingung, gelisah, sedih, kecewa, dan entah apalagi perasaan yang menyesak dalam benak saya.

Sampai tiba upacara pemberangkatan jenazah, rumah saya masih sepi. Yang hadir hanya itu-itu saja, tidak lebih enam belas orang. Itu pun lebih banyak bekas teman-teman main judi Ayah. Wajah mereka tampak sedih. Entah kesedihan yang bagaimana. Tapi, saya masih sempat mendengar bisik-bisik di antara mereka, “Untuk menghormati Wongso, si mati, tak ada salahnya nanti malam ketika orang-orang tarawih di masjid, kita main kartu di sini!” “Ide bagus!”
Yang lain mengangguk-angguk.

Teguh Winarsho AS, lahir di Kulonprogo (Yogyakarta), 27 Desember 1973. Pernah mendapat kehormatan sebagai cerpenis terbaik se-Jawa Tengah versi Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto. Cerpen-cerpennya banyak menghiasi media massa, seperti Republika, Kompas, Horison, Media Indonesia, Koran Tempo, The Jakarta Post, Matra, Suara Karya, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Kedaulatan Rakyat, Bernas, Lampung Post,Bisnis Indonesia, Warta Kota, Pikiran Rakyat, Trans Sumatera, Jawa Pos,Surabaya Post, Minggu Pagi, Suara Merdeka, Wawasan, Solo Pos, Annida, Sabili, Nova, Citra dll.
Tulisan-tulisannya dalam bentuk antologi bersama adalah Tamansari (Pustaka Pelajar, 1998), Aceh Mendesah dalam Nafasku (Kasuha, 1999), Embun Tajalli (Aksara, 2000), Bunga-Bunga Cinta (Senayan Abadi, 2003), Wajah di Balik Jendela (Lazuardi, 2003), Jika Cinta (Senayan Abadi, 2003), Pipit Tak Selamanya Luka (Senayan Abadi, 2003), Jalan Tuhan (Lazuardi 2004), dll. Kumpulan cerpen tunggalnya yang telah terbit, Bidadari Bersayap Belati (Gama Media, 2002), Perempuan Semua Orang (Arruzz, 2004). Kabar dari Langit (2004), Tato Naga (2005) dan novel Tunggu Aku di Ulegle, roman dan tragedi di bumi serambi Mekah (2005). Salah satu cerpennya masuk dalam kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 2003. Sementara novelnya Di Bawah Hujan dimuat bersambung di harian Suara Pembaruan, edisi 10 April - 07 Juni 2000.

Sumber : Pikiran Rakyat Online
Selengkapnya...

Rabu, 04 Januari 2012 2 komentar By: sanggar bunga padi

Memilih Mainan Sesuai Usia Anak

Saat Anda memasuki toko mainan, Anda mungkin terpana melihat begitu banyaknya jenis mainan yang disediakan. Begitu banyak, hingga Anda mengurungkan niat untuk membeli mainan untuk anak Anda. Toh, si kecil juga tetap asyik meskipun "mainannya" hanya toples berisi permen yang berulangkali dituang dan dimasukkan kembali. Atau, serbet yang berulangkali diseretnya dengan kaki ke sana-kemari.

Namun, Anda perlu mengingat, mainan yang baik haruslah yang mendorong tumbuh-kembang anak. Mainan tersebut juga harus disesuaikan dengan karakter anak. Apa yang cocok untuk anak lain, belum tentu disukai anak Anda. Mainan tidak boleh terlalu sulit, karena akan membuatnya frustrasi. Jika terlalu mudah, akan membuatnya bosan. Kemudian, menurut Alvin Eden, M.D., profesor klinis di jurusan Pediatrics, Weil Medical College of Cornell University, New York, saat memilih mainan anak, Anda harus mempertimbangkan tingkat keamanannya. Pada dasarnya mainan tidak boleh memiliki sudut yang tajam, bagian-bagian yang mudah dilepas, tidak mudah patah atau pecah, berukuran cukup besar sehingga tidak dapat dimasukkan ke mulut dan ditelan.

Berikut adalah beberapa permainan sesuai usia anak, sesuai saran Eden:

Usia 0-1 tahun
Pastikan mainan tidak mudah terbakar, tidak beracun, dan dapat dicuci. Boneka binatang sebaiknya merupakan satu bagian; bila ada tangan atau kaki juga tersambung dengan aman. Bagian wajah sebaiknya dilukis atau dibordir, sehingga tidak ada mata dari kancing yang bisa ditarik dan dilepas lalu ditelan. Mainan yang kecil dan ringan lebih mudah dipegang dan dipeluk oleh anak usia ini.

Mainan yang bergerak membantu mengembangkan kemampuan bayi untuk menaruh perhatian pada obyek. Bola yang mengeluarkan suara atau memiliki bagian-bagian yang bergerak di dalamnya memberikan stimulasi motorik, visual, dan pendengaran, serta membantu mengembangkan gerakan mata, merangkak, dan meningkatkan kemampuan motorik. Namun pastikan ia tidak dapat mengeluarkan bagian yang bergerak-gerak tersebut. Mainan yang bergemerincing juga akan menarik perhatian bayi melalui warna, suara, sentuhan, dan rasanya. Gelang-gelang yang didesain untuk merangsang pertumbuhan gigi boleh diberikan, asal tidak mudah patah, tidak ada bagian yang longgar, dan dapat dicuci.

Usia 12-18 bulan
Pada tahap ini, bayi sudah bisa berdiri dan duduk, namun ada yang belum bisa berjalan sendiri. Mereka senang memindah-mindahkan obyek, seperti mainan yang bisa ditarik-ulur dan menimbulkan bunyi, mainan yang bisa dibuka-tutup, memencet tombol, dan main ciluk-ba. Bayi juga senang bermain menyusun kotak, namun pilih kotak yang ditutup dengan kain yang lembut dan ringan. Tak perlu menyediakan terlalu banyak kotak, karena akan membingungkan anak.

Bayi senang dengan mainan yang dapat ditumpangi seperti mobil-mobilan, namun mainan ini berbahaya untuk anak yang belum bisa berjalan. Pastikan anak dapat naik-turun mainan dengan mudah, dan dapat melakukan manuver sendiri. Mainan yang bisa ditarik-ulur juga baik untuk anak yang sudah bisa berjalan.

Usia 18-24 bulan
Anak usia ini sudah mulai berbicara, dan tertarik dengan ukuran dan peletakan barang. Menyusun kotak berukuran besar akan menarik hatinya. Mulailah dengan satu set berukuran kecil, dan ganti dengan yang berukuran besar begitu minat anak berkembang. Kotak yang diberi wadah membuatnya asyik memasukkan dan mengeluarkan.

Mainan telepon memberikan anak terlibat dalam kegiatan orang dewasa, dan anak suka dengan suaranya. Bentuknya yang menyerupai tokoh kartun membantu anak tetap tertarik. Mainan mengenal bentuk mendorong anak untuk menggabung-gabungkan potongannya. Hal ini membantu mengembangkan koordinasi mata dan tangan, kemampuan mencari pasangannya, dan mengenali bentuk. Namun potongan mainan sebaiknya tidak terlalu banyak.

Mainan lain yang cukup baik antara lain bus dengan penumpang yang bisa dikeluarkan, hand puppets, atau boneka. Bermain dengan boneka bayi dan trolley-nya membantu anak mengembangkan imajinasi, bermain peran, dan membangun kemampuan sosial, selain membantu meningkatkan kemampuan motoriknya.

Usia 2-3 tahun
Anak sudah semakin kreatif. Mereka menyukai kegiatan orang dewasa, dan mainan yang realistis akan menstimulasi otak mereka. Kelompok usia ini juga menggemari mainan yang membutuhkan gerak dan ketangkasan.

Mainan atau boneka yang bisa berbicara, atau mainan instrumen musik juga populer. Semakin banyak fitur yang ditampilkan, semakin anak suka, selama masih mudah digunakan. Mobil-mobilan seperti truk baik untuk kegiatan di dalam atau luar rumah, begitu juga sandbox lengkap dengan ember dan sekop untuk menggali atau mengeruk pasir. Kereta api juga menyenangkan, karena anak bisa belajar meletakkan dan memungut kereta dari relnya.

Anak juga sudah bisa bermain puzzle yang sederhana. Permainan ini menguatkan koordinasi mata dan tangan, kemampuan mencocokkan, dan mengenali bentuk, serta akan membuatnya terus penasaran, sejauh sesuai dengan tingkat kemampuannya. Potongannya sebaiknya tidak terlalu kecil, supaya tidak mudah dimasukkan ke mulutnya juga. Mainan yang menunjukkan profesi, seperti perangkat kedokteran, atau memasak, juga mendorong kreativitasnya.

Usia 3-5 tahun
Anak-anak usia ini mulai menikmati kegiatan menggambar, mencoret-coret, dan memberi warna. Memberikan kertas dan krayon juga akan mendorong kemampuannya menulis. Mencoret-coret akan meningkatkan imajinasi dan kreativitas, dan menjadi sarana yang baik untuk mengekspresikan emosinya.

Permainan yang menggunakan papan (board games) seperti ular tangga mempertajam kemampuan visualisasi dan memorinya, karena membutuhkan imajinasi atau perhitungan mental. Permainan lain yang bisa mulai diperkenalkan adalah buku cerita, mainan untuk membangun sesuatu, mengenakan pakaian pada boneka dan berbagai aksesorinya, rumah-rumahan, puzzle dengan tingkat kesulitan yang disesuaikan, dan sepeda. (Dini)

Sumber: http://health.kompas.com/read/2009/06/11/20024030/Memilih.Mainan.Sesuai.Usia.Anak#
Selengkapnya...

Selasa, 03 Januari 2012 1 komentar By: sanggar bunga padi

Orangtua, Waspadai Mainan Anak Anda!

Maraknya mainan anak-anak buatan China dengan aneka warna yang menarik dan harganya relatif murah dijual di Indonesia perlu diwaspadai oleh masyarakat. Mainan tersebut banyak mengandung unsur timbal yang dapat mengganggu kesehatan anak-anak.

"Pada dasarnya unsur timbal banyak digunakan sebagai bahan pembuatan cat/pewarna pada mainan anak, seperti mobil-mobilan dan robot," kata Dra. Wahyuningsih, M.Si, pengajar Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Senin.

Ia mengatakan, timbal termasuk salah satu bahan logam yang berbahaya bagi kesehatan selain logam Merkuri. Unsur timbal yang terkandung pada mainan anak-anak buatan Cina sangat tinggi dan melewati ambang batas yang diizinkan untuk kesehatan manusia.

Itu sebab utama kenapa mainan anak-anak berbahaya bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak. Sedangkan pada sandal produk China tidak begitu berbahaya, karena yang memakai orang dewasa, katanya.

"Kandungan timbal yang tinggi dapat menyebabkan keracunan kronik pada otak dan mengganggu sistem syaraf tubuh. Khususnya pada anak-anak, yang suka mengulum dan mencium mainan, unsur timbal ini dapat menyebabkan penyakit pernafasan dan pencernaan akut. Unsur timbal juga berisiko tinggi merusak kerja sistem metabolisme tubuh (ginjal, hati dll)," katanya.

Belum kuatnya peraturan baku standar kandungan logam pada mainan anak dan lemahnya pemerintah (Bea Cukai) membatasi impor barang tersebut membuat masalah ini semakin memprihatinkan. Padahal dibutuhkan keseriusan dari pemerintah guna meminimalisir peredaran mainan impor yang mengandung racun timbal.

Masuknya mainan, sandal, dan sepatu buatan China ke negeri Indonesia banyak diburu masyarakat karena harganya yang murah.

Menurut Mono, seorang importir di Semarang, negara Indonesia tidak bisa menghentikan impor mainan yang mengandung racun timbal dari China. Jika hal itu dilakukan, maka Pemerintah China akan membalas dengan menghentikan ekspor produk makanan dan hasil laut dari Indonesia. Imbasnya, para nelayan di seputar Laut Jawa bisa gulung tikar, katanya.

Sumber: http://health.kompas.com/read/2008/07/07/17473459/Orangtua.Waspadai.Mainan.Anak.Anda.#
Selengkapnya...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...