Senin, 07 Maret 2011 By: sanggar bunga padi

Tukang Kayu dan Pohon

Naskah Drama ini dipentaskan Sanggar Bunga Padi di acara Kumpul Sanggar pada tanggal 10 Oktober 2010 bertempat di Rumah Bapak H. Toyo Santoso Dipo (Bupati Kulon Progo)Ide cerita dab naskah ditulis oleh pengelola sanggar: Wahyu Setyarini




Di sebuah desa di tepi hutan belantara, hiduplah tukang kayu yang hidup dengan membuat perkakas dari kayu. Tukang kayu ini mendapatkan kayu untuk bahan pekerjaannya dari hutan dekat rumahnya.

Pada suatu sore tukang kayu pulang dengan tergesa-gesa, meletakkan kayu bawaannya, Ia mengetuk pintu dan memanggil-manggil istrinya.
Tukang Kayu : bu...bu...bukakan pintu, bapak pulang( mengetuk pintu makin lama makin keras karena istrinya tidak mendengar)
Pintu I : Aduh.....sakit sekali...kenapa kau ketuk aku seperti ini ...( mengerang kesakitan)
Istri : iya pak sabar...(sambil membuka pintu)
Tukang kayu : kenapa lama sekali bu...(sambil meletakkan parang bawaannya ke almari)
Almari I : (menggerutu) huh! Mbok kalo ngletakin barangnya dengan cinta dong........
Istri : sedang mandi pak...itu makanan sudah siap, silahkan makan pak
Tukang kayu dan istrinya masuk ke ruang makan (keluar)

Babak II

Malam pun tiba. Dalam keheningan malam terjadilah perbincangan dari para korban tukang kayu.

Pintu I : sudah nasibku jadi begini.....waktu masih jadi pohon jambu aku sangat bahagia sekali....tiap sore anak-anak di kampung ini rame-rame naik ke dahan.... sekarang.....tubuhku dipotong-potong dijadikan pintu......nasib....nasib....
Almari II : nasibku juga sama denganmu sahabatku pohon jambu....sebagai pohon nangka yg cukup besar si tukang kayu itu memenggalku begitu saja....tanpa permisi lagi....
Pintu II : kita ini adalah kumpulan pohon yang senasib
Jendela : Iya benar...kalian tidak sendiri aku dulu pohon mahoni yang bermabfaat untuk mengobati malaria....sekarang aku selalu kesepian
Pintu II : kalian ingat tidak bagaimana sakitnya badan kita waktu dipotong-potong
Almari dan Jendela : wahhh...rasanya sakit...sekali...
Gergaji I : maafkan aku teman-teman...
Gergaji II : aku tidak bermaksud menyakiti kalian
Kapak : demikian juga dengan aku, yang hanya digunakan tukang kayu sebagai alat. Aku bener-benar tidak ingin menyakiti kalian
Almari I : kami maklum gergaji, kapak...
Jendela : iya, kami tidak menyalahkanmu kok
(sambil keluar semua pemain bernyanyi lagunya Bondan: apapun yang terjadi, ku kan slalu ada untukmu, janganlah kau bersedih, kita takkan meninggalkanmu)

Babak III

Sementara itu di hutan..
(pemain keluar sambil bernyanyi dengan nada lagu Anak Gembala-nya Tasya: aku adalah pohon yang kuat, selalu riang setiap saat tra la la la la la…..tra la la la la la…..)

Jati : aduh....badanku sakit sekali...sebentar lagi aku pasti roboh
Sengon : sabar ya...kami ingin membantu, tapi tidak tahu apa yang harus kami lakukan
Sawo I : memang kejam tukang kayu itu
Jeruk : lihatlah kawan...sebentar lagi aku akan kehilangan perlindungan karena jati roboh.kalau ada hujan deras dan banjir seperti tahun lalu, nasibku akan berakhir seperti rambutan, durian kecil, dan yang lainnya...hanyut terbawa derasnya banjir.
Sawo II : dan sayangnya tukang kayu itu tidak pernah menanam bibit pohon sebagai ganti kita...aku khawatir dengan masa depan bumi ini.
Semua menjadi terdiam karena sedih
(pemain keluar sambil bernyanyi dengan nada lagu Cangkul: aku…aku…aku si pohon, tubuhku kuat banyak manfaat)


Babak IV

Keesokan harinya tukang kayu kembali ke hutan. Dia melanjutkan menebang pohon jati yang belum selesai ditebangnya kemarin.Jati dengan kesakitan mmembungkuk dan lama-lama jatuh. Kapak dan gergaji merasa sangat bersalah pada pohon jati. Sebaliknya tukang kayu pulang dengan senyum, membawa kayu jati hasil tebangannya.
Suasana hening di rumah tukang kayu
(pemain masuk sambil bernyanyi dengan nada lagu keong racun:Dasar kau tukang kayu, Tiba-tiba e nebang aku, Kau potong diriku, Kau rusak diriku, Malangnya nasibku..)

Almari I :Kita harus melakukuan sesuatu
Almari II :apa maksudmu
Almari I :pokoknya kita harus berbuat sesuatu
Jendela I :kita harus bikin rencana
Jendela II : rencana apa? Apa yang bisa kita lakukan?
Pintu I : aku ada ide, bagaimana bila kita boikot tukang kayu
Pintu II : caranya?
Pintu I : ya...kita jangan mau di buka..kamu, nanti kalau tukang kayu pulang, diam saja, jangan mau dibuka, jendela juga sama. Almari, kalau bu tukang kayu mau memakaimu, jangan pula kau buka pintumu...biar tahu rasa..
Gergaji I : lantas apa yang dapat kami lakukan?
Pintu I : kalian gergaji dan kapak, jangan mau dipakai untuk menebang, kamu mau kan berkorban...gosokkan mata gergaji dan kapakmu agar tumpul sehingga sulit untuk bekerja
Kapak II : ya kami mau... besok pagi semua siap, pintu.
(pemain masuk sambil bernyanyi dengan nada lagu keong racun:Dasar kau tukang kayu, Tiba-tiba e nebang aku, Kau potong diriku, Kau rusak diriku, Malangnya nasibku..)


Babak V

Sementara itu di hutan terjadi perundingan yang sama. Pohon-pohon prihatin dengan hilangnya teman-teman besar mereka, mereka jadi tidak punya pelindung..padahal ini mulai masuk musin hujan, bila terjadi banjir, semua akan musnah terbawa arus. Hutan ini kan gundul....!!
(pemain masuk sambil bernyanyi nada abang tukang bakso: Abang tukang kayu, Jangan tebang aku, Aku ingin hidup, Boleh tebang aku, Tapi jangan lupa tanamlah bibitku)


Sawo I : Teman-teman kita harus berbuat sesuatu agar tidak hanyut bila banjir nanti
Sengon : setuju, tapi bagaimana caranya?
Sawo I : ayo kita berbuah sebanyak-banyaknya agar tumbuh biji baru yang menjadi penerus kita nanti..aku akan bicara pada angin dan kelelawar untuk membawa buah kita pergi agar merata ke semua penjuru hutan ini...bagaimana?
Jeruk, sengon,dll : setuju.....

Babak VI

Pagi ini tukang kayu bangun dan bersiap akan kehutan melakukan pekerjaannya, akan tetapi..
Istri : Pak...kenapa jendela ini susah dibuka...(sambil berusaha membuka jendela)
Tukang kayu : coba aku bukakan ( membuka jendela)..wah memang sulit bu..
Kemudian pak tani beranjak ke almari untuk menyiapkan peralatan menebang pohon
Tukang Kayu : bu..bu...kenapa almari ini susah sekali dibuka.....kau taruh dimana kuncinya?
Istri : aku tidak menguncinya pak...coba di buka lagi
Tukang kayu : tetap tidak bisa bu ( sambil menarik pintu almari)
Istri : coba pakai linggis pak..
Tukang kayu hendak keluar rumah mengambil linggis, tetapi...
Tukang kayu : bu...bu...kenapa pintu ini susah di buka?bagaimana ini?

Akhirnya tukang kayu tidak dapat keluar rumah karena pintu, tidak mau di buka...Malam harinya, hujan deras mengguyur.karena derasnya dan sungai tak mampu menampung air karena pohon-pohon besar telah ditebang tukang kayu. Lama kelamaan air masuk ke rumah tukang kayu yang membuatnya panik. Apalagi pinti tidak bisa dibuka sehingga tukang kayu dan keluarganya tidak bisa menyelamatkan diri. Tukang kayu dan istrinya berfikir keras....mengapa semua ini bisa terjadi. Akhirnya dengan menyesal tukang kayu menyadari bahwa ini adalah akibat perbuatannya sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...