Rabu, 30 November 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Anak Terlambat Bicara, Kapan Perlu Dikhawatirkan?

Di usia 19 bulan, Fauzan saat ini belum bisa berbicara sepatah katapun. Orangtuanya khawatir karena anak seusia dia bicaranya sudah sangat banyak. Berbahayakah keterlambatan bicara pada Fauzan?

Orang tua perlu kawatir ketika anaknya mengalami keterlambatan bicara bila mengalami gangguan keterlambatan bicara non fungsional. Tetapi bila gangguan bicara ini termasuk golongan gangguan fungsional biasanya tidak berbahaya. Dengan pertambahan usia setelah 2 tahun akan membaik sendiri. Persoalannya, bagaimanakah cara membedakannya?

Kasus seperti itu sering dialami beberapa orang tua yang mempunya anak dengan keterlambatan bicara. Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.

Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 - 10% pada anak sekolah.

Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik pada usia tertentu hingga yang suli membaik.

Keterlambatan bicara fungsional merupakan salah satu penyebab yang sering dialami sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak.

Pada usia tertentu, terutama setelah usia 2 tahun biasanya akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional, maka gangguan tersebut harus lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan. Inilah yang disebut gangguan bicara nonfungsional.

Keterlambatan bicara nonfungsional harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi dilakukan sejak dini. Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut.

Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut.

Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang fungsional atau yang nonfungsional.

Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung. Jadi, untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.

Penyebab keterlambatan

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara.

Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional. Penyebab lain adalah kelainan organ bicara, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan.

Deprivasi lingkungan bisa disebabkan karena lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.

Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan.

Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.

Keterlambatan bicara fungsional

Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal.

Selain itu, bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda.

Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional relatif tidak berbahaya. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak.

Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita keterlambatan ini kemampuan bicara saat masuk usia sekolah normal seperti anak lainnya.

Dalam keadaan ini, biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.

Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami penderita yang mengalami gangguan alergi terutama gangguan kulit dan saluran cerna. Tanda dan gejala tersebut adalah perut kembung, sering buang angin, sering muntah atau mual. Muntah bila menangis, berteriak, tertawa atau berlari. Sulit buang air besar (bila buang air besar “ngeden“, tidak setiap hari buang air besar, atau sebaliknya buang air besar sering. Kotoran tinja berbau, berwarna hitam atau hijau tua, berbentuk keras, bulat seperti kotoran kambing, pernah ada riwayat berak darah.

Lidah tampak kotor, berwarna putih serta air liur bertambah banyak atau mulut berbau Gangguan kulit adalah timbul bintik-bintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga, biang keringat, kulit berwarna putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya. Saat bayi sering timbul gangguan kulit di pipi, sekitar mulut dan sekitar daerah popok. Seringkali disertai gangguan tidur malam, dengan ditandai sering gelisah, bolak, balik, mengigau, tertawa, menangis dalam tidur, malam terbangun, brushing (gigi gemeretak), mimpi buruk dan sebagainya.

Cara Membedakan Keterlambatan

Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional relatif tidak berbahaya. Sedangkan keterlambatan yang berbahaya dan yang harus dikawatirkan adalah keterlambatan bicara non fungsional.

Dengan memperhatikan fungsi reseptif, ekspresif, kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan pola keterlambatan perkembangan, dapat diperkirakan penyebab kesulitan berbicara. Dalam membedakan keterlambatan bicara merupakan tidak berbahaya (fungsional) dan berbahaya (nonfungsional) harus memahami manifestasi klnis beberapa penyebab keterlambatan bicara.

Untuk memastikan status keterlambatan fungsional harus dengan cermat menyingkirkan gejala keterlambatan nonfungsional. Gejala umum keterlambatan bicara nonfungsional adalah adanya gangguan bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan keterlambatan perkembangan.

Keterlambatan bicara yang harus dikawatirkan atau yang berbahaya adalah keterlambatan bicara yang disebakan karena beberapa gangguan seperti Autism, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan (retardasi mental) atau gangguan persarafan atau gangguan neurolois lainnya.

Dicurigai keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai kelainan neurologis bawaan atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali, makrosefali, tumor otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis telinga, gangguan mata, cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya.

Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang berat. Keterlambatan dikatakan berat, bila bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan. Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan, tidak bicara sampai usia 15 bulan atau tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan. Karakteristik keterlambatan yang harus dikawatirkan adalah bila disertai gangguan kontak mata (mata anak tidak bisa menatap mata orang tua), tidak bisa mengerti perintah, dan terdapat gangguan pendengaran.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keterlambatan bicara fungsional biasanya tak memerlukan penanganan secara khusus. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya akan membaik setelah usia 2 tahun. Meskipun penyebabnya bukan karena kurang stimulasi, tetapi keadaan ini memerlukan stimulasi yang lebih dibandingkan anak yang normal. Stimulasi yang lebih ini tidak harus melalui terapi bicara oleh seorang terapis yang memerlukan dana dan waktu yang tidak sedikit. Meskipun terapi bicara juga tidak merugikan bagi anak.

Pada anak normal tanpa gangguan bicara dan bahasa juga perlu dilakukan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa sejak lahir. Bahkan bisa juga dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan stimulasi lebih dini diharapkan kemampuan bicara dan bahsa pada anak lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas komunikasinya.

Pada keterlambatan bicara nonfungsional harus dilakukan stimulasi dan intervensi sejak dini secara khusus oleh tenaga profesional sesuai penyebabnya. Semakin dini upaya tersebut dilakukan akan meningkatkan keberhasilan penanganan keterlambatan bicara tersebut. Gangguan keterlambatan nonfungsional perlu dilakukan pendekatan secara multi disiplin ilmu. Penanganan keterlambatan bicara dilakukan pendekatan medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut. Multi disiplin ilmu yang terlibat adalah dokter ahli anak dengan minat tumbuh kembang anak, neurologi anak, gastroenterologi anak, alergi anak, psikolog atau psikiater anak, ahli THT, rehabilitasi medik, serta klinisi atau praktisi lainnya yang berkaitan. (dr Widodo Judarwanto SpA, dokter spesialis anak dari RS Bunda Jakarta, Klinik Kesulitan Makan, Jl. Rawasari Selatan 50, Cempaka Putih, Jakarta Pusat)

Sumber: http://health.kompas.com
Selengkapnya...

Terlambat Bicara Bukan Pemicu Gangguan Perilaku

Meskipun orangtua wajib memperhatikan tumbuh kembang buah hatinya, namun orangtua sebaiknya tidak terlalu panik dan berasumsi sendiri jika di usia 2 tahun si kecil belum mahir bicara.

Sepanjang tidak ada tanda-tanda keterlambatan lain pada perkembangannya, orangtua bisa menunggu kemampuan bicara sambil terus menstimulasinya hingga anak berusia 5 tahun.

Hal tersebut diungkapkan Andrew Whitehouse, psikolog anak dari University of Western Australia. Dalam riset yang dimuat dalam jurnal Pediatrics ia menyebutkan, anak yang terlambat bicara di usia 2 tahun memang cenderung memiliki masalah emosional dan perilaku. Namun hal tersebut lebih disebabkan karena rasa frustasinya tidak bisa berkomunikasi.

Setelah usia 5 - 17 tahun, mayoritas anak-anak yang pernah terlambat bicara tersebut memiliki perilaku yang sama seperti halnya anak-anak yang perkembangan bicaranya sudah pesat di usia 2 tahun.

"Walau demikian hasil studi ini menunjukkan jika keterlambatan bicara itu menetap sampai anak usia sekolah, mereka juga beresiko mengalami gangguan psikiatri," kata Wshitehouse.

Dalam penelitiannya, Whitehouse melakukan studi prospektif pertama mengenai perkembangan bicara dan perilaku. Ini berarti ia dan timnya merekrut para relawan penelitian sejak bayi kemudian mengikuti perkembangan anak-anak itu sampai mereka usia 17 tahun.

Anak-anak yang menjadi responden dalam penelitian ini lahir di Perth, Australia, antara tahun 1989 dan 1991. Orangtua mereka diminta mengisi kuesioner saat si anak berusia 2 tahun, kemudian di usia 5, 8, 10, 14, dan 17.

Hasil penelitian menunjukkan anak-anak yang terlambat bicara di usia 2 tahun, atau kemampuan bicara mereka 15 persen lebih rendah dibanding anak lain di usia sama, memiliki gangguan emosional lebih tinggi. Namun di usia 5 tahun, anak-anak itu sudah mengatasi gangguan emosional dan perilakunya.

"Begitu anak yang terlambat bicara ini sudah mampu mengejar ketertinggalannya dalam berkomunikasi, masalah emosional dan perilaku itu sudah tak terlihat," katanya.

Ia menambahkan, keterlambatan bicara bukanlah faktor timbulnya perilaku kecemasan pada anak. Kendati demikian, para orangtua tetap disarankan untuk memberikan stimulasi bahasa pada anaknya.

"Itu berarti orangtua harus lebih banyak menghabiskan waktunya dengan anak untuk berkomunikasi, bermain bersama, membacakan cerita, serta berinteraksi sesuai level anak," katanya. (Lusia Kus Anna)

Sumber: http://health.kompas.com
Selengkapnya...

Tak Perlu Cemaskan Anak Terlambat Bicara

Setiap kemajuan dalam tahap perkembangan anak tentu akan membawa suka cita bagi orang tuanya. Para orang tua seperti menemukan surga setelah melihat anaknya mulai bisa merangkak, berjalan atau pun mengoceh dan berkata-kata.

Sementara itu, ketika anak-anak mengalami keterlambatan perkembangan, para orang tua biasanya akan merasa sedikit cemas. Misalnya orang tua menjadi khawatir ketika sang buah hati tak juga kunjung mengeluarkan kata-kata pertamanya.

Sebagian orang tua biasanya menjadi panik saat menemukan anak-anaknya mengalami keterlambatan dalam hal berbicara dibandingkan anak lain seusianya.


Tetapi para ahli menyarankan, orang tua sebaiknya tak perlu terlalu takut dengan fenomena keterlambatan bicara pada anak-anak. Studi para ahli dari Telethon Institute for Child Health Research University of Western Autralia di Perth menunjukkan bahwa keterlambatan perkembangan bicara tidak memiliki kaitan dengan gangguan perilaku atau masalah emosional di masa kanak-kanak. Studi ini adalah penelitian pertama yang mengamati perkembangan bahasa pada anak-anak berusia 2 tahun sampai mereka menginjak usia remaja.

Profesor Andrew Whitehouse, yang memimpin penelitian, menjelaskan bahwa masalah-masalah psikologis hanya berlaku di awal masa kanak-kanak dan kemudian akan menghilang secara bertahap setelah menginjak remaja.

Dia menjelaskan, masalah psikologis tersebut muncul ketika anak-anak mengalami frustasi karena tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Para peneliti percaya bahwa sebagian besar anak yang terlambat bicara akan mengadopsi pembicaraan normal saat mereka mencapai usia sekolah. Dan pada tahap tersebut, masalah perilaku atau psikologis tidak lagi terlihat.

Dalam risetnya, para ahli melibatkan 1.387 anak, di mana 142 di antaranya mengalami terlambat berbicara dan 1.245 anak lainnya berkembang normal. Peneliti meminta orang tua ikut ambil bagian dalam Language Development Survey ketika anak-anak mereka berusia 2 tahun dan kemudian diminta mengisi survei lanjutan yang berlanjut sampai anak berusia 17.

Para peneliti menegaskan, tak ada risiko serius akibat terlambatbicara, tapi pada saat yang sama, mereka harus waspada orang tua harus konsultasi jika masalah ini masih tetap berkembang selama usia sekolah. (Ardhea Lufita dan Asep Candra)

Sumber: http://health.kompas.com
Selengkapnya...

Jika Usia 2 Tahun Anak Terlambat Bicara

Perkembangan setiap anak umumnya berbeda antara satu dengan yang lain. Ada anak yang mahir berjalan lebih dulu tapi belum bisa mengucapkan kata-kata, ada pula anak yang ceriwis bukan main tetapi belum mampu berjalan. Untuk meningkatkan keterampilan bicara anak diperlukan stimulasi dari orangtua.

Ada banyak faktor yang melatarbelakangi mengapa seorang anak terlambat bicara dibanding teman-temannya. Yang penting bagi para orangtua adalah mengetahui tahapan perkembangan bicara anak.

Menurut, dr. Vimaladewi Lukito, Sp.A, Tirtayu Healing Center Jakarta, anak usia setahun biasanya sudah bisa mengucapkan beberapa kata. "Waspada bila usia setahun anak belum bisa mengucapkan satu kata, sedangkan pada usia dua tahun periksakan anak bila ia belum bisa bicara 6 kata," katanya.

“Dua tahun lebih belum bisa 'papa' 'mama' sudah harus di skrining, untuk mengetahui kelainan. Segera bawa ke dokter anak untuk di skrining atau dilihat apakah ada gangguan yang lain,” katanya.

Anak dua tahun yang belum bisa bicara sama sekali, menurut dia adalah keadaan yang tidak normal. Bahkan menurutnya ada kemungkinan risiko anak berkembang ke arah autis atau gangguan perkembangan lain. Apalagi jika anak tampak lebih senang main sendiri dan menunjukkan gejala-gejala ke arah autis.

Namun untuk memastikannya, orang tua dihimbau melakukan konsultasi dengan dokter anak. “Harus dilihat gejala lainnya, bukan cuma karena nggak bisa ngomong lalu dibilang autis atau suka menyendiri terus dibilang autis,” ucapnya.

Menurut Vimaladewi, hampir sebagian besar penderita autis akan mengalami gangguan komunikasi, gangguan bicara dan bahasa. Tapi penderita gangguan bicara belum tentu mengalami gangguan autis.

Masalah anak terlambat bicara lanjutnya, juga bisa disebabkan adanya gangguan oral motor. Oromotor atau oral motor didefinisikan sebagai sistem gerak otot yang mencakup area rongga mulut (oral cavity) termasuk rahang, gigi, lidah, langit-langit, bibir dan pipi. Pada anak yang oral motornya lemah, membuat anak menjadi susah untuk bicara, dan kalau pun bisa, bicaranya tidak akan jelas.

“Makin lemah gerakan oral, makin berhubungan dengan kemampuan bicara. Pada anak-anak yang gerakan oral motornya buruk sebelum usia dua tahun, akan sulit untuk bicara. Hal ini mengisyaratkan bahwa kemampuan oral motor yang baik diperlukan untuk mendukung kemampuan berbicara anak,” tandasnya.
Pemeriksaan keterampilan bicara anak bisa dilakukan pada dokter anak untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pendengaran atau fungsi sekitar mulut.

“Biasanya dari dokter anak akan lakukan skrining secara kasar. Setelah dari dokter anak, apabila ditemukan ada gangguan, maka akan dirujuk ke ahli tumbuh kembang anak. Dari ahli tumbuh kembang anak baru ke rehab medik dan terapi wicara,” ucapnya.

Kemampuan bicara anak juga perlu ditingkatkan dengan stimulasi terus menerus di rumah berdasarkan rekomendasi dari dokter.(Bramirus Mikail dan Lusia Kus Anna)

Sumber: http://health.kompas.com
Selengkapnya...

Jumat, 25 November 2011 0 komentar By: sanggar bunga padi

Tahun Yang Segera Berganti

Tidak ada nabi yang diterima di negerinya sendiri. Begitulah yang terjadi dalam sejarah. Para nabi dan rasul yang dipilih oleh Allah Swt dan diutus untuk suatu kaum, suku atau bangsa pasti menghadapi tantangan yang keras dari kalangan sekitarnya. Perjuangan yang keras menjadi jalan jihad para nabi dan rasul itu untuk melaksanakan risalah ilahiah yang mereka terima.

Kondisi itu wajar karena Allah Swt mengutus satu nabi atau rasul untuk suatu kaum yang di sana terjadi ketidakadilan, kekacauan moral atau kerusakan spiritual. Dalam kondisi demikian acapkali muncul dominasi dari kaum tertentu, kelompok tertentu dalam kurun waktu yang cukup panjang sehingga rakyat jelata tidak mampu bergerak. Raja-raja yang lalim, tokoh-tokoh suku yang bersekutu untuk menindas rakyat miskin bercokol menguasai hampir seluruh aspek kehidupan suku tersebut. Di situlah kemudian nabi atau rasul dipilih oleh Allah Swt untuk mengadakan pembebasan, pencerahan dan perbaikan spiritual dengan landasan agama yang benar.

Maka adalah masuk akal jika kemudian muncul perlawanan yang sengit dari kelompok-kelompok masyarakat yang sudah sangat mapan itu. Permusuhan dari para raja lalim yang telah menghisap darah rakyatnnya sendiri. Bahkan juga dari rakyat sendiri, yang telah berputus asa dan tidak mampu melihat kemungkinan yang lebih baik yang dibawa para rasul itu.

Menghadapi perlawanan yang sengit, sebahagian nabi dan rasul --- atas petunjuk Allah --- melakukan hijrah, perpindahan tempat dari domisili asalnya ke tempat yang lain. Perpindahan tempat secara fisik juga merupakan bahagian dari suatu strategi besar untuk dapat menata masyarakat yang lebih baik di masa depan sesuai tuntunan agama.

Begitulah pula yang dialami Nabi Muhammad Saw. Perlawanan sangat sengit beliau hadapi bukan dari raja di kaumnya, tapi dari tokoh-tokoh suku Quraisy yang ada di Makkah. Bahkan sebagian tokoh-tokoh itu adalah dari keluarganya sendiri, paman-pamannya. Para paman itu memusuhi Muhammad yang dipilih sebagai nabi antara lain karena mendatangkan ancaman yang serius bagi kedudukan mereka. Disamping pengingkaran atas sesembahan-sesembahan yang telah mereka jalani waktu itu.

Nabi Muhammad Saw harus melakukan hijrah, atas petunjuk Allah Swt, untuk menyelamatkan kaum muslimin dari intimidasi yang terus-menerus dilancarkan kaum kafir Quraisy. Juga untuk melihat secara nyata, seperti apa kualitas pengikutnya yang awal itu dan seberapa besar kuantitasnya. Berpijak dari sinilah kemudian ditata masyarakat yang lebih baik, lebih beradab dalam tuntunan agama Islam.

Tak berapa lama lagi kita akan diingatkan oleh perjuangan berat Nabi Muhammad Saw dan peristiwa hijrah yang beliau alami itu. Saat ini pun kita berada pada suatu masa dimana moralitas dan spiritualitas manusia menghadapi tantangan yang sangat keras. Kerusakan di sana-sini menjadi sorotan, baik yang timbul akibat ulah manusia atau karena alam semesta. Seperti kerusakan akibat korupsi dan bencana alam yang banyak menalan korban jiwa.

Dewasa ini serangan sekularisme yang membawa serta paham hedonisme gencar menghantam kehidupan umat manusia, tak terkecuali kaum Muslim di Indonesia. Sekularisme pada intinya ingin memisahkan kehidupan duniawi dengan yang ukhrawi. Yakni bahwa kehidupan dunia ini cukup diurus dengan hukum-hukum positif dan tidak perlu dimasukkan agama. Jika paham dan sikap yang demikian merasuk ke masyarakat Muslim, maka akhirnya gairah perjuangan menegakkan agama akan melemah. Pemahaman dan pengamalan ajaran agama akan diabaikan.

Di negeri yang mengalami krisis kepercayaan dan keteladanan diperlukan hadirnya tokoh-tokoh terpilih yang relatif bersih dan berwibawa. Jikapun tidak ada secara perorangan, dimungkinkan secara kelompok. Seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, yang dengannya moralitas dan hukum ditegakkan. Dan tak perlu heran, jika kehadiran KPK ini pada akhirnya juga menimbulkan perlawanan dari anasir yang merasa terusik atau terancam. Inilah konsekuensi orang atau kelompok orang yang meneladani perjuangan para nabi, menegakkan kebenaran di atas kebatilan.

Momentum peringatan tahun baru hijriyah 1433, sangat baik dipakai sebagai wahana introspeksi bersama atas kondisi negeri kita dewasa ini. Kita semua mungkin harus juga berhijrah, secara fisik ataukah non-fisik. Kita berpindah dari hal-hal buruk yang terus menghantui lingkungan menuju perbaikan peradaban yang lebih maju dan sejahtera di masa datang. Dari tempat kita hijrah, kita memandang segala peluang yang mungkin kita manfaatkan untuk mengisi hidup lebih bermakna. Tidak sekadar secara duniawi tapi yang lebih penting adalah secara ruhani. Dengan demikian semoga negeri kita segera menjadi lebih baik, dimana ditandai dengan datangnya yang benar (haq) dan hancurnya kejahatan. Tapi bilakah? Allahu a’lam.(Zainul Arifin)
Selengkapnya...

Menolak Produk Teknologi Sebagai “Jimat”

Di era informasi seperti saat ini, kebutuhan orang akan komunikasi yang intensif sangat besar. Setelah teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat pesat, orang menjadi makin tergantung padanya. Seolah tanpa kehadiran produk dari teknologi itu, seseorang menjadi seperti “hilang” ditelan bumi.

Tengoklah kemajuan teknologi komunikasi yang melahirkan mobile phone atau hand phone (HP). Sejak teknologi komunikasi nirkabel itu diproduksi secara massal sehingga harganya menjadi lebih murah, hampir setiap orang ingin memilikinya. Tidak hanya di kota, bahkan di pelosok desa-desa yang jauh, selama masih ada sinyal yang mungkin ditangkap, orang makin terpikat dengan produk kecanggihan teknologi itu. Dahulu orang perlu satu, tapi kini makin banyak orang yang merasa perlu memiliki dua atau tiga. Tatkala semuanya berdering, maka sibuklah ia mengangkat handphonenya dengan tangan kanan kiri ditempelkan ke telinga kanan kiri.

Yang mencengangkan pula, kehadiran produk teknologi itupun semakin hari semakin “membelenggu” penggunanya. Seolah tanpa kehadirannya, ia putus dengan dunia. Seseorang yang kehilangan hapenya, misalnya, maka ia akan merasa seolah separuh jiwanya pergi. Remaja-remaja tidak henti-hentinya berkomunikasi dengan hape miliknya. Entah sedang makan, entah sedang belajar, termasuk sedang berkendaraan di jalan.

Kondisi itulah yang membuat produk teknologi semisal hape seolah menjadi “jimat” dalam kehidupan seseorang. Ia telah begitu mempengaruhi gaya hidup orang tersebut. Padahal jika sesuatu benda dunia telah begitu mempengaruhi jiwa dan membuat orang itu begitu tergantung kepadanya, maka benda itu menjadi “haram” adanya.

Seperti jimat. Jimat adalah suatu benda yang dianggap mengandung kesaktian; dapat menolak bahaya, penyakit dan sebagainya, menyebabkan kekebalan dan kekuatan. Jimat telah dipergunakan oleh manusia sejak berabad-abad, terutama mereka yang tidak memahami syari’at Allah Swt. Karena mereka menginginkan keselamatan, maka mereka menggunakan sesuatu benda, yang dianggap mempunyai magis atau kekuatan, seperti keris, tongkat, batu dan sebagainya untuk menjaga diri dari gangguan kejahatan dan keselamatan. Bahkan segolongan kaum muslimin pun tertarik kepada jimat, terutama ketika menghadapi bahaya.

Menurut pandangan Islam, jimat tidaklah mempunyai kekuatan apapun, baik untuk mendatangkan manfaat maupun madharat, sebab hanya Allah Swt yang mendatangkan manfaat dan madharat. Allah berfirman dalam Qs. Al An’am ayat 71 : “Katakanlah: ‘Apakah kita akan berdoa kepada selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan manfaat kepada kita dan tidak pula mendatangkan madharat kepada kita, dan apakah kita akan dikembalikan ke belakang sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita .....’.”

Pada ayat tersebut Allah menegaskan bahwa tiada sesuatupun yang dapat mendatangkan manfaat atau madharat, selain Allah Swt. Maka tidak pantas bagi siapapun menyembah dan memohon kepada suatu benda, baik jimat maupun benda lainnya, selain Allah Swt.

Nabi Muhammad Saw sangat membenci dan melarang penggunaan segala macam jimat, sebab sebenarnya jimat itu hanyalah menyebabkan jiwa penggunanya menjadi lemah. Sebab orang yang terbiasa membawa jimat, jiwanya telah berserah diri kepadanya, sehingga apabila jimatnya tertinggal, maka jiwanya menjadi lemah lunglai, karena ia berkeyakinan bahwa hanya jimatnya itulah yang menjaga keselamatannya. (Lihat Saad A. Wahid, 'Membersihkan Berbagai Penyakit Qalbu')

Tentu saja hape tidaklah identik dengan jimat. Tidak ada orang yang memakai hape sebagai jimat. Namun yang menjadi persoalan adalah bahwa tatkala kehadiran hape itu sudah sangat berpengaruh dalam kehidupan kita, merebut separuh jiwa kita bahkan terkadang menjadi lebih penting ketimbang Allah Swt, maka ia hampir identik dengan jimat. Seolah tanpa hape akan ada madharat yang bakal datang menimpa. Di situlah produk teknologi itu menjadi harus ditinjau ulang kehadirannya dalam hidup kita. Keterpengaruhan itu mungkin tidak sampai kepada derajat syirik (menyekutukan tuhan), tapi jika kita merasa bahwa tanpa kehadirannya kita merasa ada yang hilang, ada yang kosong dalam hidup kita, inilah yang perlu ditelaah secara mendalam.

Memang kehadiran teknologi dalam kehidupan manusia tidak mungkin diingkari. Itulah dinamika kemajuan hidup manusia di dunia. Tidak mungkin kita hidup dalam tempurung. Hanya saja yang diingatkan oleh agama, dan inilah salah satu makna kehadiran agama bagi manusia, adalah bahwa kehidupan kita tidak ditentukan oleh benda-benda di sekeliling kita melainkan oleh Allah Swt, Tuhan penguasa alam semesta.

Momentum Idul Adha beberapa hari yang lalu mengajari kita untuk tidak tunduk di hadapan benda-benda duniawi, bahkan kepada yang sangat kita cintai sekalipun. Dengan demikian kehidupan kita menjadi lebih merdeka, terlepas dari keterbelengguan duniawai sebagaimana esensi ajaran tauhid, bahwa hanya kepada Allah-lah kita bergantung.Allahu a’lam.(Zainul Arifin)
Selengkapnya...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...